Rabu, 29 Desember 2010

Cinta Suci-Mu

Oleh: Nur Azizah

Inikah rasanya sebuah cinta? Indah sekali.....

Akankah pelangi yang sedang mewarnai hatiku ini akan terus mewarnai hariku dan takkan pernah ada mendung? oh Ya Rabb betapa indah Engkau menganugerahkan cintaMu kepadaku, trimakasih ya Rabb. Seorang akhwan telah menggelitik hatiku dan entah apakah ini hanya sementara ataukah memang dia sedang berusaha masuk kehidupku?.

Meski di luar mendung namun cahaya hangat menyusup dalam kalbuku dan seolah membuatku ingin berteriak pada dunia bahwa aku sedang mencintai seorang akhwan.

Assalamualaikum ukhti.....
Sabbaha sururi wa sa’adah (red:selamat pagi).....
Oh god dia menyapaku di pagi hari yang mendung ini, namun terasa cerah bagiku, akankah dia juga merasakan hal yang sama? .

Sabbaha sururi yaa ustadz....
Entah darimana datangnya suara padahal kamar dan di sekelilingku dalam keadaan senyap, hanya ada suara burung yang sesekali hinggap diranting pohon. Sebuah suara yang merdu yang tak gampang orang lain untuk mendengarnya, suara cinta.

Subhanallah pagi ini indah, meski ada mendung di langit Allah
Benar! Pagi ini indah namun mendung di langit Allah, tapi di langit hatiku tak ada mendung, yang ada hanya pelangi dengan warna cerah mewarnai hariku.

Allahu akbar....!!! Tuhan sangat mencintai
Hamba-hambaNya yg bersyukur ... J

Berawal dari kejadian di pesantren, dan berlanjut hingga saat ini. Uhibba ilaika ya ustadz. Indah sekali karunia Allah, yang tidak kita minta saja (mata berkedip, air mata, detak jantung,darah dll) Allah menganugerahkan, dan cinta ini Allah pun yang menganugerahkan untukku. “Maka nikmat TuhanMu yang manakah yang kau dustakan”(QS. Ar Rahman).

Ukhti .. Semoga langkah ukhti selalu dalam lindungan Allah
Meski ini hanyalah sebuah sms tapi begitu berarti bagiku. Jangan senang dulu Aini, mungkin saja dia hanya perhatian padamu. Begitulah hatiku bicara, bicara tentang dia yang selalu mengisi hari-hariku dengan pelangi yang dia rajut lewat kata-kata yang dia kirim padaku.

Allah yubarik fik, ya ustadz ... J
Semakin hari bunga itu semakin mekar, indah dan wangi. Akankah dia juga merasakan hal yang sama denganku?. Ataukah ini hanyalah sebuah kebetulan yang bagi dia hanyalah hal biasa?. Oh tidak mungkin!.

Saat raga tak bisa bersua
Ada getar cinta di dada yang mungkin memyampaikan
Inikah rasanya cinta yang Allah anugerahkan padaku
Seperti air yang sejuk masuk dalam kerongkongan
Seperti embun yang suci di pagi hari
Seperti semilir angin yang menerpa wajah
Indahnya tak dapat ku lukis
Namun dapat ku rekam dalam file memoriku
Duhai Allah pemberi cinta, syukron cintaMu lebih dahsyat dari apapun ...

Setiap hari ku rajut kata untuk membuat hatiku merasa senang, benar kata penyair bahwa orang yang tidak tahu sastra akan pintar membuat puisi yang indah ketika dia jatuh cinta. Bahkan semua smsnya tak pernah kuhapus meki sudah berbulan-bulan dihapeku. Dan begitulah yang terjadi padaku saat ini.

Hari pun berganti, bulan terus berganti dan bulan Ramadhan pun tiba. Aku sibuk dengan urusan kuliah, begitu pun dia. Setelah selesai mengajar di Madrasah Diniyah dekat rumahku, dia melanjutkan kuliahnya. Ada dorongan yang membuatku ingin sekali sms dan menanyakn kabarnya.

