Kamis, 23 Desember 2010

Yang Teristimewa Di Hati..

Oleh: Arkandini Leo Hikmasari

” Apakah mb masih diberi kesempatan untuk bertemu..?" Terbaca sebuah sms dari mbakku tersayang. Dapat kueja rasa penyesalannya disetiap huruf yang berbaris rapi itu. Maklum, ia sudah mengingkari janji untuk bertemu setelah enam bulan kita berpisah. Hari ini seluruh agenda sengaja kukosongkan untuk mengistemewakan pertemuan kita. Hatiku mulai kacau, lima jam sudah aku menunggu kedatangannya. Bahkan 7 sms dan 3 kali telfon tiada terangkat.

Huppppfffffffffff...,
Nafasku berdesah panjang, pertanda begitu berat dada kecil ini menyimpan kekecewaan hingga melahirkan sebuah jawaban.” Maaf, hari ini dini tidak siap bertemu mb, mungkin lain kali....,” Kujawab dengan kejujuran. Hatiku benar-benar tidak siap bertemu. Tetapi ALLOh menghendaki lain...

”Masya’alloh Dini engkau datang kemari !!! Naek bis kah?” Tampak mata mbakku berkaca-kaca ketika kusambangi dikosnya.

”Dini bawakan empek-empek kesukaanmu..,” dengan cengiran kuda, kutunjukkan kresek hitamku.

”Dini.., apakah yang membuat hatimu begitu lapang memaafkan?” Tanya mbakku tercinta. Tapi, hanya kubalas dengan senyum simpul. Jawaban sejujurnya biarlah tersimpan didalam hati ini.

Akankah kau lupa mbak? Persaudaraan ini begitu istimewa bahkan rasa benci dan marah pun tiada diperbolehkan. Seperti hadis rosululloh yang diiwayatkan oleh MUSLIM berikut ini ” Janganlah kalian saling dengki, saling menipu, saling marah dan saling memutuskan hubungan...”

Akankah kau lupa mbak? Alloh dan RosulNya begitu mengistimewakan persaudaraan setiap muslim. Seperti hadis yang diriwayatkan Muttafaq 'alaihi
"Tidak halal bagi seorang muslim tidak bertegur dengan saudaranya di atas tiga hari mereka bertemu, sebaik-baik mereka adalah yang memulai dengan salam “ Begitulah isi hadis itu. Masih teringat betul didalam ingatanku. Dalam kajian KRPH Ust. Solihun memberi penjelasan pada hadis diatas. Bahwa, kita tidak diperbolehkan menyimpan “ghil’(rasa benci) terhadap saudara muslim kita yang lain.

“Bagaimana jika tidak sampai tiga hari, bolehkah kita marah?” Lalu beliau menjawab terdapat perbedaan pendapat, Ada ulama yang membolehkan dan ada yang tidak membolehkan, termasuk tidak diperbolehkannya rasa benci yang hanya sesaat saja. Sungguh ALLOh begitu mengistimewakan persaudaraan ini. Begitu celakanya jika aku berani menodai dengan amarah. Dan sudah menjadi selayaknya ukhuwah ini untuk dijadikan “yang teristimewa dihati..,”

"mengistimewakan ukhuwah..," Itulah Ibroh luar biasa yang kudapatkan setelah membaca buku Dalam Dekapan Ukhuwah, karangan Salim A. Fillah. Buku yang menyentuh hati , tentang indahnya ukhuwah ini, buku yang mengajarkan untuk mengistimewakan ukhuwah diatas ego pribadi disituasi sesulit apapun. Salah satunya kondisi sangat sulit yang terjadi pada kekholifahan Ustman. Disaat fitnah telah meraja lela.

Tiada yang salah dengan lelaki berhati lembut , berjanggut halus dan berwajah tampan itu. Tetapi kondisi saat itu memang sangat menyulitakan bagi seorang Utsman.

Ada beberapa hal, yang melatarbelakangi terjadinya fitnah pada masa kekholifahan Ustman bina affan. Buku itu menyebutkan diantaranya, daerah islam yang bertambah luas. Semakin beragamnya karakteristik ras dan suku merupakan ladang yang sangat gampang disulut api fitnah.itu. Selain itu karakteristik Ustman yang lembut dan pemaaf, terkadang membuat para pejabat begitu lancang, membuat keputusan sendiri tanpa sepengetahuan Utsman. Dan yang menjadi faktor utama adalah munculnya orang-orang penyebar fitnah, salah satu tokohnya yang paling populer adalah Abdulloh bin saba’.
Tidak hanya Ustman yang berada diposisi sulit. Sahabat-sahabat terbaik rosululloh pun juga ikut merasakannya. Diantaranya: Sa'ad bin Abi Waqqash, Abdulloh bin mas’ud dan Ammar bin Yassir.

Saad bin abi waqash terkena fitnah hinga ia dipecat. Yang paling mengecewakan penggantinya adalah ‘Walid bin Uqbah’ yang mepunyai catatan sejarah yang cukup fatal. ALLOh langsung mencelanya dalam surat alhujrot ayat 6, yang berisi perintah orang-orang mukmin untuk berhati-hati terhadap berita yang dibawa seseorang. ALLOh pun tak sungkan menyebutnya "si fasik" dalam surat tersebut. Dapat terbayangkan, betapa sakit hati sahabat yang dijamin masuk surga itu karena posisinya digantikan sang fasik. hal yang sama juga dialami oleh Abdulloh bin mas’ud yang dihentikan tunjangannya. Sedangkan apa yang dialami Ammar pun tak kalah menyedihkan, ia pernah disiksa oleh pegawai khalifah hingga sekarat.

