Jumat, 31 Desember 2010

Suka Duka SMA


Oleh: Khusnul Khotimah

Suatu hari jalan-jalan ke pameran buku sama temen-temen rohis. E.... ketemu buku “100% DAKWAH KEREN!”, yang ditulis oleh Sofwan Al Banna.  Langsung lahap sapai habis. Jadi,”SIAP TEMPUR LAGI!!! LANJUTKAN.....”

Ketika dulu membaca buku ini aku dalam keadaan ‘menjadi orang yang merasa jenuh kehilangan orientasi dalam dakwah’, (cocok sama sasaran pembaca dalam buku ini). Jenuh karena saking banyaknya masalah yang terjadi. waktu itu di ROHIS SMA 7 Purworejo dan KARISMA(Keluarga Rohis SMA/SMK/MA se-Purworejo) sedang banyak-banyaknya kegiatan dan juga masalah. Sampai-sampai ada seorang alumni yg bilang “aku nggak mau lihat de Khusnul nangis lagi,”(ketahuan cengengnya nih!he....). karena setiap ada masalah aku pasti curhat sama alumni & nangis. Mereka selalu bilang, ”ini proses tarbiyah untukmu dek!” tanpa memberikan solusi. Hmmm... dongkol juga sebenarnya digituin. Tapi sekarang dah bisa ambil hikmah dari ucapan itu. Sunguh luar biasa memang, menjadikan aku lebih bisa bersikap dewasa dan tanggung jawab.

Banyak banget pelajaran yang dapat aku ambil dari buki ini, beberapa diantaranya yang akan aku ceritakan berikut ini.

A.    Tentang Dakwah Fardiyah(DF).
Kata temen-temenku di rohis dulu, aku orangnya nggak bisa bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. Sosok yang ditakuti, serius dan tak kenal kompromi. Aku akui, memang begitulah aku.

Setelah aku baca buku ini, aku jadi tau, betapa pentingnya DF untuk mengajak orang lain, belajar bersama untuk mengenal Allah. Mulai dari itu aku belajar untuk bisa melakukan DF denga baik. Dengan mulai melepaskan sedikit idealismeku, agar bisa diterima temen-temen yang masih ammah; Mulai mendekati mereka secara pribadi; Menjadikan diri sebagai pribadi magnsetis(pinjem istilah salah satu judul buku); dll.

Alhamdulillah usahaku pun berbuah manis. Banyak teman yang mengaku awalnya takut dengan diriku, takut harus gini harus gitu, e....tapi ternyata kalau udah kenal beneran, enak orangnya. Bahkan akhirnya banyak yang terbuka dan curhat ke aku, baik masalah pribadi maupun bertanya soal pengetahuan agama. Bukan hanya sesama angkatan, ataupun adik angkatan, tapi juga kakak angkatan.

Kisah yang lucu. Waktu itu di masjid sekolah aku dan temen kelasku yang kebetulan anak rohis sedang berdiskusi.
Tiba-tiba ada yang menyapa dari balik hijab, dan langsung bilang, “mb khusnul ya?”
“iya, ada apa de,” jawabku dari balik hijab, aku kurang begitu tau dia siapa. Yang aku tau, hari sebelumnya dia mengikuti kajian akhwat yang aku isi dari balik hijab juga. Dia anak kelas X. Dia tiba-tiba curhat panjang lebar tentang masalahnya. Aku sebisa mungkin memposisikan diri sebagai pendengar yang baik dan mencoba untuk mengajaknya memecahkan masalah tersebut.

Setelah adik angkatanku itu pergi, temenku tadi crita, kalau dialah yang sekarang ini menjadi idola para cewek di sekolah, bukan hanya yang satu angkatan dengannya saja, tapi kakak kelasnya juga mengejarnya.(ketahuan nggak ma’rifatul medan nih! He............).

Tak lama kemudia, ada suara ikhwan lagi dari balik hijab. Dia tiba-tiba minta untuk curhat juga. Yang satu ini aku nggak tau sama sekali siapa? Hari yang aneh pikirku. Ada dua orang ikhwan kelas X yang tak aku kenal, curhat dalam waktu yang sama. Yang lebih bikin aku kaget dia curhat kalau dia sedang dilanda virus merah jambu dengan adik kelasku waktu SMP(gubrag....!), yang kebetulan satu kelas dengannya.

B.     Jaminan pertolongan Allah, jika kita menolong agama Allah.
“Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan pijakan kakimu,”(QS. Muhammad: 7)
Aku tambah yakin setelah baca buku ini bahka ketika kita menolong agama Allah(berdakwah), Allah pasti akan menolong kita.

Sebuah crita dipenghujung SMA. Mungkin kalau yang tahu diriku, aku di cap anak bandel. Udah sakit-sakitan, mo hadapi ujian kelulusan, masih ja sibuk ngurusi dakwaah sekolah. Sampai-sampai ada temen kost yang bilang, “Masih muda, kok dibuat susah!”