Assalamuaalikum ustadz ....
Kaifa haluk ya ustadz
Lama tak ada jawaban ,aku mulai gelisah ada apa gerangan dengannya?. Akankah dia sudah ganti nomor, ataukah sudah lupa padaku? Tidak mungkin! belum satu tahun aku tidak menghubunginya, tiba-tiba .....

Wa alaikum salam ukhti ..
Afwan sy terlalu lama memblsnya
Ukhti saya ingin megatakan bahwa,
Skrg sy sdh menikah, istri sy santri di pesantren itu
Afwan krn sy tdk menghuibungi ukhti,,

Begitukah?. Mengapa harus itu yang ku dengar?. Ternyata dia sudah menikah dengan gadis santri yang sekarang sudah resmi menjadi istrinya, seorang ukhti yang kukenal waktu di pesantren. Akankah aku harus menangis di ‘kakiMu’ ya Allah untuk ujian yang Kau berikan ini?.

Ada yang basah di pipiku kristal bening mulai berjatuhan, inilah air mata yang dulu adalah sebuah kebahagiaan yang kini berganti dengan air mata, mengapa Kau berikan ini padaku ya Allah?. Mengapa Kau pertemukan aku dengannya jika aku tak bisa bersamanya?. Akankah ini hanyalah sabuah hiasan hidup yang kau berikan padaku?.

Ukhti sungguh sy sgt menyesal
Krn tdk mengabarimu ukhti ...
Afwan ...
Ada apa ini? Apa yang harus aku perbuat Ya Allah ....

Hari-hari yang kulalui menjadi suram, tak ada mentari lagi seperti dulu yang selalu menerangi hari-hariku. Dalam setiap shalat lailku, aku selalu berdoa.
Ya Allah jadikan dia jodohku, aku tidak apa-apa meskipun usia kami terlampau sangat jauh,
Ya Allah jika memang kami berjodoh satukanlah hati kami
Jika tidak, tidak apa-apa, jauhkanlah hati kami

Berlinang air mata menetesi sajadahku, setiap shalat lail aku selalu bermunjat agar dia menjadi imamku nanti. Tapi saat ku dengar kabar darinya bahwa dia sudah menikah, aku hanya mampu menangis.

Mendengar kabar itu awalnya shock tapi aku harus bangkit. Aku terus menyibukkan diri dengan belajarku, aktivitas luar kampus dan beberapa organisasi setiap hari aku hanya berkutat dengan buku-buku. Saat di toko buku sendirian aku menemukan sebuah buku yang harusnya tidak kulihat karena ini akan membuatku semakin sedih, judulnya “Bila Hati Rindu Menikah” terbitan dari Pro-U Media karya Mas Udik Abdullah isinya bagus tapi tidak pas untukku.

Dirumah kubaca buku yang baru saja kubeli tersebut, aku menitikkan air mata saat sampai pada sebuah petikan hadis dalam buku tersebut yang berbunyi, “Tidak ditemukan jalan lagi pada dua orang yang salaing mencintai selain menikah” (HR. Ibnu Majah).

Pikiranku menerawang jauh, saat air mata sudah mengering aku teringat dulu saat aku masih bisa sms-an dengannya dan mendengar kabarnya setiap hari. Ditengah lamunanku tiba-tiba hapeku bergetar,,

Assalamualikum ukhti
Kaifa haluk?
Untuk apa dia mengiriku sms?. Bukankah dia sudah beristri. Ada rasa jengkel dan marah bergejolak dalam hati namun terselip rasa rindu.

Alhamdulillah .. kabar baik ustadz,
bgaiman kbr ustadz beserta istri?
Sakit rasanya saat menanyakan kabar istrinya
Ukhti,, bisakah kita bertemu?

Ada apa ini? Kenapa dia mengajakku bertemu? Mungkinkah ada sesuatu yang terjadi?.
Baiklah ba’da shalat dhuhur kita bertemu di pesantren
Selesai shalat aku langsung ke pesantren menemuinya, aku makin penasaran apa yang akan dia katakan padaku.

