Senin, 20 Desember 2010

The Beautiful Secrets

Oleh: Menik Yuni Hartini

Kalau ada musim durian dan musim rambutan, apakah ada yang namanya musim kawin? Maksudku, musim nikah. Selama seminggu ini ada tiga undangan nikahan.
Yang pertama, Si Yuli. Dia nikah sama pacarnya, Anto. Mereka bagaikan amplop dan perangko, nempeel terus. Pas masih pacaran, hampir tiap hari Anto ngapel. Tidak cukup satu jam dua jam, nyaris seharian Anto di rumah Yuli. Melakukan apa saja di dalam, aku tak pernah tahu. Seharian bersama, mereka belum puas. Acara masih dilanjutkan pergi boncengan berdua entah ke mana. Malam baru pulang, kadang Anto nginep.

Bapak pernah bicara pada Ibunya Yuli, tapi tetap tak ada perubahan. Lama-lama masyarakat sudah tak peduli dua sejoli itu mau berbuat apa. Akhirnya, ketahuan juga perut Yuli yang makin membesar. Anto diminta bertanggung jawab dan mereka akan segera bersatu dalam ikatan yang sah. Sayang sekali, cinta mengalahkan masa depan. Yuli yang baru masuk SMK, dikeluarkan dari sekolah.

Kedua, Mas Rizal dan pacarnya, Mbak Novi. Sebuah pernikahan setelah penantian yang panjang, sejak SMA hingga sekarang mereka berumur 25 tahun. Mereka sudah berpacaran sekitar tujuh tahun! Bukan waktu yang sebentar. Kedua keluarga menyambut pernikahan putra putri mereka dengan suka cita.

Yang terakhir, pernikahan paling kontroversial tahun ini. Ika yang seusia denganku, dinikahkan siri dengan Bang Topik, anak Pak Haji yang umurnya sudah 30 tahun. Resepsi akan digelar setelah Ika lulus enam bulan lagi. Perjanjiannya, jangan sampai tumbuh jabang bayi dalam perut Ika sebelum resepsi dilaksanakan. Alamak…. Macam mana pula ini. Banyak yang bilang Ika dijodohkan. Orang tua Ika merasa beruntung bisa menjadi besan Pak Haji yang kaya raya. Malang nian nasib Ika.

Beranekaragam kisah di balik sebuah pernikahan. Aku menarik satu kesimpulan, masyarakat di desaku menganggap bahwa pacaran adalah hal yang wajar, asalkan tidak ‘melampaui batas’. Dan satu lagi, tradisi Siti Nurbaya masih berlaku di desaku, Soka Tengah. Bagaimana kisah di balik pernikahanku nanti ya?

♥ ♥

Karena sedang liburan sekolah, aku memiliki banyak waktu untuk membaca beberapa buku pengembangan diri yang kubeli. Jika sudah tak ada kerjaan, aku melahap buku-buku itu. Aku merasa berada di dunia lain. Dunia yang serba baru.
Setelah semua buku selesai ku baca, ada beberapa bait yang merubah pemikiranku, berikut ini kutipannya:
“Selama pacaran, mereka berpikir sedang berusaha saling memahami. Tapi, bukan itu yang terjadi! Kenyataannya ialah mereka berusaha untuk tampak lebih baik dari yang sebenarnya. Sehingga, setiap kali berbicara, sebenarnya mereka sedang menyembunyikan diri masing-masing. Mereka sedang membuat iklan untuk menggoda pembeli. Karena takut bila pelanggan tidak puas, akhirnya ia akan ditinggalkan.” (Anis Matta)

