Senin, 27 Desember 2010

Don't Worry

Oleh: Soniangsih

Cover buku berwarna kuning itu begitu menarik perhatianku. Entahlah…padahal Aku tidak begitu suka dengan warna itu,tapi ia nampak begitu berbeda di antara deretan buku-buku di toko itu. “Don’t worry” tulisan dengan tinta emas di sampul buku itu membuat Aku tertegun, kata-kata itu seperti tertuju padaku, menyentuh lembut relung hatiku, bagai kata-kata seorang teman yang menghiburku, membesarkan hatiku yang gundah gulana

Kisah ini terjadi pertengahan 2007 silam, Aku di vonis terkena gejala awal kanker payudara. kaget,sedih,bingung,takut dan semua perasaan bercampur aduk saat itu, Aku tak lagi mendengar apa -apa yang di katakan dokter selanjutnya, satu-satunya kata yang bisa ku ingat adalah operasi. Sampai akhirnya aku keluar dari ruangan itu, pikiranku masih sangat kacau, berbagai pikiran negatip mulai merasuki kepalaku. Aku terkena kanker payudara, penyakit yang begitu di takuti oleh kaum perempuan, Aku begitu takut membayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya pada diriku.

Operasi…? Mungkin 2 sampai 3 juta harus ku sediakan, Dari mana akan Ku dapatkan uang uang sebanyak itu, gajiku sebagai buruh pabrik hanya cukup untuk bertahan hidup keluargaku saja kadang itupun masih hutang sana sini untuk biaya sekolah adik-adikku, apalagi tahun ini dua adikku akan melanjutkan sekolahnya yang satu ke SMA dan yang satu lagi ke SMP, pasti butuh biaya besar juga. Ya Alloh…apa yang harus ku lakukan? Kenapa ini terjadi padaku? Dan berbagai pertanyaan terus memenuhi kepalaku.

Ku susuri lorong-lorong rumah sakit dengan perasan hampa, Ku berjalan dan terus berjalan menapaki trotoar jalanan tanpa tau kemana arah tujuan, hingga ku sampai di depan sebuah toko buku, dalam kegamangan aku memasuki toko buku itu, aku melihat-lihat buku-buku yang tertata rapi di sana tanpa tahu buku apa yang aku cari, atau karna memang aku tak ada tujuan untuk beli buku. Hingga tatapanku jatuh pada sebuah buku berwarna kuning. Ku ambil dan ku baca tulisan di jilid depannya disana tertulis da ke ”Don’t Worry, Bersama kesulitan pasti ada mudahan”. Kuhitung uang di kantongku mudah-mudahan cukup untuk membeli buku itu, tapi ternyata uangku masih kurang dari bandrol harga yang tertera di buku itu, sedikit kecewa ku simpan kembali buku itu di tempatnya. Seorang penjaga toko menghampiriku.

“Yang ini harganya lebih murah mbak, tapi isinya di jamin sama” katanya sambil menyodorkan sebuah buku padaku. Aku memandangnya heran kenapa ia bisa tau kalau uangku tak cukup untuk membeli buku itu, ah mungkin hanya kebetulan saja pikirku.
“ ini cetakan baru dalam versi soft cover” lanjutnya sambil tersenyum,sepertinya ia tau apa yang ku pikirkan.
”Makasih mbak.” Sahutku sambil menerima buku itu dan melihatnya dengan seksama, kembali ku hitung uang di kantongku dan alhamdulillah kini uangku cukup untuk membeli buku itu bahkan ada sisa untuk ongkos pulang plus beli pisang goring kesukaan ibu.

Hari demi hari ku lalui setelah vonis dokter itu,ku biarkan berjalan seperti biasa tak ada yang berubah,aku berusaha seolah-olah tidak terjadi apa-apa, hanya saja jika malam tiba dan aku sedang sendirian perasaan takut itu sering menghampiriku, beruntunglah ada sikuning yang selalu menemaniku, lembar demi lembar ku simak dengan seksama aku sengaja tidak pakai sistem kebut semalam karna aku ingin berlama-lama dengannya menghabiskan malam-malam yang sepi hingga mataku terpejam. Dan subhanalloh… banyak sekali pelajaran yang Ku dapat dari buku tulisan Roza Ramadhina itu, Aku jadi lebih optimis, lebih introspeksi, dan yang paling penting Aku merasa lebih dekat dengan Alloh apalagi saat-saat sepertiga malam ketika Aku tenggelam dalam sujud-sujudku berpasrah diri dan memohon pertolongan pada-Nya.

Satu bulan sudah aku melewati hari-hari setelah vonis dokter itu,benjolan itu semakin membesar, rasa takut kembali merayapi hatiku, berkali-kali aku berniat menbicarakan masalah ini dengan keluargaku tapi lagi-lagi kuurungkan, aku tak berani membayangkan reaksi mereka jika tau masalah ini, terutama Ibu dengan hipertensinya, sedikit saja masalah yang mengganggu pikirannya itu bisa membahayakan jiwanya. Hari ini kembali aku pergi ke rumah sakit untuk memeriksakan diri,sambil menunggu antrian aku duduk bersebelahan dengan seorang Ibu yang mungkin usianya hampir sama dengan Ibuku. Dia mengeluarkan sebuah apel dan pisau kecil lalu membelah apel itu dan memberikannya padaku sebagian,

