Rabu, 29 Desember 2010

Ketika Buluh-Buluh Rindu Itu Bertamu dan Lalu Bertemu


Oleh: Meylia Fitriana

“Dan (Allahlah) Yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman). Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka.
Sesungguhnya Dia Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”

Bagi seorang yang tengah merantau entah itu untuk bekerja ataupun melanjutkan pendidikan, kesempatan untuk mudik merupakan momen emas yang kan selalu ditunggu masanya. Tak terkecuali aku, pulang ke kampung halaman menjadi kado istimewa, karena akan banyak hal-hal istimewa yang akan aku dapati (lagi) disana. Pekanbaru, kota bertuah yang hampir lima tahun lamanya aku tinggalkan demi sebuah cita-cita, menjadi pribadi yang lebih bermanfaat yakni seorang tenaga kesehatan yang kan bersumbangsih terhadap tanah kelahiranku tersebut. Semoga Allah mudahkan dan pelihara niatku, aamiin.

Diantara hal istimewa tersebut adalah saat bertemu dengan sahabat-sahabat tercinta yang meski dalam  jarak ribuan mil  terasa senantiasa hadir menguatkan langkah perjuangan seorang saudaranya di pulau seberang. Teringat salah satu munajatku sebelum memulai perjuanganku di tanah Jawa : “Ya Allah, jauhkanlah hamba dengan orang-orang terkasih yang kucintai, agar kian bersemi dan mekar rasa cinta itu dan kian indah pertemuan diantara kami saat rindu-rindu itu menggelora..” Benarlah, saat pengumuman penerimaanku di salah satu PTN di kota Yogyakarta, munajat itu terasa nyata di depanku. “Berkahilah semua ini, ya Allah,” pintaku dalam hati ketika itu.

Sifat bookholicku sejak SD ternyata kubawa hingga Jogja. Di kamar kosanku, aku memiliki perpustakaan mini dengan koleksi buku sekitar 300-an judul buku, diantara yang mendominasi adalah buku-buku terbitan Pro-U media, karena hampir setiap pameran buku di Jogja, aku memborong buku-bukunya. Diantara yang menarik hatiku adalah buku Jalan Cinta Para Pejuang oleh Ustadz Salim A. Fillah. Buku tersebut kuselesaikan di sela-sela mengerjakan skripsi sehingga saat semangatku mulai surut, kupantik ia dengan melahap lembar demi lembar epik heroik yang ditorehkan dengan manis oleh si penulis. Hal yang mengesankan yang kupelajari adalah bahwasanya dalam perjalanan perjuangan ini, dibutuhkan sebuah kekuatan. Dan kekuatan itu berasal dari sebuah keterpaduan. Keterpaduan itu adalah bersatunya ruh dan hati-hati para penyerunya dalam sebuah komitmen yang berlandaskan atas iman dan taqwa kepada Allah Swt.

Jelang libur stase profesi, buku yang sama masih menjadi pilihanku. Tak bosan rasanya, mengonsumsi nutrisi bergizi yang kan menyuplai energi bagi sang ruhiy yang sering datang dan pergi. Membaca kisah para Sahabat di dalamnya, membawa pikiranku jauh ke pulau sebrang, membayangkan satu per satu Sahabat terkasih yang setia di hati, hingga tak sabar rasanya menanti libur stase dan menikmati beberapa pekan di kampung halaman. Maka agenda-agenda pun mulai kususun, termasuk bertemu dengan saudara-saudara surgaku tersebut. “Ya Rahman, biarkan aku terus dapat mencinta mereka karena-Mu. Maka,kukuhkanlah hati kami di jalan-Mu (saja), Aamin ya Rabb..”

270710
Alhamdulillah, pesawat yang membawaku mendarat dengan selamat di bandara Sultan Syarif Qasim, Pekanbaru....Ahlan Me...

Dan hari yang kunantikan pun tiba...
Di tempat yang sudah kami sepakati, kami berkumpul, yakni di sebuah taman dengan sebuah jembatan bernama Butterfly (karena bentuknya yang menyerupai kupu-kupu) di kampus UR. Aku datang dengan mata sedikit agak bengkak dan muka sembab karena habis menangis saking khawatir bilamana pertemuan ini dibatalkan lagi, karena sebelum ini agak sulit menyocokkan jadwal kami masing-masing hingga akhirnya Allah berkenan pertemukan kami. Maafkan aku cinta, ketegasanku akan undangan ini karena aku benar-benar merindukan kalian, kabar iman, dan saling nasihat-menasihati diantara kita.