Tapi Alhamdulillah aku bisa lulus ujian dengan baik dan dapat ketrima di dua Universitas Negeri sekaligus, di Yogyakarta. Padahal temen-temen yang lebih piter dari aku banyak yang belum keterima di perguruan tinggi manapun. Aku yakin hanya tangan-tangan Allah lah yang bekerja.

C.     Dana Minim+Ingin dakwah lebih produktif = Dakwah media.
Uang itu nggak turun begitu aja dari langit tapi harus diusahakan. Sebagai pemula kadang nggak perhitungan kalau bikin acara. Yang ada dipikiran, yang penting acaranya sukses. Kayak pengalaman penulis buku ini yang defisit sampai satu juta.

Udah mending ya, kalau bisa menggunakan sponsor. Lha di birokrasi sekolahku, setiap acara Rohis dilarang pake sponsor, sebesar apa pun acara itu. Alhamdulillah kalau uang dari sekolah bisa turun banyak, tapi ini uang yang turun bisa mencekek leher panitianya, alias sangat minim. Ditambah lagi uang masjid dan infaq siswa tidak dikelola oleh rohis lagi.

Bukan hanya masalah dana saja, tapi kadang pergerakan dakwah juga dibatasi. Proposal kegiatan kadang ditolak dengan alasan ini itu. Islam phobia memang telah menjangkiti sebagian besar orang islam sendiri. (kok malah jadi curhat ya? He....Afwan!)

Sekali dayung, dua tiga pulau terlampaui. Itu yang melandasi pikiranku untuk menembus dakwah media. Selain bernilai profit, misi dakwah kita juga bisa kena. Dengan dakwah media, kita bisa menembus ruang dan waktu seperti kata penulis di 100% Dakwah Keren ini. Tapi kita juga harus tau bagaimana kondisi medan dakwah kita.

Awalnya untuk menembus dakwah media, hanyalah anggan-anganku pribadi sejak kelas satu SMA, karena melihat perekonomian rohis yang cukup rumit.(he...awalnya kok udah profit oriented ya?). Hmmm... baru setelah aku jadi pengurus, baru kepikiran bahwa ini adalah dakwah yang paling efektif. Karena waktu itu nggak ada program rohis yang atmosfir dakwahnya mengenai seluruh masyarakat sekolah.

Setelah ngobrol, diskusi, grumpi sana sini sama temen-temen pengurus lain, Alhamdulillah mereka setuju.

Kami bentuk sebuah tim untuk mewujudkan dakwah media ini. Dari SWOT lapangan, persiapan pengajuan proposal kepihak sekolah, sampai jalannya kepengurusan dakwah media semuanya tim yang mengerjakan.

Kalau dakwah pengin diterima, harus disesuaikan dengan medan dakwahnya. Akhirnya kami buat sebuah buletin yang memiliki ciri khas tersendiri. Ada kartun religinya, trus bahasanya pakai bahasa anak muda, gaul abis pokoknya deh. Sampai-sampai pada heran, “beneran ini anak rohis yang nulis?” (wah.... berarti selama nie, anak rohisnya keliatan serius-serius? Belum tau mereka, he...).

Proses sampai terwujudnya media dakwah ini ternyata tidak semudah yang kami bayangkan. Proposal pun diajukan, untuk mendapatkan persetujuan. Dikira langsung dapat tanda tangan dengan mudah, karena tanpa minta dana sepeser pun dari sekolah. E..... ternyata harus menjalani syarat ini itu. Yang paling aku inget, disuruh ngumpulin seluruh perwakilan kelas, mempresentasikan proposal, trus minta tanda tangan mereka semua. Jangan dikira mudah. Apalagi selama ini rohis dipandang ‘ekstrim’. Perlu beberapa waktu untuk membujuk mereka, biar tanda tangan semua.

Alhamdulillah, dengan pertolongan Allah buletin rohis boleh diterbitkan.

Banyak pengalaman mengesankan dari perjalanan mengelola buletin. Dari yang aku buru-buru nulis materi utama pas pelajaran, karena sudah ditagih sekretarisnya, sampai disindir guru; Temenku yang cari percetakan sampai maghrib, karena percetakannya langganan, alatnya sedang rusak. Sedangkan percetakan lainnya pada penuh. Mencari percetakan muter-muter Purworejo sampai maghrib, ditambah lagi, ketilang karena nggak punya SIM. Dan juga motor itu hasil minjem lagi. Otomatis harus mintaa maaf sebesar-besarnya sama yang punya. Untung yang punya baik hati; Bukan hanya itu, yang tadinya berharap dapat laba dari buletin, e.... bukannya dapet laba tapi malah harus merogoh saku sendiri. Susahnya minta ampun buat ngambil uang kas dari bendahara masing-masing kelas; Huf... kadang juga harus mengelus dada ketika kertas-kertas itu dibuat kapal-kapalan atau pesawat terbang sama temen-temen, terus akhir-akhirnya nyasar di bak sampah.
           
Ya beginilah sekelumit suka duka di SMA. Yang kadang menuai keputus asaan, tapi berkat 100% DAKWAH KEREN, ghiroh itu selalu berkobar.

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More