“Gak usah Bu,buat Ibu saja” kataku berusaha menolaknya dengan halus.
” Ibu mohon jangan tolak pemberian Ibu” katanya sambil tetap menyodorkan apel itu padaku, akhirnya aku terima juga apel itu rasanya tak tega melihat ketulusan dimatanya,” Makasih Bu” ucapku setelah apel itu ada di tanganku.
“ Ibu yang harusnya berterima kasih, Adek mau menemani Ibu makan apel ini” ucapnya sambil tersenyum,” Karna diabetes Ibu hanya di perbolehkan makan setengah bagian saja dari buah ini dalam sehari, jadi ibu selalu cari teman untuk menghabiskan apel yang sebagian lagi” la melanjutkan kata-katanya.
”Sama-sama Bu” sambutku sambil memandangnya heran, ko Ibu itu bisa begitu tenang dengan penyakitnya itu.
“ Ya Dek, awalnya Ibu juga merasa berat, tapi setelah di jalani dengan ikhlas banyak sekali hikmah dari penyakit yang Ibu alami ini, Ibu bisa berbagi dengan orang lain setiap hari, dan Ibu bisa menurunkan berat badan tanpa harus diet, padahal dulu Ibu menghabiskan banyak uang untuk meurunkan berat badan.” Ujarnya panjang lebar, Aku kagum pada Ibu itu yang begitu menikmati hikmah dari kesulitannya, aku jadi sedikit menyesal tadi sempat menolak pemberiannya, tak lama setelah itu aku di panggil untuk segera memasuki ruang pemeriksaan.

Sesuai dugaanku Dokter menganjurkan Aku segera melakukan operasi sebelum tumornya makin menyebar, sejujurnya aku memang merasa takut tapi Aku sudah pasrah dengan apapun yang terjadi, Aku serahkan semuanya pada Alloh saja. Sebelum pulang Aku sempatkan diri untuk sholat dzuhur di mesjid Rumah sakit itu, disana Aku benar-benar menumpahkan semua perasaanku, mengadukan kegundahanku, Aku benar-benar menangis, Aku tidak peduli mungkin ada orang yang memperhatikanku, Aku hanya ingin menumpahkan semua bebanku, Aku tidak mau beban berat itu masih bergelayut di wajahku saatku sampai di rumah nanti.

Pulang dari Rumah sakit aku mampir ke rumah temanku, ku dengar dia sekarang berbisnis obat herbal, aku ingin cari tahu tentang pengobatan herbal itu, siapa tahu jadi solusi atas masalahku. Setelah ku ceritakan tentang penyakitku, Dia menyarankan untuk menjalani pengobatan herbal saja, tapi dengan syarat Aku harus yakin, sabar dan disiplin, karna pengobatan herbal itu bisa memakan waktu lama, bisa berbulan-bulan baru kelihatan hasilnya. Alhamdulillah Ya Alloh.. Satu lagi beban di dadaku ini terangkat setelah aku menceritakan masalah ini pada temanku rasanya aku bias sedikit lega, bahkan lewat temanku itu Alloh memberi alternative untuk pengobatanku.

Kini Aku harus mengambil keputusan untuk diriku ,ya..keputusan ini harus segera ku ambil sebelum semuanya terlambat,setelah ku pertimbangkan matang-matang maslahat dan madhorotnya bukan hanya untuk diriku tapi juga orang-orang di sekelilingku. Aku putuskan untuk menjalani pengobatan herbal yang di usulkan temanku. Insyaalloh untuk saat ini itu adalah keputusan terbaik yang harus ku ambil, dengan pengobatan ini tidak perlu banyak orang yang tau tentang penyakitku, Aku juga tidak perlu pinjam sana-sini untuk biaya operasiku.

Satu demi satu permasalahan itu terurai dengan kehendak-Nya, dalam setiap sujudku tak henti-hentinya ku pajatkan syukur kepada Alloh swt yang telah memberi jalan keluar dari setiap urusan, Aku juga memohon ampun dan merasa malu karna sempat menggugat dan mempertanyakan kenapa Alloh menimpakan ujian ini padaku, padahal diri dan seluruh kehidupan kita kan Alloh yang punya, sungguh sehebat apapun upayaku mencari solusi tak akan pernah berhasil tanpa campur tangan dari-Nya. Saat Aku merasa rapuh dalam kegelisahan Alloh mempertemukanku dengan sikuning yang mencuri perhatianku, sebuah buku terbitan Uswah dari Pro-u media berjudul “Don’t Worry” Bersama kesulitan pasti ada kemudahan, mempertemukan Aku dengan seorang Ibu yang tetap mau berbagi saat Ia dalam kesulitan, mempertemukan Aku dengan teman lamaku yang menyarankan pengobatan alternatif padaku, sungguh itu semua Alloh yang telah mengaturnya.

Enam bulan telah berlalu dengan kesabaran dan disiplin dalam pengobatan itu kini Aku sudah di nyatakan sembuh tanpa harus melakukan operasi. Adik-adikku sudah masuk sekolah yang di inginkannya, dan yang paling utama Aku bertambah yakin akan datangnya pertolongan Alloh bahkan dari hal yang tidak pernah terbayangkan sekalipun. Dengan keyakinan kita pada Alloh maka kita akan menyaksikan betapa pertolongan Alloh itu sangat dekat karna Alloh sesuai dengan prasangka hamba-Nya. Alloh tidak pernah ingkar janji bahwa setelah kesulitan itu pasti ada kemudahan. Seperti yang tercantum dalam firman-Nya “ Karena sesungguhnya sesudah kesulita itu ada kemudahan,sesudah kessulitan itu ada kemudahan.” (Qs. Al-insyirah[94]: 5-6)

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More