Rabu, 12 Januari 2011

Hari Gini Pacaran, Apa Kata Dunia???

Oleh: Wahyu Hidayanto

Beberapa pasang muda-mudi yang belum terikat dengan pernikahan itu selalu menjadi pandanganku setiap malam di pinggir jalan itu. Apalagi kalau sabtu malam minggu menjadi lebih banyak pasangannya dibanding malam-malam lain, mereka tidak berkumpul jadi satu, tapi mereka memisah sepasang-sepasang, mereka semua mencari tempat yang tidak terkena cahaya lampu, meskipun ada yang kena, cahayanya cuma remanng-remang. Mereka bercengkrama ria, bersuka ria, bermaksiat ria berjamaah di tempat terbuka, ada yang berpelukan bahkan sampai berciuman, “ Astaghfirullah,” Aku mengelus dada dan beristighfar beberapa kali.
“ Di tempat umum dan terbuka seperti itu saja berani melakukan hal senonoh seperti itu, bagaimana kalau di tempat tertutup (kost misalnya) yang tidak terlihat oleh orang apa yang akan dilakukan mereka, Na’udzubillah,” Ucapku lirih. “Yaa Allah begitukah generasi muda saat ini?,” Batinku.

Aku langsung pergi meninggalkan pasanagan yang bermaksiat ria tersebut, sebenarnya di dalam hati kecilku terbersit keinginan untuk menegur dan mengingatkan mereka, tapi aku belum berani. Aku juga tahu kalau hal itu bisa  membahayakan mereka, jika sampai terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, maka itu akan menjadi aib keluarga mereka dan masyarakat kampung sekitarnya.Aku agak sedikit malas untuk mengingatkan pasangan yang sedang berduaan ditempat sepi, aku belum siap mentalnya dengan cacian yang bakal didapat, tapi aku berjanji dan yakin suatu saat nanti akan berani dan mampu menyadarkan mereka. Aku sadar untuk melaksanakan tugas ini, tugas meluruskan pergaulan generasi muda, tidak bisa seinstan merebus indomie, aku juga sadar tugas dakwah ini tidak bisa dia lakukan sendirian, harus berjama’ah, karena jika sendirian syaitan akan mudah mengganggunya dan menjerumuskannya ke dalam kesesatan, karena kambing yang sendirian akan mudah diterkam oleh serigala. Dan lebih bagusnya itu harus diamankan dan ditertibkan oleh petugas yang berwenang misalnya Satpol PP.

Baru-baru ini aku membaca berita tentang diamankannya delapan pasang mahasiswa yang sedang mesum di kost-kost-an. Pagi itu aku membaca berita dari situs yahoo, waktu itu aku berencana membuka E-mail, ingin melihat apakah ada pesan yang masuk atau tidak dengan memanfaatkan hotspot kampus, aku duduk di taman sendirian dengan ditemani laptop kesayangan, tiba-tiba aku melihat berita dengan judul, Polisi Amankan Delapan Pasangan Mahasiswa Mesum, langsung aku buka berita itu, dan ini beritanya :
Tolitoli, Sulteng (ANTARA) - Kepolisian Resor Tolitoli, Sulawesi Tengah, mengamankan delapan pasangan dari kalangan mahasiswa yang tengah mesum di sejumlah tempat kos di daerah ini.
"Mereka terjaring dalam razia operasi penyakit masyarakat mulai digelar sejak tanggal 8 November 2010," kata Kepala Satuan Reserse dan Kriminal Polres Tolitoli, AKP Lexi Gagola, Jumat (12/11) dini hari hingga sore tadi, razia yang mendadak dilakukan di sejumlah tempat kos dan petugas mendapati tiga pasangan mesum di dalam kamar di lokasi yang berbeda.
Saat razia ini digelar, kata Lexi, pasangan tersebut tidak memiliki surat resmi menikah. Sehingga polisi langsung menggiring mereka ke Mapolres Tolitoli untuk diproses lanjut.
Sebelumnya, pada Kamis (11/11) polisi juga memboyong lima pasangan mahasiswa yang tengah mesum.
"Pengakuan mereka, lebih senang main di kos-kosan karena dirasa aman dari razia," ujar Lexi.
Lexi menjelaskan, pada umumnya mahasiswa dan mahasiswi yang terjaring razia ini adalah mereka yang sedang menjalin cinta alias pacaran.
"Penentuan target oprasi adalah kalangan anak muda yang tinggal di kos-kosan," tuturnya.

