Jumat, 17 Desember 2010

Novel Jihad Yang Mengajarkan Banyak Hal

Alhamdulillah, pertengahan Maret 2010, saya mendapatkan kiriman buku dari penerbit Pro-U Media yang saat itu baru terbit Maret 2010. The Gate of Heaven adalah judul buku itu yang ditulis oleh Akh R.h. Fitriadi. Kebetulan saat itu, saya sedang banyak antrian baca buku dari terbitan pro u media juga, akhirnya, buku yang baru datang di pertengahan Maret 2010 itu dipinjam oleh seorang ketua Kaderisasi Partai Keadilan Sejahtera Kecamatan Darmaga Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat, karena saat kiriman datang, beliau ada di depan saya. Setelah beliau selesai, saya pun langsung membacanya.

Karena membaca itu menyenangkan, apalagi novel ini mengalir dan membuat pembacanya penasaran. Tak terasa, saya selesai membacanya sekitar 1 hari. Jarang-jarang saya bisa baca buku tebal dalam 1 hari Sungguh, saya dibuat menangis membaca novel ini. Bahkan saat membaca tulisan dari pekikan takbir para mujahidin Gaza di Palestine, dada bergemuruh.  Setiap halaman yang menurut saya penting pun saya lipat di setiap lembar pada bagian ujungnya.

Bahkan setelah selesai membacanya, saya langsung SMS penerbit untuk tanya nomor HP si penulis. Agar bisa komunikasi dan dialog serta mengucapkan barokalloh atas karyanya yang banyak mengajarkan berbagai hal: Pemahaman (al-fahmu), keikhlasan (al-ikhlas), aktivitas kebaikan (al-amal), perjuangan (al-jihad), pengorbanan (at-tadhhiyyah), ketaatan (ath-tho’at), keteguhan (ats-tsabat), kemurnian amal (at-tajarud), ukhuwah (al-ukhuwah), kepercayaan (tsiqoh), kesetiaan, keberanian, kepahlawanan, kepemimpinan, para pencari syahid, taubat sebenarnya, kerahasiaan, itsar,  kedisiplinan, kasih sayang, persaudaraan, cinta, kerja sama dan profesional.

Novel ini pun, memberikan informasi betapa zionis ‘israel’ la’natulloh yang memiliki segala fasilitas dunia yang serba canggih bisa dikalahkan oleh para pejuang ditengah keterbatasan fasilitas namun memiliki kecerdasan dan strategi jihad yang spektakuler. Serta informasi betapa pengaruh boikot produk ‘israel’ membuat perekonomian mereka kesulitan. Mari, lanjutkan program boikot produk ‘israel’.

Saking bagusnya novel ini, saya pun langsung mendisplay dan mempromosikan buku ini di website saya. Link-nya bisa di klik di http://jsattaubah.multiply.com/journal/item/1870. Saat tulisan ini saya ketik [28/10/2010 pukul 23:44 WIB], promosi saya sudah di klik sebanyak 38 orang dan sudah di komentari para pembaca.

Di novel ini, saya di buat menangis di judul ‘Rapat Mujahidin’ halaman 119-124 dan ‘Kumandang ukhuwah’ halaman 151-153. Bahkan, jika halaman lain tak saya baca pun, hanya dengan membaca halaman diatas, saya tetap dibuatnya menangis dengan degupan hati yang getar. Bagaimana tidak, di halaman 119-124 kita diajak menyimak aatu menyaksikan dialog yang benar-benar belum pernah saya saksikan di Indonesia.  Para pejuang HAMAS yang diwakili oleh salah seorang panglimannya yang bernama Abu Sulaiman Al Hurr memaafkan penduduk Gaza yang menjadi mata-mata zionis la’natulloh. Padahal saat itu, para pejuang HAMAS bisa membunuh semua mata-mata zionis yang berhasil mereka tangkap. Namun karena cinta dan kasih sayang yang ALLOH berikan kepada hati-hati para pejuang HAMAS, membuat mereka tidak membunuh para mata-mata itu. Alhamdulillah, sejak hari itu, para mata-mata itu pun langsung menjadi manusia-manusia yang mencari kematin terindah: syahid fi sabilillah.

