Jumat, 17 Desember 2010

Kejujuran Itu Menakjubkan…

Sahabat Ibnu Mas'ud ra berkata, bahwa Rasulullah SAW telah bersabda:
"Hendaklah kamu selalu berbuat jujur. Sebab kejujuran membimbing ke arah kebajikan, dan kebajikan membimbing ke arah surga. Tiada henti-hentinya seseorang berbuat jujur dan bersungguh-sungguh dalam melakukan   kejujuran sehingga dia ditulis di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Dan hindarilah perbuatan bohong. Sebab kebohongan membimbing ke arah kejelekan, dan kejelekan membimbing ke arah neraka. Tiada henti-hentinya seseorang berbuat bohong dan bersungguh-sung­guh dalam melakukan kebohongan sehingga dia ditulis di sisi Allah sebagai pembohong." (HR. Bukhari dan Muslim).

Islam mengajarkan kepada kita untuk berbuat jujur, baik jujur dalam perkataan, dan juga jujur dalam bersikap. Sayangnya, di zaman sekarang ini banyak yang berpikir bahwasanya seseorang tidak akan bisa hidup sukses jika menggunakan prinsip ini. Sehingga, orang-orang jujur kini semakin “langka”, karena mereka seringkali tidak dihargai akan kejujuran yang mereka miliki.

Buku “The Great Power of Mother” yang ditulis oleh Solikhin Abu Izzudin memberikan banyak sekali inspirasi untuk kita semua. Salah satu diantaranya adalah menyadarkan diri kita akan pentingnya memiliki sifat jujur. Di dalam buku tersebut diceritakan kisah Abdul Qadir Jailani yang masih kecil akan pergi merantau demi menuntut ilmu. Ketika hendak berpisah, Sang Ibu memberikan nasehat kepadanya dan memintanya berjanji, agar senantiasa jujur dalam kondisi apapun. Subhanallah! Betapa DAHSYAT dan LUAR BIASA-nya saat Abdul Qadir Jailani kecil ini saat mengamalkan kejujuran dalam hidupnya sehingga ia mampu membuat para perampok yang ditemuinya bertobat kepada Allah SWT. Inilah efek yang POWER FULL dari kejujuran.

Saya pribadi pun pernah merasakan sebuah pengalaman yang berkaitan dengan kejujuran dalam bersikap. Kejadian ini saya alami ketika saya masih berstatus sebagai siswa Sekolah Menengah Atas.

Hari itu, hari kedua Ujian Nasional Sekolah Menengah Atas (UN-SMA), dimana mata pelajaran  Matematika diujikan. Sebelum masuk, seperti biasa kami selalu melakukan doa bersama di lapangan upacara, tujuannya tidak lain agar kami diberikan kemudahan dan kelancaran dalam menjawab soal-soal yang nantinya akan dihadapi.

Beberapa orang teman sibuk mencari-cari orang untuk dimintai "KERJASAMA"-nya dalam ujian. Beberapa menit sebelum ujian dimulai, sebagian besar ekspresi wajah yang terlihat adalah ekspresi penuh ketegangan. Sebenarnya, ketegangan ini bukan hanya karena masalah Matematikanya saja, tetapi juga karena takut diawasi oleh pengawas  yang berasal dari sekolah Santa Maria yang dikenal “killer” abiiss ketika sedang mengawasi para peserta ujian. Jika pengawasnya adalah guru-guru dari sekolah Santa Maria, jangan harap bisa saling contek-contekan dan kerjasama ketika ujian.

Jam 8 tepat, ujian pun dimulai. Soal dan lembar jawaban dibagikan. Oh...ternyata hanya ada 30 soal saja. Waktu pengerjaannya 120 menit. Dengan diawali dengan basmallah, saya pun mulai menjawab soal.

