Rabu, 12 Januari 2011

Hari Ibu dan Spanduk Kosong

Oleh: Fitri Amaliyah Batubara

Menjelang peringatan Hari Ibu, teman-teman dari Departemen Keakhwatan Lembaga Dakwah Kampus (LDK) Al-Izzah IAIN SU mengundang akhwat dari departemen yang lain yang juga ada di  LDK Al-Izzah IAIN SU untuk syura gabungan, termasuk saya (karena saya merupakan anggota dari Departemen Akademik dan Profesi). Tentunya untuk membahas rencana pelaksanaan Hari Ibu tersebut. Tujuan syura tersebut lebih kepada penampungan ide tentang apa yang harus dibuat pada acara tersebut dan pembentukan panitia tetapnya.

Syura pun dimulai. Dimulai dari konsolidasi hingga hal-hal yang berkembang. Saat masuk ke agenda inti yaitu kegiatan yang akan dilakukan pada acara tersebut, setiap orang diberi kesempatan untuk memberikan ide. Harapan kami, acara tersebut bisa lebih berbeda dari tahun sebelumnya dan bermakna bagi siapa saja. Lalu, objek dakwah yang menjadi sasaran juga bisa lebih meluas lagi.

Setiap tahun (bisa dibilang rutinitas), kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh panitia diantaranya pemberian setangkai bunga dan kartu ucapan Hari Ibu untuk ibu-ibu civitas akademik IAIN SU. Selain itu, diadakan juga seminar seputar ibu. Ada juga lomba menulis surat untuk ibu yang pengumumannya dilaksanakan saat seminar atau puncak acara. Saat syura berlangsung, ide tentang kegiatan yang akan dilakukan saat hari ibu masih seputar kegiatan yang dilakukan pada tahun-tahun sebelumnya. Saya terdiam sejenak sambil berpikir tentang hal baru yang perlu ditambahkan dalam kegiatan itu.

“Kalau pemberian setangkai bunga dan kartu ucapan Hari Ibu, objek dakwahnya atau pesertanya hanya ibu-ibu. Kalau seminar, objek dakwahnya hanya orang-orang yang suka seminar atau yang punya uang. Kalau lomba memulis surat untuk ibu, maka objek dakwahnya hanya orang-orang yang suka nulis. Kira-kira apa ya, yang objek dakwahnya bisa siapa saja?” Begitu yang saya pikirkan ketika itu.

Seketika itu, saya teringat dengan buku yang pernah saya beli di salah satu toko buku di kota saya alias kota Medan. Buku itu berjudul 100 % Da’wah Keren!, penerbit Book Magz Pro-U Media. Setiap kali ke toko buku memang saya akan mencari buku terbitan Pro-U Media dulu. Soalnya buku-buku terbitan Pro-U Media sesuai dengan yang saya butuhkan, sangat menyentuh, dan pas jika dijadikan “alat” perbaikan dan pembaharuan diri dan pemikiran.

Nah, jadi waktu itu adalah tanggal 3 Desember 2007 (izinkan saya sedikit cerita tentang asal muasal buku itu bisa saya miliki ^_^) .  Sampai di toko buku itu, saya menuju ke buku-buku terbitan Pro-U Media. Serius! Melihat buku-buku Pro-u Media, rasanya semua ingin dibeli dan dibaca segera. Tapi apalah daya, waktu itu uang saya hanya ada Rp 30 ribu. Sementara uang itu sudah termasuk ongkos saya untuk pulang ke rumah dan keinginan untuk membeli buku juga begitu kuatnya.

Tapi, mata saya malah terpaku ke salah satu buku yang judulnya 100 % Da’wah Keren!. Saya ambil buku itu sambil harap-harap cemas (takut kalau harganya melebihi uang saya ^_^). Alhamdulillah, harganya tidak melebihi uang saya. Setelah melihat sinopsis singkat buku itu pada cover belakangnya, saya semakin yakin untuk segera memiliki dan “melahapnya” sampai habis. Mudah-mudahan bisa dimanfaatkan untuk dakwah, khususnya di kampus, begitu niat saya saat akan membelinya. Oya, syukurnya lagi, penjual di toko buku itu adalah teman saya waktu Tsanawiyah/ SMP. Apa hubungannya? Hubungannya adalah saya dapat diskon alias potongan harga atas buku tersebut^_^.

 Kembali ke cerita Hari Ibu. Di dalam buku 100 % Da’wah Keren! itu, tepatnya halaman 196 ada pembahasan tentang Spanduk kosong sebagai media dakwah yang sifatnya statis. Jadi, begitu saya ditanyakan kembali soal tambahan kegiatan untuk acara hari Ibu itu, saya langsung menyarankan agar pada acara hari ibu tersebut kami membuat spanduk kosong.

 “Untuk apa spanduk kosong?”Spontan kawan-kawan bertanya.