Assalamu’alaikum warohmatullohi wabaraktuhu wahai saudaraku semua. Saudaraku semuanya, saya datang mewakili brigade kaum mujahidin Gaza untuk membacakan keputusan mengenai nasib kalian semua yang selama ini telah menjadi koalborator shin Bet (antek zionis ‘israel’ la’natulloh-pen) di Jalur Gaza. Berdasarkan keputusan bersama, maka kalian semua diberikan dua pilihan. Siapa yang merasa salah satunya merupakan pilihan yang terbaik, silahkan memilihnya. Pilihan pertama, kalian semua akan kami diamkan disini sampai perang selesai. Bila ALLOH menghendaki kalian selamat, maka kalian akan selamat dari serangan ’israel’. Namun bila ALLOH berkehendak lain, maka bertobatlah dengan sebenar-benarnya tobat. Semoga ALLOH mengampuni dosa – dosa kalian semua. Pilihan yang kedua, kalian akan bergabung bersama kami dalam pasukan khusus yang menjadi bagian penting dalam strategi perang. Ini merupakan kesempatan kedua yang ALLOH berikan kepada kalian semua untuk menebus kesalahan – kesalahan yang pernah kalian lakukan pada masa silam. Saya tahu, banyak motif yang membuat kalian menjadi kolaborator Shin Bet dan tidak semua dilakukan oleh kerelaan hati kalian. Kami pasukan mujahidin Gaza tidak ingin mengulangi tindakan keji yang pernah dilakukan ‘israel’ kepada kalian dengan memaksa serta memakai segala cara untuk menjadi kolaborator Shin Bet. Kami tidak mampu membayar kalian dengan gaji yang tinggi. Apalagi mengancam membunuh orang – orang yang kalian cintai bila misi tidak dilakukan. Berjihad di jalan ALLOH hanya dapat dilakukan oleh keikhlasan di hati. Kami yakin, di lubuk hati yang paling dalam, masih ada keberanian dan kebaikan yang mendominasi tingkah laku kalian semua. Kalian membenci HAMAS, tapi tidak membenci Gaza. Hari ini, ‘israel’ ingin menghancurkan Gaza, bukan HAMAS. Kami membela Gaza karena kecintaan yang sama dengan kalian. Kecintaan untuk kehidupan yang lebihbaik ke depan. Kedamaian akan kebebasan kita untuk beribadah kepada ALLOH dan bermuamalah kepada manusia. Sungguh, saya selalu berprasangka baik kepada kalian semua. Saya mengenal sebagian di antara kalian sebagai saudaraku yang berakhlak baik. Saya kenal Yasser Abbas sebagai seorang guru yang ramah dan sennag bergaul dengan anak – anak. Banyak kebaikan – kebaikan yang diceritakan anak – anak kami tentang sosok guru yang dicintai mereka. Semoga ampunan dan rahmat ALLOH tercurah padamu wahai Guru dari anak – anak kami. Saya mengenal Yahya sebagai seorang ayah yang baik dan bertanggung jawab atas anak dan istrinya. Kebaikan Yahya dan kelembutannya bisa saya rasakan ketika melihat bagaimana anak-nya mencium kepalanya sebelum ia berangkat ke sekolah. Sungguh, saya banyak belajar untuk berbuat baik dan mencintai keluarga dari Yahya sang pencukur. Kalian di sini semuany, semuanya telah dijamin keselamatannya oleh orang – orang yang mengenal dan mencintai kalian karena ALLOH. Sunggu, tidak ada satu pun wajah kalian yang terluput dari perhatian para mujahidin Gaza. Di luar sana, saudara – saudara kalian telah menjamin keselamatan diri kalian dengan jiwanya sendiri. Ada ratusan mata yang menangis meminta agar kalian tidak dieksekusi. Saya pribadi menjamin keselamatan Yasser Abbas dan Yahya dengan keselamatanku sendiri. Setiap kalian yang ditebus keselamatannya, maka wajib bagi penebus kalian untuk mengawasi tindakan kalian selama masa perang ini. Bila kalian yang telah ditebus keselamatannya masih melakukan tindakan khianat atau melarikan diri dari perang, maka kewajiban bagi penebus untuk mendapatkan hukuman atas pengkhianatan kalian. Bila dalam perang ini sang penebus keselamatan kalian syahid di jalan ALLOH, maka tidak diwajibkan kalian untuk berperang lagi dan bergabung dengan kaum mujahidin. Kalian boleh lari untuk menyelamatkan diri atau melanjutkan perang bersama para mujahidin Gaza karena keikhlasan di hati. Bila perang telah selesai, maka keselamatan kalian akan kami jamin untuk dikembalikan kepada keluarga kalian masing – masing. Sekarang semua keputusan kami kembalikan kepada kalian semua. Di luar sana, sudah menunggu saudara – saudara kalian. Namun sekali lagi, tidak ada pemaksaan dalam berjihad di jalan ALLOH. Mereka tidak kami izinkan masuk dan menampakkan diri pada kalian sampaikalian memutuskan mana pilihan yang kalian ambil. Saudaraku, bertobatlah dengan sebenarnya tobat. Semoga ALLOH mengampuni dosa – dosa kita semua. Aamiin. Saya sudah menyampaikan semuanya. Semoga ALLOH memberikan keputusan yang terbaik untuk kita semua. Sekarang silahkan berpikir: Kami beri waktu satu jam, karena tidak sampai satu hari lagi pasukan ‘isarel’ memulais erangan. Saya mohon diri. Assalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuhu.”