Selesai membaca berita itu aku langsung mengerutkan dahi, pertama yang ada di dalam benak pikiranku adalah pertanyaan : “ kenapa jarang sekali polisi melakukan tindakan seperti itu?,”
“Kenapa yang di daerahku sampai sekarang belum pernah diadakan razia seperti di Tolitoli?,”
Padahal di daerahku juga banyak polisi ada juga Satpol PP, dan seharusnya merekalah pihak yang berkewajiban menertibkan dan mengamankan tindakan yang melanggar norma itu. Malah yang sering aku dengar adalah penertiban (penggusuran) Pedagang Kaki Lima (PKL) oleh Satpol PP dengan alasan mengganggu lalulintas, membuat lingkungan jadi kotor, merusak pemandangan dll, padahal kan mereka mancari makan. Tapi kenapa orang-orang yang berbuat maksiat, berbuat zina secara terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi dibiarkan saja berkeliaran dimana-mana, padahal mereka juga mengganggu lalu lintas (yang di pinggir jalan), mereka melanggar norma yang berlaku di masyarakat dan mungkin sebagian karena perbuatan merekalah yang membuat Allah murka, bumi tidak lagi bersahabat dengan kita, sehingga bencana membanjiri negeri ini, maksudnya bukan hanya bencana banjir, tapi banjir bencana. (eh kok jadi kemana-mana kan mau menulis kisah menggugah, gimana sich? )

Kedua, aku bersyukur kepada Allah, Alhamdulillahi Rabbil ‘alamiin, karena bukan aku yang diamankan oleh polisi, karena sebelum musim razia seperti itu aku sudah dapat hidayah terlebih dahulu, hidayah dari Allah untuk tidak pacaran. Dulu waktu aku masih SMA dan beberapa bulan di Perkuliahan, aku juga termasuk aktivis pacaran,”Astaghfirullah,”. (Aktivis bro/sis ! Ini bukan pamer lho, hehehe, terus namanya apa?, Yo mboh…). Tapi aku pacarannya tidak seperti orang kebanyakan lho, yang menjalani aktivitas pacarannya dengan pegang-pegangan tangan, ciuman, raba-rabaan, bahkan sampai making love (ML), Na’udzubillah Minzhalik…

Pacaranku Islami (mang ada ya?), itu kata sebagian orang yang belum paham syari’at islam dengan benar, kami dulu cuma sms-an, telpon-telpon-an, jarang ketemuan itupun jaga jarak (cek ile, hueebat banget, pasti itu yang diingat aja, terus yang lain cek-cek lupa). Padahal yang namanya pacaran bagaimanapun tetap saja tidak diperbolehkan dalam Islam bahkan ada yang bilang pacaran itu “Haram” karena mendekati zina, bukan hanya sekedar mendekati zina malah bisa jadi dijadikan ajang zina seperti pada berita di atas yang kebanyakkan dari mereka lagi menjalin cinta alias pacaran. (kecuali pacaran setelah pernikahan ini lain, kata orang nikmat, kayak sudah pengalaman aja, hehehe)

“Dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk.” (QS Al Isra’:32)

Zina itu juga bukan hanya sekedar kalau kita sudah berhubungan intim saja atau jika kita sudah kehilangan kegadisan atau keperjakaan saja, tapi mata, tangan, telinga, kaki, lidah dan hati juga bisa berzina dan perlu juga kita jaga kesuciannya. Sabda Nabi Muhammad SAW :
Telah tertulis atas anak adam nasibnya dari hal zina. Akan bertemu dalam hidupnya, tak dapat tidak. Zinanya mata adalah melihat, zina telinga adalah mendengar, zina lidah adalah berkata, zina tangan adalah menyentuh, zina kaki adalah berjalan, zina hati adalah ingin dan berangan-angan. Dibenarkan hal ini oleh kelaminnya atau didustakannya.(HR Bukhari dan Muslim)

Aku juga bingung kenapa aku dulu bisa menjadi aktivis pacaran, seingatku awalnya adalah pengaruh dari teman-teman yang berpacaran ( bukan menyalahkan teman, tapi kita memang harus berhati-hati dalam memilih teman) dan yang kedua adalah dorongan dari dalam diriku sendiri (ini yang berbahaya).

