Rabu, 29 Desember 2010

Perjuangan Dan Impian Bersama Sahabat

Oleh: Bayu Pramono

Sahabat adalah seseorang yang bisa membuat aku tertawa dikala sedih. Dan kini aku harus berpisah dengan mereka demi menggapai impian kami masing-masing. Aku mempunyai tiga sahabat sejati yaitu, Leo, Abdi, dan Joni. Kami berempat selalu bersama baik duka maupun bahagia. Meskipun tinggal di tengah-tengah kota yang sedang berkembang, namun budaya kotor tak beradab masih banyak di daerah ini. Tinggal sekarang bagaimana aku dan sahabat berjalan dan berproses, Mau menuju jurang ataupun taman surga setelah kehidupan di dunia.

Leo adalah sahabatku yang paling percaya diri dan narsis. Ia juga merupakan anak yang rajin dan kreatif. Aku kagum melihatnya. Setiap Pulang sekolah ia selalu menyempatkan diri untuk membantu ibunya berjualan di sekolah. Jiwa wirausaha orangtuanya itu juga melekat pada dirinya. Oleh karena itu ia pun sering berjualan. Mulai dari jualan mainan, alat tulis, bakso, bahkan petasan ketika bulan puasa. Ia pernah bercerita padaku, dulu waktu masih SMP ia bahkan pernah ditangkap polisi karena menjual petasan yang sangat meresahkan masyarakat sampai sekarang. Dewifortuna saat itu tidak memihak kepadanya, ketika adzan subuh usai memanggil umat muslim untuk menghadap tuhannya, rupanya para pak polisi yang biasanya sering dicaci maki masyarakat karena ulahnya menjengkelkan menangkap motor yang tidak bersalah itu sedang berkumpul untuk merazia umat-umat nakal yang menjual bom kecil atau nama kerennya petasan guna mencari keuntungan yang biasanya ramai pada saat bulan ramadhan. Mungkin pak polisi tertarik menangkapnya, karena melihat hidungnya yang mancung, seminggu leo ditahan di dalam pagar-pagar besi dengan makanan ampas tak bermutu sama sekali. Tragedi ini merupakan pengalaman terpahitnya semasa sekolah.

Hal tadi merupakan pembelajaran yang sangat berharga baginya untuk tidak mengulangi lagi perbuatan itu. Namun dengan masalah sebenarnya kita dapat menjadi sosok manusia yang dewasa dan lebih menghargai arti dari kehidupan. Leo dan aku memiliki kesamaan organisasi ketika sekolah. Yaitu pramuka, aku adalah Anggota Pramuka di SMAN 1 Lubuklinggau sedangkan ia Ketua Pramuka SMAN 5. suatu hari ia terpilih mengikuti Raimuna Nasional (Raimuna) di Cibubur. Tidak mudah untuk bisa ikut kegiatan bertahap nasional seperti itu. Tapi wajar, jiwanya yang penuh semangat dan kemandiriannya, membuat aku percaya kalau ia bisa lulus tes untuk mengikuti Raimuna. Meskipun berasal dari keluarga golongan bawah, dimana kedua orangtua hanyalah seorang pedagang. Leo termasuk anak yang cerdas. ia adalah salah satu siswa terbaik di kelasnya. Mengapa orang terbatas justru kreatif dan cerdas ? sebab ia berpikir untuk keluar dari keterbatasan itu. Orang miskin berpikir jadi kaya. Orang sakit pasti ingin sembuh dari sakitnya (New quantum tarbiyah, membentuk kader dahsyat full manfaat, Solikhin Abu ‘Izzudin).