Nasi ramas padang sebanyak tiga bungkus pun kami nikmati berenam dan beraneka macam jus yang kian menyegarkan ukhuwah diantara kami serta shalat dhuhur berjama’ah dengan semilir bayu yang menyejukkan sebagai agenda pembuka. “Duhai Rabbi, alangkah nikmat kebersamaan ini. Jagalah kemanisan cita rasa ukhuwah di hati-hati kami. Terima kasih telah menyinggahkan sekeping hati untuk kami saling bercinta karena-Mu.”

Sesudahnya, kami pun duduk melingkar sembari menyeruput minuman yang masih belum sempat terhabiskan, menyimak dan mendengarkan untaian hati dari saudara imani :

“Alhamdulillah..Subhanallah ya kita masih dapat dipertemukan Allah disini. Dan kemudian satu hal yang paling luar biasa adalah kita tetap dipertemukan Allah dalam sebuah kebersamaan dan kebesaran jama’ah. Mungkin tak terbayangkan ketika dulu saat kita berada pada jaman SMA  bahwasanya kita merupakan produk-produk dakwah sekolah, Subhanallah ya. Produk-produk luar biasa dari kakak-kakak kita terdahulu. Mereka berjuang luar biasa untuk kemudian mendekati kita dan sebagainya serta berjuang dengan berbagai kesibukan yang mereka miliki.
Dan luar biasanya setelah kita kini menjadi maha maha siswi, alhamdulillah Allah masih mengekalkan, memberikan sisi keistiqomahan itu dalam diri dan hati kita. Pernahkah kita membayangkan perjalanan kuliah kita yang telah berada pada tahun keempat dan akan memasuki tahun kelima besok ini ,ketika lima, enam, tujuh tahun yang lalu saat kita masih duduk di kelas satu SMA, saat masih culun-culunnya mengenakan seragam putih abu-abu,  barangkali waktu itu merupakan saat pertama kali sebagian dari kita belajar mengenal islam, saat sebagian diantara kita baru belajar berhijab saat masa SMA ketika itu, dan alhamdulillah sekarang satu hal yang paling luar biasa yang ingin fi ucapkan pada hari ini adalah bahwa fi mencintai ukhtifillah semuanya karena ALLAH Swt.
................................................................................................................................................................
Dengan berbagai kondisi tersebut, ternyata Allah masih mempersuakan fi dengan teman-teman semua yang semoga selalu dicintai Allah dan subhanalah hingga sekarang Allah masih menetapkan hati-hati kita, dan kemudian Allah masih memberikan ruang besar di hati-hati kita untuk tetap bersama dalam jama’ah ini, merasakan indahnya dan nikmatnya ukhuwah  islamiyah yang mungkin  kita tidak lagi memandang itu sebagai sebuah teori saja tapi kita sudah melihat sebagai sebuah hal yang memang perlu dipratekkan dan terasa itu bukanlah sebuah paksaan, itu muncul dari hati-hati kita, dan itu semua digerakkan oleh  Allah Swt.

Dan sekali lagi, fi ingin menyampaikan,UHIBBUKIFILLAH...fi mencintai antunna smua karena Allah Swt. Tetaplah saling mencintai karena Allah Swt. Dan tetaplah saling mencintai dan dicintai karena-Nya, saling mencintai dengan apa adanya, dengan segala sisi kelebihan dan kekurangannya. Semoga ini kian bertambah kekal. Pada suatu hari nanti, ketika kita mengadakan reuni kembali, lima tahun lagi, sepuluh tahun lagi, sepuluh tahun berikutnya, dan seterusnya, Insyaallah kita akan bertemu dengan kondisi yang lebih baik lagi daripada sekarang. Hingga akhirnya Allah pertemukan kita dengan-Nya dengan cara yang kita idam-idamkan.”

Ah cinta...taukah engkau, saat asaku mulai memudar, aku terus memutar rekaman nada hatimu ini berulang-ulang, hingga terbitlah semangat itu kembali padaku.