Setelah kurang lebih dua bulan aku menjalani kuliah, Alhamdulillah Allah memberikan hidayah-Nya, melalui perantara komunitas orang-orang sholeh, Insyaallah,  yang selalu memperbaiki diri dan juga tidak lupa mengajak orang lain untuk selalu memperbaiki diri dan mendekatkan diri kepada Allah (jadi ingat lagunya mas Opick, tombo ati, “Berkumpulah dengan orang sholeh”)
Selain itu, aku juga banyak baca buku tentang bahaya pacaran, dan buku yang paling berkesan pada diri saya adalah buku Nikmatnya Pacaran Setelah Pernikahan yang ditulis oleh mas Salim A Fillah dan diterbitkan oleh Pro-U Media. Di dalam duku itu banyak sekali ilmu dan motivasi yang didapat, salah satunya yang masih aku ingat sampai sekarang adalah bagaimana cara memutuskan pacar dengan menggunakan surat dan cara itulah yang aku gunakan untuk memutuskan pacarku. (maaf, aku lupa nggak mengarsipkan suratku)

Minggu siang itu , aku dan Hendra, teman satu kostku, menyempatkan main ke kontrakan temanku, Heri (bukan nama sebenarnya),yang sebelumnya sudah aku sms terlebih dahulu, karena sudah lama tidak main ke kost kami. Heri adalah teman kami yang berasal dari Perguruan Tinggi lain, dia sering curhat dengan kami perihal terjebaknya dengan aktivitas pacaran, dia juga sedang mencari bagaimana caranya berhenti menjadi aktivis pacaran (memutuskan pacarnya).

“Assalamualaikum, Her,” Aku dan Hendra mengucapkan salam sambil mengulurkan tangan untuk bersalaman dengan Heri.
“Wa’alaikumsalam,” Jawab Heri.
“Kamu apa kabar Her?, sudah lama nggak nongol.”
“Alhamdulillah baik, kuliahnya full, sibuk banget, kalian sendiri sudah lama nggak main kerumah, tumben sekarang main, ada angin apa kalian main ke rumahku?,”
“Sibuk?,  Sedikit-sedikit bubuk maksudmu atau malah sibuk pacaran? Samalah kalau begitu aku juga beberapa hari ini sibuk banget, banyak buat laporan, di kampus juga lagi banyak acara,”
“ Ya,Her, aku juga lagi sibuk, kuliahnya sampai sore terus,”Tambah Hendra.
“ Pacaran kata kamu Yu?, Alhamdulillah aku dah bisa melepasnya, walaupunn belum sepenuhnya, dia masih sering nelpon aku, kamu sendiri Yu, dengan pacar kamu yang di kampung itu bagaimana?,”
“ Alhamdulillah beberapa hari yang lalu sudah aku putuskan juga, bagaimana caranya Her, padahal kata kamu dulu itu, susah banget untuk mutusin pacar kamu?,”
“ Memakai surat seperti apa yang ada dibuku ini, ya ditambah ketegasan dari aku” Jawab Heri sambil menunjukkan buku warna hijau bergambar sepasang suami istri yang sedang naik onthel masra banget.
“ Lho kok sama Her, kemarin dia sampai nangis nggak?,”
“ Ya iyalah, itu kan senjata terakhir mereka,”
“ Subhanallah wal Hamdulillah, saudara-saudaraku sudah tidak menjadi aktivis pacaran lagi, dan lebih bagusnya  yang mendapat hidayah ini bukan hanya kalian saja, semua orang yang sedang manjalani aktivitas pacaran semestinya mendapatkan hidayah seperti kalian,” Hendra berkomentar.
“ Terus caranya bagaimana?,” Heri tidak yakin.
“ Ya kita harus bergerak lah, kalau hanya dipikirkan terus juga nggak bakalan bisa, bagaimana kalau kita ngusulin ke ketua LDK untuk mengadakan acara bedah buku NPSP-nya mas Salim aja,” aku mengajukan usul.

Mereka semua mengangguk tanda setuju, tapi kami juga masih berfikir cara lain yang bisa mengajak para aktivis pacaran untuk sama-sama sadar dan berhenti melakukan aktivitas itu. Kami bertiga menyadari usaha ini tidak semudah membalikan telapak tangan, Allahlah yang membolak-balikkan hati kita semua, kita hanya bisa berusaha, yang pasti kita harus sabar. Aku ingat kata seorang takmir masjid,“ Lebih susah membangunkan orang yang pura-pura tidur, daripada orang yang tidur beneran”, benar kata bapak itu kita lebih susah menyadarkan orang yang sudah tahu, daripad orang yang belum tahu. Akhirnya kami semua berprinsip tidak akan pacaran sebelum pernikahan, SAY NO TO PACARAN!!!
“ Terus kapan kamu mau nikahnya Her,” Tiba-tiba Hendra menbuyarkan konsentrasi kami.
“ Sebenarnya sih pengennya secepatnya Hen, tapi aku bingung bagaimana cara meyakinkan pada calon mertua, hehehe,” Jawab Heri.

Selain berencana mengadakan bedah buku kami juga membuat kaos dengan tulisan dakwah untuk tidak pacaran.

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More