“Asslamualikum ukhti”
“Walaikum salam ustadz, ada apa memangnya?”
“Saya minta maaf sebelumnya tentang pernikahan itu”
“Iya, saya mengerti ustadz”
“Trimakasih”
“Ada apa sebenarnya usatdz”
“Ukhti, mungkin ini adalah ujian bagiku. Istri saya meninggal dua bulan yang lalu dia menderita kanker rahim stadium tinggi. Dia meninggal di rumah sakit”
“Innalillahi ustadz.. kenapa ustadz tidak mengabari saya?”
“Saya tidak mau mengganggu konsentrasi belajarmu, nomormu juga tidak di aktifkan jadi saya tidak bisa mengabarimu”
“Maaf ustadz, iya saya memang sedang konsentrasi belajar”

Sedih memang saat mendengar kabar duka itu, tapi entah kenapa dalam hatiku ada desiran yang membuatku merasa bahagia, bukankah dia sekarang sendiri?.

Sejak hari itupun, hari-hari yang pernah suram kini telah kembali berwarna. Mungkin kemarin turun hujan dengan sangat deras tapi kini Allah menggantinya dengan mentari yang hangat, yang hangatnya mampu menembus hatiku yang dingin.

Kini telah tiba bulan puasa yang di nantikan seluruh umta muslim di dunia, aku pun juga sangat merindukannya. Rindu saat buka puasa bersama keluarga, rindu saat bangun untuk sahur, dan sebaginya. Bulan ramadhan sangat indah, tak ada yang lebih indah dari bulan Ramadhan bulan dimana diturunkannya Al Quran.

Satu bulan kemudian…
Suasana pagi di desaku
Takbir menggema di seluruh masjid, idul fitri telah tiba. Inilah saat yang di nanti oleh seluruh umat muslim, jiwaku tergetar saat mendengar alunan takbir yang begitu syahdu, maafkan hambaMu ini ya Allah. Hamba hanya lumpur yang mencari hujan agar kembali bersih.

Ukhti selamat Id Fitri, maafkan saya jika selama ini menyinggung perasaan ukhti
Dia! Dia sms, Ya Allah senang sekali hati hamba
Sama-sama ustadz, mari kita bermaaf-maafan di hari yang fitrah ini

“Assalmualaikum...”
Sesuatu berdesir dari dalam lubuk hatiku, dia! Suaranya mampu memecahkan hening yang sedang larut bersamaku.

Kemudian ayahku datang menghampiri mereka, aku hanya menyiapkan makanan bersama ibu di dapur jadi aku tidak mendengar sepatah katapun perkataan mereka. Tak lama kemudian mereka sudah pulang, saat ku tanya pada ayah apa yang sedang di bicarakan, ayah hanya berkata “Bukan apa-apa nduk, ini urusan orang tua”.

Bunga yang indah yang kutanam dan ku rawat setiap hari kini sudah mulai merekah dan wangi. Indah sekali, dan hanya aku saja yang dapat merasakan betapa indahnya bunga itu dan betapa wanginya yang semerbak masuk kedalam rongga dadaku.

Haaah mungkinkah ini sebuah takdir Allah yang di berikan untukku?.

Akad nikah akan di gelar di masjid dekat rumahku, pernikahan yang sederhana seperti impianku. Aku sudah berembuk dengannya dan juga kedua keluarga bahwa nanti pernikahan di selenggarakan secara sederhana saja. Akad nikah dan walimatul ursy digabung.

Wisudaku berjalan dengan lancar, kita memang sudah tunangan untuk menghindari fitnah karena pernikahannya masih menunggu wisudaku selesai. Alhamdulillah semua lancar, penat dan lelahku terbayar dengan sangat memuaskan. Aku berhasik mendapat cumlaude.

Bagaimana semua lancar?
Dia sms di saat hari pentingku, tapi kini beda status jika dulu hanya sebatas ustadz dengan murid tapi kini sudah menjadi tunangan, Alhamdulillah....