Kita ingin tampil super di hadapan si doi. Kita ingin menjadi seorang yang perfect. Sayang, yang dibangun bukan perbaikan diri, tapi ‘proses penopengan diri’. Kadang kita berfikir, bahwa kita akan tampil wajar dan apa adanya saat kita berpacaran. Berbahagialah sedetik. Kalau memang pacar kamu seorang yang qanaah menerima kamu apa adanya. Kamu justru bisa berbagi dengannya tentang pribadimu. Memintanya mengoreksi perilaku-perilakumu. Bahkan ia akan membantumu menyelesaikan masalah. Tapi, apa iya kamu bisa menemukan yang tanpa ikatan apapun sesetia ini menghadapi keluh kesahmu? Kalau pun ada, kamu akan menjadi orang yang tidak siap menghadapi masalah meski hanya kecil saja di saat ia tak di sisi. Kamu tidak akan pernah menjadi manusia dewasa selamanya. Ini cukup berbahaya. Ketergantungan itu membinasakan. Idealnya, kita harus tetap menjadi sebaik-baik manusia yang kita mampu, baik ada dia maupun tidak ada dia. Tapi, selama ada kata pacaran yang hadir dalam kehidupan kita, hampir mustahil untuk bisa lepas menjadi pribadi seutuhnya. Sulit sekali untuk lepas dari bayang bayang si dia.

(Salim A.Fillah dalam buku Nikmatnya Pacaran Setelah Pernikahan)
“Barangsiapa menikahi seorang wanita karena memandang kedudukannya, maka Allah akan menambah baginya kerendahan. Barangsiapa menikahi wanita karena memandang harta bendanya, Allah akan menambah baginya kemelaratan. Barangsiapa menikahi wanita karena memandang keturunanannya, Allah akan menambah baginya kehinaan. Tetapi, barangsiapa menikahi wanita karena ingin menundukkan pandangannya dan menjaga kesucian fajrinya, atau ingin mendekatkan ikatan kekeluargaan, maka Allah akan memberkahinya bagi isterinya dan memberkahi isterinya baginya.” (HR Al Bukhari) Hadits ini juga berlaku bagi wanita yang hendak menikahi seorang pria.
Masih ada lagi. Ibnul Qayyim Al Jauziyah mengatakan, “Cinta akan lenyap dengan lenyapnya sebab. “ Ini berarti bahwa cinta abadi memerlukan sebab yang abadi.
♥ ♥


Akankah cinta Mas Rizal dan Mbak Novi abadi? Sudahkah Yuli dan Anto saling memahami? Dan, bahagiakah Ika menjadi istri Bang Topik sekaligus mantu Pak Haji? Hanya waktu yang bisa menjawab.

Aku teringat Argha, pacarku. Sebab apa yang membuatku cinta padanya? Karena dia kapten basket? Perawakannya yang gagah? Perhatian? Apa semua itu bersifat abadi? Bagaimana kalau suatu hari nanti dia kecelakaan hingga tangan dan kakinya patah? Masihkah aku mencintainya? Sabarkah aku merawatnya setiap hari sebagai bukti cinta? Bagaimana dengan sekolahku? Masa depanku?

Perhatian? Apa benar Argha seperti itu? Atau karena sedang kasmaran sehingga melakukan yang baik-baik saja. Bagaimana nanti kalau sampai titik jenuh? Masihkah dia memperlakukan aku dengan baik?

Kriteriaku memilih pasangan kini berubah drastis. Aku mengatakan ‘pasangan’ bukan ‘pacar’. Pasangan hidup di dunia hingga akhirat. Aku mendambakan seorang yang memahami bahwa Islam itu indah. Aku ingin lelaki yang bangga dengan identitas muslimnya. Aku memimpikan lelaki yang mencintai dan mengamalkan Al-Qur’an. Karena rahasia kehidupan ini ada di dalamnya. Aku berharap mendapatkan pasangan yang menjaga shalatnya. Dengan itu semua, aku yakin kepribadiannya akan membuat orang di sekelilingnya merasa tenteram dan damai, termasuk istrinya. Jika tak cinta, ia tak kan menyakiti. Jika cinta, ia akan memuliakannya. Pantaskah aku mendapatkan yang seperti itu?

♥ ♥

Liburan sekolah telah usai. Aku menemukan banyak sekali hikmah yang membentuk arah pemikiranku. Aku sudah tahu ke mana, bagaimana, dan untuk apa aku melangkah.
Allah memberikan anugerah yang sangat besar kepada kita yang mungkin tidak dimiliki oleh makhluk lain, yaitu “Kekuatan Untuk Memilih”. Dalam hidup ini kita dihadapkan pada berbagai macam pilihan. Dan setiap kita memutuskan untuk memilih, selalu ada alasan yang mendasari. Apakah alasan itu benar atau tidak, kembali kepada diri masing-masing.