Berbeda dengan Leo, Abdi sahabatku yang satu ini Nasibnya sedikit malang. ia putus sekolah ketika duduk di bangku SMA. Ini disebabkan oleh kenakalannya. Sebenarnya orangtua Abdi sudah memasukannya ke dalam sebuah pondok pesantren. Ketika ia di pesantren, aku, leo, dan joni jarang lagi bertemu dan bermain bersamanya. Semester pertama di pesantren keadaannya masih baik-baik saja. Namun semua itu berubah setelah semester dua, ia sudah mulai berpacaran dan nakal serta melupakan kewajibannya sebagai pelajar hingga akhirnya ia tidak naik kelas. Karena merasa malu, abdi keluar dari pesantren tersebut. Tapi yang mengherankan, ia juga tidak mau melanjutkan sekolah lagi. Semua itu sebenarnya bukanlah hal yang aneh bagi kami. Abdi yang memiliki bobot yang cukup berat merupakan anak yang suka bergaul dengan preman-preman kampung. Preman yang tak sadar masa mudanya ditukarkan dengan sebotol minuman alkohol, seisap rokok, dan nikmatnya tubuh wanita yang merupakan azab buruk bagi masa depannya. Hal ini hampir merata terjadi pada seluruh pemuda yang ada di negeri indonesia. Namun itu bukan berarti membuat kami harus menjauh dari dirinya, karena di dalam sosok tubuh yang besar itu terpancar magnet yang tiap detik dapat membuat kami tertawa melepas dahaga dan seluruh masalah kami. ia bagaikan Film Warkop yang dapat membuat kami tertawa sebelum dilarang, tanpanya mungkin kami tidak mengerti tentang hitam putih kehidupan ini. Meskipun telah dititipkan pada jalan yang dapat membawanya kesurga yaitu pesantren yang merupakan gudang cahaya iman, hal itupun belum bisa untuk menerangi hatinya yang sekeras baja.

Aku sangat sedih melihat kondisi Abdi. Sebagai seorang sahabat, aku selalu berusaha memberi motivasi padanya untuk melanjutkan sekolah lagi. Tapi Abdi tidak pernah mau mendengar nasehatku. Yang dilakukan menyanyi dan hanya menyanyi ketika aku berbicara. Hanya sedikit ia menghargai kata-kata tulus ini. Dilema yang membuat aku semakin penasaran. Aku coba bertanya langsung pada orangtuanya, hal apa yang membuat ia tidak mau melanjukan sekolah ? dengan sedih ibunya menjawab bahwa kami sudah tidak punya uang cukup lagi untuk menyekolahkannya dan masih banyak adik-adiknya yang harus disekolahkan terlebih dahulu. Aku terkejut mendengar kata-kata itu dan ingin rasanya untuk membantu, namun keluargaku sendiri orang susah. Orangtuanya memang hanya seorang penjual bakso lidi atau yang terkenal di kampung pentol bakso. Setiap hari gayungan sepeda seorang bapak tiada hentinya berjalan dari terbitnya matahari hingga waktu shalat magribpun tiba. Keringat demi keringat mengalir sederas air terjun menutupi lembahnya. Tak seberapa letih itu dibandingkan dengan harapannya yang ingin semua anaknya bersekolah. Keluarga ini mempunyai delapan anak dengan abdi sebagi ketuanya yang bisa dibilang anak pertama. Sebenarnya sangat kecewa ketika melihat pemuda pertama yang akan menjadi pahlawan keluarga gugur di tengah medan perang. Pengorbanan Abdi untuk berhenti sekolah agar adik-adiknya masih tetap bisa bersekolah, menunjukan kedewasaannya sebagai seorang kakak. Begitu besar, hingga masa depannya sendiri ia korbankan, Ia selalu menasihatiku agar dirinya ini jangan dijadikan contoh. Namun dibalik itu semua, ia tetap adalah salah satu sahabat terbaik bagiku yang selalu ada di saat aku sedih dan memerlukannya.