Dendamkah mereka pada Ustman? Sungguh, sejarah telah mencatatnya dengan tinta emas! Abdulloh bin mas’ud menghadang dengan lantang orang-orang yang berniat membunuh Ustman kala itu : “Sunguh, jika engkau bunuh Ustman, takkan kau dapati orang sebaik dirinya dimuka bumi ini!!" Begitu juga dengan Amar. Ketika menghadapi segerombolan orang yang menghalangi usman mendapatkan air, Ammar membelanya mati-matian.“Ustman lah yang membeli sumur raumah dari orang yahudi sehingga kita semua bisa minum !! Sekarang kalian menghalangi ia untuk sekedar melepas dahaga?!! Sungguh takutlah pada ALLOH..!!” Sedangakan sa’ad ketika mendengar wafatnya usman, secara spontanitas berdoa; “Jadikan yang membunuh Ustman menyesal dan azablah mereka..,” Sa’ad yang populer dengan ijabah doa-doanya pun langsung dijawab oleh ALLOh, semua orang yang terlibat pembunuhan itu meninggal dalam keadaan gila..,

Sungguh menawan perilaku mereka. Ketika hati mereka kecewa dan terluka tetapi tidak ada sedikitpun rasa benci. Mereka tetap mengistimewakan persaudaraan ini. Mereka kalahkan ego pribadi dan menjadikan persaudaran dan ukhuwah menjadi prioritas utama. Dengan menawan mereka contohkan untuk “menjadikan ia yang teristimewa dihati..,”

Itulah mbak, jawaban yang begitu panjang yang tak mampu kukatakan kala itu , yang tak sanggup kukatakan sampai didetik-detik perpisahan kita, dihari pernikahanmu mbak. Kala itu kita berada dikamar sholad, diruang itu hanya ada kau dan aku. Suasananya begitu hening dan syahdu. Engkau peluk a ku dengan erat hingga kuraskan tubuhmy yang hangat, sambil berujar “Dini, Mbak banyak salah padamu. Maafkan yah Dhek?"

Ada rasa cinta yang begitu besar, ada rasa haru yang begitu besar yang teronggok, menyesak hingga kebatang tenggorok. Aku berharap, rasa itu akan luruh bersama tetesan airmataku. tetapi tidak! Rasa itu semakin menjadi menganiyaya diriku, mengunci lidahku Termasuk kata-kata mesraku. “Sama-sama mbak, Dini juga.,,” Hanya Patah-patahan kata itu yang mampu kulontarkan. Tiba-tiba Mbakku tercinta itu melepaskan pelukannya, beralih memandangi diriku dengan gumpalan air bening disudut matanya. “Dini jangan berkata seolah-olah ini pertemuan kita yang terakhir”. Sebuah kecupan mesra berlabuh dikeningku dan kupeluk lagi sosok yang sangat kusayangi itu dengan lebih erat. Kurasakan tubuhnya yang mengurus karena terkena TBC .

“ kalau mb pergi., siapa yang ku bawakan empek-empek ketika tidak menepati ljanji setelah seharian kutunggu?”
“Siapa lagi yang kuisikan pulsanya setelah belasan kali sms tiada dibalas?”
“Atau siapa yang selalu bolos liqo' (pertemuan ) kita hingga kusambangi dengan membawakan gantungan kunci berinisial kan namanya, sampul buku, note book ataupun hadiah kecil lainnya?"

Merasa sebagai terdakwa atas pertanyaan jenakaku, mbakku tertawa lembut ditelingaku persis. Dipelukan hangat kami, dagunya yang begetar terasa betul dipundakku yang saat itu menopang kepalanya. Itulah yang kuinginkan, mendengar tawa dimomen bahagianya.

‘Mbak.., sampai kapan kau memelukku? sedangkan tamu diluar sudah banyak menunggumu ….??? Akhirnya Mbakku melepaskan pelukan mesra itu. Tapi hangatnya momen itu sunguh takkan pernah terlupakan, bahkan masih bisa kurasa hingga sekarang. Saat ia meneleponku dari lampung: “Dini bagaimana kabarmu?"

“Dini terkena TBC , rasanya sungguh meriang?” Kujawab dengan singkat..,

“Yang benar saja Dini?..!! Sungguhkah itu?’ Kudengar jelas nada bersalahnya. Mungkin ia teringat, kami sering makan, tidur dan menghabiskan waktu bersama. Mungkin ia berpikir aku tertular olehnya..,

“TBC itu singkatan dari Tekanan Batin cinta, dan meriang itu singkatan dari merindukan rasa sayang..” Kujawab tanpa bisa menahan tawa.

“Diniiiiiiiiiii….!!!” Terdengar tone yang tiba-tiba meninggi beberapa tangga nada karena gemas. “Kugigit kau!!!"

“Silahkan kalau bisa?" Jawabku menggoda...,

Di sekitar ArsyNya ada menara-menara dari cahaya, di dalamnya ada orang-orang yang pakaiannya dari cahaya, wajah-wajah mereka pun bercahaya. Mereka bukan para nabi dan syuhada, hingga para nabi dan syuhada pun iri kepada mereka, ketika para sahabat bertanya, Rasulullah menjawab: “Mereka adalah orang-orang yang saling mencintai karena Allah, saling bersahabat karena Allah dan saling berkunjung karena Allah (HR Tirmidzi)

Semoga kita semua termasuk orang-orang itu mbak..,
Selamat jalan Mbak..,
Bagiku, sampai kapanpun kau adalah murobi' ku-guruku-

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More