Tulisan bercetak miring di atas adalah pemaparan Abu Sulaiman (perwakilan HAMAS) tentang pilihan kepada para kolaborator Shin Bet yang berhasil ditangkap oleh pasukan HAMAS. Adapun di bawah ini adalah jawaban kolaborator Shin Bet yang dijamin keselamatnnya.

Demi ALLOH! Saya Yahya bin Muhammad Shalih bersumpah, akan menebus nyawaku dengan keselamatan Abu Sulaiman. Baik dalam perang ini atau perang kapan saja yangterjadi antara Abu Sulaiman dengan ‘israel’. Demi ALLOH, aku lebih rela peluru menembus diriku daripada menembus badan saudaraku tercinta ini.”
Demi ALLOH, saya Yasser Abbas bersumpah akan menebus keselamatan Abu Sulaiman serta mujahidin Gaza dengan nyawaku. Ya ALLOH, jadikan taubatku sebagai penembus kesalahan-kesalahanku. Dan jadikanlah kematianku adalah kematian yang pertama dalam perang ini. Amiin..” “ALLAHU AKBAR. ALLOHU AKBAR. ALLAHU AKBAR!!!” Takbir pasukan Brigade al-Qassam menggema di ruangan itu.”

Sedangkan di halaman 151-153, saya dibuat menangis oleh kalimat–kalimat panjang seorang  wanita Indonesia yang jadi relawan. Kalimat-kalimat panjang dari mulutnya yang memprotes penutupan pintu perbatasan Raffah oleh Pemerintah Mesir. Sungguh, kalimatnya itu benar-benar menyentuh hati dan emosi saya.

Seandainya saya masih bisa berharap, maka saya akan berharap rakyat Gaza berbatasan langsung dengan negara kami Indonesia. Sehingga saya bisa berteriak di tengah masyarakat kami untuk berbondong-bondong menuju daerah perbatasan dan menghancurkan pintu lintasan perbatasan. Seandainya perbatasan Gaza ini adalah negara Indonesia, maka akan saya datangi Masjid-Masjid untuk mengumandangkan azan. Memanggil semua Muslimin yang ada di Indonesia agar bangun dari tempat tidurnya yang nyaman, untuk melihat penderitaan saudaranya yang bahkan tidur saja tidak mempunyai kesempatan. Senadainya perbatasan Gaza ini adalah negara Indonesia, maka akan saya datangi Majlis Ulama Indonesia untuk mengeluarkan fatwa wajib hukumnya menyambut dan memuliakan kedatangan tamu dan saudara seakidah apalagi bila mereka sedang ditimpa musibah. Padahal, tidak ada yang tertimpa musibah terbesar di dunia saat ini sebesar musibah yang menimpa saudara kami di Gaza. Seandainya saja perbatasan Gaza adalah negara Indonesia, maka akan saya bagunkan anggota keluarga saya, ayah, ibu dan saudara kandung saya. Akan saya hubungi para tetangga-tetangga saya. Akan saya kunjungi semua saudara ibu dan ayah saya. Dan akan saya katakan, ‘Bersiaplah, karen aada saudara kita yang sedang menuju kemari, sedangkan mereka dalam keadaan letih dan lemah,  berpuasa dan belum beristirahat serta memikul beban berat di pundaknya selama menempuh perjalanannya yang jauh. Seandainya perbatasan Gaza ini Indonesia, maka saya akan ajak ratusan jutaan umat muslim di negeri saya untuk berdoa dan berupaya dengan sekuat tenaga membantu untuk ketabahan dan keikhlasan para ibu-ibu yang ditinggalkan oleh suami dan anaknya karena menjadi korban perang. Saya akan menyambut kedatangan mereka di pintu perbatasan dengan ucapan, ‘selamat datang wahai penduduk Gaza, kehadiranmu di negeri kami layaknya kehadiran Muhajirin yang berhijrah dari Mekkah ke Madinah karena menghindari fitnah dan kezaliman bangsa kuffar. Dan posisi kamu untukmu wahai penduduk Gaza bagaikan kaum Anshor yang menyambut kehadiran saudara jauhnya. Maka silahkan berlindung di rumah – rumah kami, makanlah dan tidurlah bersama-sama kami. Dan izinkan kami mengurangi penderitaanmu dengan pemberian – pemberian kami. Karena kami dilahirkan dalam keadaan beriman sedangkan kalian dilahirkan dalam keadaan beriman pula. Seandainya saya adalah penduduk Mesir dan bukan penduduk Indonesia, maka saya akan berteriak di tengah jalan – jalan kota Kairo dan mengatakan, ‘Wahai kaum keturunan para Nabi, sungguh terpuji nasab kita, sungguh beruntung sejarah kehidupan kaum kita, sungguh mulia tanah – tanah kelahiran kita, karena disini dulu hidup dan besar Nabiyulloh Yusuf ‘alaihissalam. Besarnya Nabiyulloh Musa ‘alaihissalam dan Harun ‘alaihissalam. Sejarah kehidupan mereka diabadikan di dalam AL qur’an. Di sini terkubur banyak syuhada dan para sahabat Nabi. Maka, janganlah engkau membuat mereka bermuka masam ketika bertemu dengan kita karenakita berpaling dari apa yang telah mereka ajarkan dulunya. Wahai kaum keturunan para Nabi! Malulah kita kepada ALLOH yang telah memuliakan bangsa Arab sebagai bangsa para Nabi, namun kita mengingkari apa yang mereka ajarkan setelah mereka tiada!’. Namun saya bukan penduduk Mesir, dan Muslimin Indonesia terlalu jauh dari sini untuk saya minta bantuan. Maka saya tidak akan melakukannya kecuali mengadukan hal ini kepada Tuhannya kaum Muslimin, agar ALLOH menguatkan hati para penduduk Gaza dengan kesabaran yang tinggi dan mengampuni kelemahan kami, Muslimin di Indonesia. Wahai penduduk Gaza, maafkanlah saudaramu ini! Maafkan saudaramu ini. Maafkanlah saudaramu ini!”