Sejenak kemudian, salah seorang diantara kami pun melanjutkan :
“Pernah dengar hadits nabi ini kan yah: Dari Umar bin Khatab ra, Rasulullah SAW mengatakan kepadaku, ‘sesungguhnya diantara hamba-hamba Allah terdapat sekelompok orang yang mereka ini bukan para nabi dan bukan pula orang yang mati syahid, namun posisi mereka di sisi Allah membuat para nabi dan orang yang mati syahid menjadi iri. Para sahabat bertanya, beritahukan kepada kami, siapakah mereka itu ya Rasulullah ? Beliau menjawab, ‘mereka adalah sekelompok orang yang saling mencintai karena Allah SWT, meskipun diantara mereka tiada ikatan persaudaraan dan tiada pula kepentingan materi yang memotivasi mereka. Demi Allah, wajah mereka bercahaya, dan mereka berada di atas cahaya. Mereka tidak takut manakala manusia takut, dan mereka tidak bersedih hati manakala manusia bersdih hati.’ Lalu Rasulullah SAW membacakan ayat ‘Sesungguhnya wali-wali Allah itu, mereka tidak takut dan tidak pula bersedih hati.” (HR. Abu Daud). Di hadits lain : Dari Abu Hurairah ra, bahwa seorang pemuda mengunjungi saudaranya di kota lain. Di tengah perjalanannya, Allah mengutuskan padanya seorang malaikat (yang menyamar). Ketika malaikat tiba padanya, berkata, ‘Wahai pemuda, engkau hendak kemana?’ Ia menjawab, ‘aku ingin bersilaturahim ke tempat saudaraku di kota ini.’ Malaikat bertanya lagi, ‘Apakah maksud kedatanganmu ada kepentingan duniawi yang ingin kau cari?’ Ia menjawab, ‘Tidak, selain hanya karena aku mencintainya karena Allah SWT.’ Kemudian malaikat berkata, ‘sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, diperintahkan untuk menyampaikan kepadamu bahwa Allah telah mencintaimu, sebagaimana kamu mencintai saudaramu tersebut. (HR. Muslim)

Subhanallah ya, saat SMA dulu ketika De mendapat hidayah, Allah kasih bonus, yaitu seorang Saudara seiman yang menguatkan dikala lelah dan menopang dikala lemah.
....................................................................................................................................................
Sungguh luar biasa nikmat yang Allah berikan. Sekiranya ada seorang yang berkata : “Biar saya beli Saudaramu, biar saya beli tali persaudaraanmu dengannya, akan saya bayar semahal apapun yang kalian minta.” Maka De akan berkata : “Itu tidak dijual, karena itu sangat berharga, ini merupakan bekal kami untuk ke syurga.” Dan alhamdulillah, De ingin mengatakan bahwasanya De mencintai kalian karena Allah. Semoga reuni kita ini bisa terulang kembali. Tempatnya gak disini, tempatnya itu di tempat yang luar biasa, di taman syurga, di tepian telaga syurga. Semoga Allah mencintai kita sebagaimana kita mencintai Saudara kita.

Suasana siang yang terik itu terasa semakin hangat, sehangat persaudaraan ini. Masing-masing dari kami tak kuasa menyembunyikan keharuan yang terlukis dari wajah yang terlihat berkaca-kaca hingga sesenggukan haru.

Hingga momen puncak itu tiba...

Saat masing-masing kami harus merelakan benda kesayangan untuk diberikan kepada saudara yang lain. Ada yang rela memberikan mushaf kesayangannya yang selalu setia menemani kemana pergi menemani hari-hari berganti, ada yang melepaskan kitab tebal baru (lupa judulnya apa) yang sepertinya baru beberapa lembar dibacanya, dan ada pula yang meikhlaskan buku bacaan yang sehari-hari mengisi waktu luangnya.

Ah...semua benda-benda itu tiada bandingannya dengan nikmat ukhuwah ini, semoga jadi perekat ikatan ini agar kian kuat dan erat.

Sore pun menjelang...azan ashar turut berkumandang, kami akhiri pertemuan hari ini dalam simpuhan di hadapan-Nya.

Ya Allah, sesungguhnya Engaku Maha Mengetahui
bahwa hati-hati ini telah berkumpul
untuk mencurahkan mahabbah hanya kepada Mu
bersatu dalam rangka menyeru di jalan Mu
dan berjanji setia untuk membela syari’at Mu,
maka ..
kuatkanlah ikatan pertaliannya
abadikanlah kasih sayangnya,
tunjukkanlah jalannya,
dan penuhilah dengan cahaya Mu yang tidak akan pernah redup,
Lapangkanlah dadanya dengan limpahan iman dan keindahan .

*Ya Allah.. pertemukan dan kumpulkan kami kelak di Jannah Mu….  Amin.

Dan sampailah saat aku harus kembali ke Perantauan, melanjutkan perjalanan perjuanganku. Do’akan aku ya cinta...

Dari Al-Miqdam bin Ma’di Karib, Rasulullah SAW bersabda, ‘Apabila seorang mu’min mencintai saudaranya sesama mu’min, maka beritahukanlah bahwa ia mencintainya (karena Allah SWT) (HR. Abu Daud)

....sudahkah Anda menYapa Sahabat-sahabat yang Anda cintai & kasihi hari ini?sudahkah m'ungkaPkan rasa sayang & cinta Anda padanya?...


0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More