Dua puluh lima menit pun berlalu. Parahnya dari 30 soal yang ada, saya baru bisa 5 soal saja (itu juga enggak tau benar apa salah jawabannya ^_^!) Muncul tuh deh rasa tegang yang amat sangat, lalu mucul pula bayang-bayang “TIDAK LULUS” di pikiran saya. Ketika melihat soal, malah makin bingung, seolah-olah soal-soal itu belum pernah dipelajari sebelumnya (intinya about blank mode: ON). Mau nyontek? Oh no..no..no.. enggak deh. Gimana nanti pertanggungjawaban saya dihadapan Allah SWT, bisa dapat nilai bagus di Ijazah akan tetapi hasil nyontek atau minta-minta jawaban dari teman. Orang tua juga bisa kecewa kalo tau anaknya nyontek. Udah mahal-mahal dibiayai sekolah, eh malah jadi tukang nyontek. Pokoknya saya harus mengerjakan semua ini dengan KEMAMPUAN SENDIRI, begitulah pikir saya. Karena KEJUJURAN itulah yang TERPENTING.

Jam dinding kelas menunjukkan pukul 08.30 WIB. Saat itu perasaan tegang dan takut tidak lulus benar-banar memuncak. Tiba-tiba…  saya mendengar suara seseorang yang sedang tilawah (membaca) Al-Quran dengan menggunakan pengeras suara, yang arah suaranya saya yakini berasal dari masjid sekolah, Masjid Nurul Ihsan. Dan suara orang yang sedang tilawah itu pun saya kenal betul, bahwa itu suara Pak Saefullah (guru Fisika saya di kelas XII-IPA)

Saya letakkan alat tulis di meja, memejamkan kedua mata dan mencoba untuk mendengarkan lantunan ayat suci tersebut. Subhanallah, saat itu datanglah KETENANGAN yang luar biasa yang saya rasakan. Benarlah kata Allah Ta’ala: “Ingatlah hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenang” (Ar Ra’du:28).

Beberapa menit kemudian suara itu mulai melemah dan hilang sama sekali. Saya buka kembali kedua mata serta mengambil alat tulis untuk mengerjakan kembali 25 soal yang belum terpecahkan. Alhamdulillah, saya merasa dimudahkan untuk menjawab soal-soal itu yang pada mulanya terasa benar-banar sulit.

Sampai pada akhirnya setelah selesai menjawab semua soal dan mengucap hamdalah, saya keluar dari ruang ujian dan menemui teman-teman  yang telah lebih dulu keluar. Saat itu saya lihat, beberapa teman terlihat menangis. Katanya mereka tidak bisa jawab soal-soal matematika tadi, ditambah lagi karena pengawas mereka berasal dari sekolah Santa Maria!! Pada akhirnya mereka tidak punya kesempatan sama sekali untuk  kerja sama dengan teman yang lain.

Singkat cerita setelah menenangkan hati-hati yang gundah karena UN Matematika ini (karena saya saat itu adalah Ketua Kelas), saya lalu bertanya ke beberapa teman tentang suara tilawah Quran yang saya dengar ketika ujian berlangsung (penasaran banget soalnya tentang hal ini).

Saya tanya," Eh, tadi denger gak sih ada yang baca Quran di Mesjid Sekolah?"
Temen-teman saya ngerasa heran atas pertanyaan saya, kemudian mereka semua menjawab "Enggak tuh!".
Saya tanya lagi ke beberapa teman yang berbeda ruangan dengan saya, dan mereka pun menjawab sama,"Enggak dengar sama sekali…".
Kok aneh sih...
Sampai pada akhirnya muncul dalam pikiran saya sebuah pernyataan, dan membuat saya tersadar.
" Kami kan lagi Ujian Nasional, mana mungkin ada orang yang tilawah di masjid sekolah pake pengeras suara lagi. Sekolah kan harus benar-benar dalam keadaan TENANG disaat UJIAN NASIONAL berlangsung...."


Maha Suci Engkau Ya Allah.... jadi hanya saya yang mendengar suara tilawah Quran itu.... Hati ini bergetar, tubuh jadi merinding... Inikah pertolongan-Mu Ya Rabb kepada orang yang ingin belajar hidup jujur?

Ya, mungkin inilah pertolongan Allah untuk orang  yang punya tekad untuk tidak berbuat CURANG dalam ujian. Dalam hadits dikatakan Rasulullah SAW bersabda: "Bukan termasuk dari umatku org yang berbuat curang" (HR. Abu Daud).

Mudah-mudahan pengalaman ini bisa menginspirasi sahabat-sahabat pembaca dan jadilah anda orang yang selanjutnya merasakan dahsyatnya efek besar positif dari kejujuran!!!
Wallahu a’lam bishawab.

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More