Masih di novel ini, jika kita membacanya dengan benar dan dengan hati, kita seolah diajak berada dalam cerita itu. Saya merasakan setiap episode yang terjadi dalam novel itu. Emosi saya begitu mengikutinya dan hadir dalam setiap kondisi. Dalam setiap dialog yang dipaparkan, saya seolah ada diantara mereka dan melihat mereka. Hanya saja, akan lebih bagus jika ada foto para tokoh yang ada di novel itu di tampilkan agar pembaca bisa mengenalnya. Dari sekian banyak tokoh, saya hanya tahu wajah Ismail Haniyah & Mahmoud Al Zahar.

Setalah membaca Novel itu, saya jadi ingin ketemu langsung dengan  Abu Yusuf, Yasser, Usamah, Ummu Umair dan bayinya, Ummu Fatih dan bayinya, Ummu Ali dan bayinya, Ummu Yusuf dan bayinya, Ummu Kautsar dan bayinya, Ismail Haniyah, Ummar Ayash Al Azzam (40 thn, Abu Sulaiman Al Hurr), Said Ibnu Hisyam, Ibrahim Yasin, Nasser Al Shaer, Mahmoud Al Zahar, 3 lelaki berumur 30 tahunan di regional Asia Tenggara, 7 pria Dewan Syuro Hizbullah, Imam Al Fakih,  Yasser Abas,  Yahya bin Muhammad Shalih, Musa Harun, Fatah Aziz (27 thn, pengawal pribadi Abu Sulaiman yg juga Dokter spesialist bedah di RS Asy Syifa), Nafisa (istri Fatah Aziz yg sedang hamil 9 bulan), Paman Ibrahim, Bibi Sarah, Ra’id Al-Attar (petinggi Brigade Izzudin Al Qossam), Ahmad Al Mudallal (tokoh pemersatu jihad ISLAM dan Brigade Al Quds), Mahmud Ar-Riifi (panglima muda pemberani Brigade Hizbullah Palestina), Abu Ubaidah, Batalion Ababil, Batalion Salman Al Farisi, Batalion Saad bin Abi Waqqosh, Pemuda-pemuda angkatan badar, Ahmad Riffi, Ananda Meutia (relawan Indonesia) dan yang ada dalam novel itu.

Di novel ini pun saya jadi tahu tentang kelompok Laskar Sholahuddin. Mereka adalah pasukan khusus yang dilatih secara kuat, ta’at, patuh, rahasia, tegas dan profesional untuk menjadi tameng utama bagi keselamatan jiwa para petinggi-petinggi HAMAS. Laskar Sholahuddin dipilih dari pasukan Brigade Izzuddin al-Qossam yang telah menampakkan prestasi gemilang. Identitas anggota Laskar Sholahudin sangat rahasia. Tidak ada orang yang tahu siapa saja anggota laskar kecuali para petinggi yang dilindungi oleh mereka. Kelompok ini terbiasa memakai penutup kepala untuk menghilangkan jejak dan tidak dikenal oleh pihak zionis. Uniknya, diantara anggota laskar itu ada yang berprofesi dokter muda, pengusaha muda, pemilik rumah makan serta profesi dan bisnis lainnya.

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More