Dengan tekad kuat dan hati mantap, aku memilih untuk melepas Argha. Akan ku utarakan niatku secara halus agar dia mengerti. Aku mencintainya, tapi bagiku cinta itu semu. Jika memang jodoh, pasti akan bersatu kembali dalam ikatan yang suci. FRESH YOUR LOVE TO FRESH YOUR LIFE.

Seminggu telah berlalu sejak hari pertama masuk sekolah. Aku merasa Argha selalu membuatku tergoda. Mungkin benar karena dia sangat mencintaiku. Ah, aku tak kuat harus menahan dinding pertahanan terlalu lama.

Seperti biasa, aku dan Alya, sahabatku, menghabiskan waktu istirahat di perpustakaan. Alya belajar dan aku membaca buku-buku kesukaan.
“Ra, aku mau ngomong.” Tiba-tiba Argha datang dengan wajah serius.
“Ngomong apa Ar?
“Sini.” Dia ke luar dan aku mengikuti di belakangnya.
“Kamu kenapa sih? Sejak hari pertama sekolah jadi beda. Ada masalah?”
“Gak ada.”
“Terus kenapa? Ngomong aja kalo aku punya salah.”
“Kamu gak salah kok Ar?”
“Kalo aku gak salah, kenapa kamu cuek sama aku?” Suara Argha terdengar melemah. Ingin sekali aku meraih tangannya. Tapi ku tahan.
“Aku jelasin pulang sekolah nanti ya?”

♥ ♥

“Teet teet teeet….” Bel pulang sekolah berbunyi.
“Ra, aku duluan ya. Kamu dianter Argha kan?” Alya sudah berdiri dan siap meluncur ke rumah.
“Iya Al, kamu duluan aja. Ati-ati ya?”
“Okey….”

Bersamaan dengan itu, Argha menghampiriku.
“Ayo jelasin.” Argha duduk di depanku.
“Apa?” Aku pura-pura lupa. Argha meraih tanganku dan menunjukkan wajah memelas.
“Di luar aja yuk.” Aku berjalan ke luar, Argha mengikutiku.
“Kamu baca di rumah ya?”

Aku menyerahkan sepucuk surat yang sudah ku persiapkan jauh-jauh hari. Aku sudah mengantisipasi jika ternyata lidah ini tak mampu mengutarakan maksud hati. Bila aku berada di posisi Argha, pasti aku menangis. Itu karena Argha belum memahami apa yang telah aku pahami. Sebuah Secret. Ku harap dia akan memahami Secret indah itu secepatnya.

Assalamu’alaikum….
Ba’da tahmid dan shalawat.
Syukur kepada Allah yang senantiasa melimpahkan kasih-Nya pada kita. Argha, Aku sudah menemukan Kekasih yang jauh lebih baik darimu. Dia tak pernah tidur, selalu ada, dan selalu menjagaku. Dialah Yang Maha Kasih yang tak pernah berhenti mencintaiku. Kamu juga boleh mencintai dan menjadi kekasih-Nya. Syaratnya, kita tak boleh membuat dia cemburu. Kita harus jauhi segala larangan-Nya, termasuk hubungan kita selama ini.

Mulai sekarang, aku akan segera manghapus namamu dari memori yang salah arah itu. Kamu juga ya? Kita tetap saudara sesama muslim. Insya Allah Dia punya rencana yang indah untuk kita. Teruslah memperbaiki diri. Semoga kamu mendapatkan perempuan shalihah yang jauh lebih baik dariku saat ini. Seorang perempuan yang membantu menjaga agama-Mu dalam ikatan pernikahan yang suci. Sehingga hidupmu senantiasa dalam ridho-Nya.

Sudah dulu ya, semoga kita diberi kekuatan dan kesabaran untuk menggapai cinta hakiki…. Amin.
Wassalam

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More