Sahabat terbaikku lainya adalah Joni. Anak ini sangat suka bermain sepak bola. ia pernah menjadi anggota tim suratin U-18 Kota lubuklinggau. Keahliannya dalam bermain bola membuatnya bisa bergabung dengan tim ini. Setiap sore ia menyempatkan waktunya untuk latihan sepak bola hingga membuat badannya gelap gulita diterjang panasnya badai matahari. Wajar kalau akhirnya ia diterima, sangat sesuai dengan porsi latihan yang ia lakukan selama ini. Joni adalah anak yang taat beribadah. Ia selalu menyempatkan diri untuk datang ke masjid melaksanakan shalat. Masjid merupakan rumah ke dua baginya. Sangat berbeda sekali dengan pemuda muslim sekarang yang bahkan masjid asing bagi dirinya. Joni merupakan kader yang luar biasa. Jika ia membaca Al-quran maka seisi rumah dibuat bergetar olehnya laksana gempa mentawai yang menyambar sumatera barat. Lantunan suaranya yang merdu dapat menusuk hati para pendengarnya. Tak pernah sekali pun aku melihat ia menyanggah perkataan orangtuanya ataupun berbicara kasar dan tidak sopan. Sungguh sahabatku ini seperti sosok lelaki yang sempurna dambaan semua kaum hawa. Ketika Lulus SMA, joni disarankan orangtuanya untuk mengambil jurusan pendidikan atau kesehatan, karena dianggap dapat menjamin masa depannya. Agar dapat lulus masuk ke perguruan tinggi dan jurusan itu, Ia belajar dengan sungguh-sungguh dengan ikut bimbingan belajar di kota palembang. Tiada jam tanpa belajar, itulah kata yang tepat buatnya. Mau makan belajar, mau tidur belajar, mau mandi belajar, dan bangun tidur pun belajar. Tak ingin dirinya membuat bunda kecewa terhadapnya. Karena baginya ibu merupakan belahan hatinya yang tak bisa tergantikan. Waktu pun kian berjalan sampai pada akhirnya ia mengikuti tes masuk perguruan tinggi. Setelah melihat hasil tes, ia dinyatakan tidak lulus. tapi ia tidak sedih, mimpi dan semangat demi membahagiakan kedua orangtuanya membuat dia tidak pernah putus asa. Dia mengambil inisiatif untuk mengikuti tes ujian masuk Universitas Padjajaran jurusan Farmasi hingga akhirnya diterima dan membuat orangtuanya bangga.

Aku bangga dengan semua sahabatku. Mereka semua memiliki jiwa karakter pemuda yang hebat. Dahulu ketika kami duduk di kelas satu SMA, ada sebuah pengalaman menarik yang tidak dapat kami lupakan, yaitu ketika kami diturunkan dari kereta yang menuju ke lubuklinggau. Awalnya bermula dari keisengan kami untuk berangkat ke palembang dengan naik kereta malam. Aku, joni, leo, dan abdi hanya membawa sedikit uang dan tidak membeli karcis. Kenapa aku dan sahabat-sahabatku melakukan hal bodoh seperti ini ? jawabnya sederhana, kami hanya ingin merasakan bagaimana hidup mandiri dan mencari uang sendiri. Di kereta kami tidak hanya duduk dan diam. Walaupun sedikit malu karena bertemu orang yang kami kenal, kami mencoba untuk berjualan koran serta mengamen di kereta. Jujur ini pengalaman pertama bagiku dan sangat memalukan sebenarnya bagi orangtuaku apabila melihat anaknya seperti ini, karena orang lain pasti menganggap orangtuaku tidak mampu lagi memberi makan diriku. Perasaan malu dapat hilang karena aku yakin kalau kita selalu berpikir takut maka kita tidak akan pernah maju untuk menjadi insan yang dahsyat dan kita tidak akan pernah tahu kapan kita akan gagal ataupun berhasil. Gengsi dan malulah sebenarnya yang menyebabkan para lulusan sarjana di indonesia banyak yang pengangguran karena mereka kuliah hanya mencari gelar bukan ilmu dan ingin bekerja pada kedudukan tinggi tanpa kerja keras mulai dari bawah. koran-koran yang kami jual tadi merupakan koran bekas yang telah kami kumpulkan sebelumnya untuk dijual kembali pada penumpang. Rencananya uang yang di dapat akan kami pakai buat pulang ke lubuklinggau lagi. Perjalanan menuju Palembang tidak mengalami hambatan. Kami yang tadinya tidak membeli karcis, dapat dimaklumi oleh petugas karcis karena kami sambil ngamen. Setelah sampai di Palembang, Joni mengajak kami untuk kerumah saudaranya. Kami berempat pun ke rumah saudara joni dengan uang yang dimiliki dari hasil penjualan koran dan ngamen di kereta.