Namun tak selamanya manusia berada di atas, sepertiku yang tak selamanya selalu mendapat ujian kebahagiaan. Dia kecelakaan saat pulang dari yogya, kakinya patah dan harus dirawat dulu selama satu tahun.

“Ukhti, apa kau tetap ingin menjadi bidadari hatiku?”
“InsyaAllah ustadz, saya akan tetap menunggu ustadz sampai sembuh”

Pernikahanku pun gagal dilaksanakan, semakin lama di desaku semakin ramai terdengar perkataan yang tidak mengenakkan hati perihal pernikahanku yang terlalu lama.
“Iya bu, aduuh kalau saya jadi Aini mah mending cari yang lain saja”
“Iya bu, lagian untuk apa juga menunggu laku-laki cacat selama satu tahun”
“Padahal kan Aini itu cantik, pintar lagi kenapa harus menunggu laku-laki itu ya?”
“Ganteng sih iya bu, tapi....cacat”

Tawa sinis dari mereka terdengar riuh. Hatiku meringis, sakit rasanya jika calon suamiku di jadikan bahan pembicaraan yang tidak benar oleh ibu-ibu tukang gosip. Calon suamiku tidak cacat, hanya saja pergelangan kakinya ada yang patah jadi harus dilakukan terapi selama satu tahun.

Uhkti sabar yaa, semoga Allah melindungi ukhti
Haaah saya sabar kok, hanya saja kadang ada rasa lelah menunggu kesembuhanmu.
Iya ustadz, lekas sembuh. Allah bersama orang yang sabar

Harusnya aku yang mengatakan untuk bersabar padanya, karena saat ini dia sedang menagalami ujian yang sangat berat. Ya! Ustadzku yang dulu pernah membimbingku selagi aku TK Al quran dan kini aku telah menjadi tunangannya dan sebentar lagi akan menjadi orang pertama yang akan dia lihat waktu bangun tidur.

“Ai, kamu tetep akan nunggu ustadz fauzan?”.
“InsyaAllah aku akan sabar menunggunya”.
“Ai, kamu tu cantik pinter lagi, apa yang membuatmu betah untuk menunggunya selama satu tahun?”.
“Karena aku ingin memiliki pendamping hidup seorang ustadz yang notabennya paham agama”.
“Banyak kok yang lain”.
“Tapi gak ada yang seperti dia”.
“Kenapa?”.
“Dia sangat menghormati kaum hawa, itu yang aku suka”.
“Banyak kok yang kayak gitu di luar sana”.
“Tapi dia hanya satu”.
“Hmmmm aku kagum sama kamu Ai kamu memang temanku yang teguh pendirian. Dari dulu kamu memang kaya gini”.

Aku hanaya tersenyum mendengar pendapat temanku yang seolah tak menyukai dengan apa yang aku lakukan ini. Tidak hanya Fitri saja yang mengatakan seperti itu, ada banyak temanku yang lain yang mengatakan hal yang sama. Lagipula aku akan tetap pada pendirianku bahwa aku akan sabar menunggunya.

Ukhti, benarkah ukhti sabar mneungguku?
Aku yakin ada banyak orang yang menegur sikap ukhti ini
Dia pasti memikirkanku, dia tahu kalau aku digunjing oleh orang perihal aku menunggunya selama satu tahun.
Ya, ustadz insyaAllah sy akan tetap sabar

Saat aku sedang menunggunya aku gunakan waktuku sambil mencari pekerjaan. Gaji pertamaku pun sudah aku terima namun dia tak kunjung sembuh. Hingga bulan Ramdhan hampir datang manyapa dunia, sepi jika harus menjalani Ramadhan seorang diri yang seharusnya di jalani bersama kekasih hati.

Semlirir angin yang dingin menusuk dalam tulang. Tak kurasakan angin sejuk dalam hari-hariku. Rindu ingin bertemu , rindu ingin bertasbih bersama dalam lingkar rahmatmu. Tak jua datang kekasih hati untuk ku ajak bercinta ke surga, kapan dikau datang?

Hari berganti hari, bulan pun terus berganti akhirnya dia yang aku tunggu telah sembuh. Terapi yang ia jalani selama kurang lebih satu tahun itu berhasil total.
“Ukhti, insyaAllah pernikahan kita akan dilaksanakan satu minggu lagi, apa ukhti siap?”
“Iya usatdz, saya siap”
“Baiklah kita rancang kembali planning yang gagal dilaksanakan”
“Ya usatdz, kalau begitu kita harus berembuk lagi bersama dua keluarga”
“Iya, insyaAllah besok keluarga saya kan kerumahmu”

Pernikahan yang dulu gagal dilaksanakan kini akan di rajut ulang, karena kita berdua sama-sama sibuk jadi pernikahan cepat dilaksanakan.

Subhanallah, ada sebuah kehangatan merasuk kedalam sukma, indahnya tak dapat di lukiskan oleh pelukis ternama sekalipun. Aku ingin merasaknnya setiap hari jika bisa, namun Allah tak mungkin selalu membuat hambaNya bahagia.

Pernikahan pun digelar, acara di kemas dengan cara sederhana dan tidak terlalu banyak mengundang sanak saudara. Karena puasa sudah tinggal tiga hari lagi jadi acara di kemas dengan sederahana. Subhanallah indah sekali karunia Allah.
“Dek, apa kamu gak nyesel nikah sama aku?”
“Tidak sama sekali ustadz, eh maksudku tidak mas”
“Hm kamu kenapa memanggilku ustadz?”
“Maaf mas aku kan sudah terbiasa memanggilmu usatdz”
“Wah kalau begitu kau seperti muridku saja bukan istriku”
Tawa kecil mulai mencairkan suasana
“Tidak malu punya suami yang beda umurnya sanagt jauh?”
“Untuk apa malu ustadz, perbedaan usia bukan masalah untuk mencari ridha Allah”

Indahnya mencintai digaris Allah, tak ada setan yang mengusik, tak ada caci maki orang lain. Sesungguhnya cinta yang di kemas dalam sebuah tali pernikahan itu terasa sangat indah. Allahu akbar, Allahlah yang telah menyebarkan cinta di hatiku dan hati suamiku.
“Mas, bangun sudah waktu sahur”
“Hmmmh...”

Indahnya melihat suamiku masih dengan piamanya, aku suka melihatnya tidur, wajahnya lucu banget pas lagi tidur. Dia menggeliat, mungkin masih ngantuk soalnya tadi malem masih ngerjain tugas-tugas kampusnya sampe jam 1 pagi.
“Mas...bangun nanti telat loh sahurnya”
“Iya sayang..”
“Jangan iya aja langsung bangun”

Dia bangkit dari kasur langsung menuju ke kamar mandi. Kita sahur bersama, kita sudah tinggal di rumah kita sendiri. Dia yang mendesinennya, rumah bernuansa minimalis, natural dan hangat.
“Hmm alhamdulillah aku bisa makan masakanmu setiap hari sekarang”
“Kenapa memang?”
“Enak sekali, beruntung aku memilikimu”
“Tetaplah jadi pangeran hatiku mas, tetaplah jadi imam dalam hidupku”
“InsyaAllah pasti dek”

Banyak hal kita lakukan bersama, sahur, berbuka, shalat lail, bahkan masak pun dilakukan bersama. Aku baru tahu kalau dia mahir memasak, tapi dia bilang masih lebih enak masakanku meskipun masakannya menurutku enak sekali.


Subhanallah... Maha suci Allah yang menjadikan kami manusia yang berada dalam darah islam. Yang mnejadikan kami sepasang suami istri yang di berkahi nikmat dan rahmat setiap hari oleh dzat yang Maha pemberi cinta. Aku mencintaiMu ya Allah...
Sesungguhnya tiada yang lebih indah dari sebuah percintaan yang di kemas dalam bingkisan pernikahan, yang semuanya akan menjadi halal
insyaAllah, wallahu a’lam.

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More