Sampai di rumah saudaranya. Tantenya langsung menyambut dengan hangat tanpa ia tahu kami ke Palembang dengan membawa uang seadanya. Beberapa hari telah di lewati bersama di palembang. Pakaian pun kami bawa seadanya hingga dari hari pertama dan sampai menjelang pulang tetap dengan warna yang sama, tapi baunya mulai berbeda seperti nasi tidak dimakan lima hari. Seperti biasa saat pulang kami hanya membawa uang sedikit dan tidak membeli karcis kereta. Namun nasib sial yang di dapat, setelah kereta baru berjalan lima menit dari kota palembang, tiba-tiba kereta berhenti di sebuah hutan sekitar 60 km dari Stasiun Kertapati. Rupanya dari jauh kami melihat petugas sedang berjalan menagih karcis. Jantung langsung berdetak dan kami merasakan ada sebuah firasat buruk. Ternyata benar petugas langsung menyuruh kami turun karena tidak memiliki karcis. Petugas itu seperti tidak memiliki hati nurani menurunkan anak separuhbaya ditengah hutan yang tidak kami kenal sama sekali. Kami turun dengan perasaan takut dan malu. Aku dan sahabat bingung bagaimana mengatasi ini ? tanpa pikir panjang kami lalu mengambil inisiatif untuk pulang lagi ke kertapati palembang dengan menulusuri jalan rel. Walaupun sungguh jauh, kami terus berjalan dari pada kami terlantar di hutan itu.

Saat berada di tengah perjalanan kami melihat ada sebuah gubuk kecil di tengah hutan. Kami pun kesana untuk sekedar melepas rasa lelah. kebetulan saat itu joni berada di paling depan dan pertama kali masuk ke dalam gubuk itu, ternyata ! ada seekor anjing buas di dalamnya dan menatap tajam ke arah joni, langkah demi langkah anjing itu mendekati joni. Tanpa disadari dari belakang rupanya leo melempar anjing itu dengan batu. Apa yang terjadi ? anjing itu menjadi marah, mengaum, lalu mengejar kami semua. Kami berlari tak tentu arah dan terpisah. Namun setelah sorot mataku menatap ke belakang, terlihat anjing itu mengejar leo. Aku pun dengan abdi dan joni coba mengikuti dari belakang. Astaga leo jatuh ! teriak abdi”. Anjing itu langsung menerkam kaki leo, tiba-tiba dor……ada suara tembakan dari arah timur mengenai anjing itu sehingga tewas di tempat dengan mulut terbuka. Seorang kakek tua membawa senapan panjang di tangannya, dialah yang menembak hingga anjing itu mati. Namun kaki leo sedikit terluka akibat terkamannya tadi.

Kakek tadi adalah seorang penjaga hutan itu. Aku sangat berterimakasih padanya. Jika ia tidak ada, mungkin aku akan kehilangan salah satu sahabat terbaikku yang mungkin mati sacara sadis akibat binatang buas itu. Perjalanan pulang ke kertapati dengan menulusuri rel pun kami lanjutkan. Tapi sekarang kami harus menggendong leo secara begantian karena kondisi kakinya yang tak mungkin apabila dipaksakan jalan. Aku ikhlas melakukan ini. Lebih baik aku mandi keringat dari pada melihat sahabatku kesusahan karena memaksakan kakinya yang rapuh untuk berjalan jauh. Akhirnya setelah enam jam di perjalanan, kami sampai juga di kertapati dan langsung naik angkot dengan uang yang ada. Besoknya kami pulang lagi ke Kota LubukLinggau dengan membeli karcis dari uang yang diberikan tantenya joni dan sebelumnya leo telah dibawa ke puskesmas.

Kebersamaan dan semangat sebagai sahabat membuat kami bisa mengatasi semua masalah yang kami hadapi. Kini kami telah jauh, hati dan air mata ini seakan berbicara bahwa kami tak ingin berpisah. Kami harus berjuang di jalan masing-masing demi menggapai mimpi kami. Leo sekarang telah melanjutkan sekolahnya di salah satu perguruan tinggi di bogor, Joni sendiri sedang menggapai mimpinya di Universitas Padjajaran Bandung dan Abdi mencoba mengadu nasibnya menjadi seorang wirausahawan di palembang. Akupun kini sedang berkuliah di Lampung. Kami berempat mempunyai satu mimpi di mana nanti dapat menjadi seorang pemimpin dan bermanfaat di dalam masyarakat dengan ilmu yang kami miliki. Jadilah lelaki dengan kaki berpijak di bumi namun cita-cita tergantung di langit nan tinggi (New quantum tarbiyah, membentuk kader dahsyat full manfaat, Solikhin Abu ‘Izzudin). satu harapan bersama, ketika pulang Ibu dapat tersenyum melihat kami. Semoga nanti sahabat dapat bertemu kembali di dalam suatu lingkaran kesuksesan.

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More