 Lalu, saya jelaskan dengan rinci sambil menyebutkan sumber pemikiran saya itu, yaitu buku 100 % Da’wah Keren! yang penulisnya adalah Shofwan Al-Banna. Saya sampaikan pada mereka bahwa apa yang pernah kami lakukan selama ini sepertinya objek dakwahnya hanya orang-orang tertentu saja. Selain itu, mudah-mudahan dengan pengadaan spanduk kosong itu pemikiran masyarakat kampus tentang LDK Al-Izzah IAIN SU sebagai organisasi kampus yang “berkepribadian tertutup” (padahal sebenarnya LDK Al-Izzah IAIN SU itu “berkepribadian terbuka” lho ^_^), tidak akan ada lagi sebab spanduk kosong itu nantinya akan diletakkan di tempat terbuka yang siapa saja boleh berpartisipasi alias menuliskan aspirasi mereka tentang arti ibu bagi mereka. Silaturrahim antara LDK Al-Izzah IAIN SU dengan masyarakat kampus mudah-mudahan akan berjalan lebih baik pula setelah acara tersebut. Pokoknya, saya pribadi berharap agar kegiatan tersebut bisa membuat dakwah kampus lebih terasa kehadiran dan perannya di tengah masyarakat kampus.

 Berdasarkan keputusan bersama, usul saya diterima dan penanggungjawabnya adalah saya. Atas keputusan bersama pula, tema yang diangkat adalah “Arti Ibu Buat Kamu”. Untuk itu, saya harus mempersiapkan spanduk kosong yang akan digunakan saat hari H tiba. Saya minta bantuan ikhwan yang ada di LDK untuk membeli spanduk kosong itu. Saya tinggal memikirkan dimana spanduk itu akan dipasang, menyediakan beberapa spidol yang akan digunakan untuk menulis spanduk itu nantinya dan beberapa hal lainnya.
  
Hari H pun tiba. Ternyata pihak pejabat kampus pun mengadakan acara dalam rangka Hari Ibu. Sudah pasti banyak yang berpartisipasi dalam acara itu. Tapi, itu bukan halangan buat saya dan kawan-kawan untuk melanjutkan misi memasang spanduk kosong itu. Saya malah berpikir bahwa justru ini kesempatan yang baik.Toh, orang yang hadir dalam acara itu bagaimanapun akan melewati tempat  dimana spanduk kami terpasang. (Jadi ingat waktu akan memasang spanduk itu. Karena kebetulan tidak ada yang bawa gunting, jadi tali plastik yang akan kami gunakan untuk mengikat spanduk itu, kami “gunting” dengan batu ^_^.)

 Setahu saya, pemasangan spanduk kosong itu memang yang pertama kali dilaksanakan di IAIN SU selama dan sebelum saya kuliah di IAIN SU. Alhmdulillah, banyak yang ikut berpartisipasi, mulai dari yang tua sampai yang paling muda. Masing-masing menyampaikan aspirasinya tentang arti ibu. Ada yang pakai acara rebutan spidol lagi. Tapi, Alhamdulillah tidak sempat menimbulkan kerusuhan.

 Isi aspirasinya beraneka ragam. Ada yang mengharu biru, lucu, dan full ofharapan, pokoknya lengkap sudah. Para panitia acara dan pengurus LDK Al-Izzah IAIN SU juga tidak mau ketinggalan. Mereka, termasuk saya menuliskan aspirasi tentang ibu di ruang-ruang yang masih kosong. Maklum, sudah hampir penuh spanduknya. Padahal, spanduk yang kami sediakan ada 2 buah dengan ukuran yang lumayan besar.

 Spanduk itu akhirnya penuh juga sebelum kampus di tutup. Sengaja tidak kami simpan atau bawa ke sekretariat meski sudah penuh tulisan. Itu agar setiap orang yang melewati lokasi dimana spanduk tersebut dipasang bisa membaca, menikmati dan mengambil hikmah dari setiap tulisan yang ada di spanduk itu. Benar saja, selalu saja ada orang yang berhenti di depan spanduk itu untuk membaca tulisan-tulisan yang ada di spanduk itu. Ada yang membacanya sambil senyum-senyum sendiri lho, termasuk saya ^_^ (yang foto-foto dekat spanduk itu juga ada ^_^). Rencananya pula, spanduk yang tidak lagi kosong itu akan kami pajang saat puncak acara tiba, yaitu seminar tentang ibu keesokan harinya.

 Alhamdulillah, berkat kerjasama dan semangat kawan-kawan di LDK Al-Izzah IAIN SU, kegiatan itu berjalan dengan baik dan buat saya pribadi sungguh berkesan. Mudah-mudahan dengan begitu, tujuan kami semula bisa benar-benar tercapai dan hikmah beserta manfaatnya bisa berlaku sampai kapanpun.

 Selepas acara itu, ada sedikit hikmah yang saya ambil yaitu dakwah itu sebenarnya tidak sulit asal kita tahu siapa objek dakwahnya dan bagaimana/ apa strategi yang kita gunakan untuk itu. Sebagaimana makna dari dakwah itu sendiri yaitu mengajak orang lain kepada kebaikan, pasti selalu ada cara, waktu atau kesempatan yang tepat yang disediakan Allah untuk kita agar dakwah itu benar-benar terlaksana dan maknanya sampai kepada siapa saja. Terakhir, kerjasama yang baik dan saling memahami adalah hal utama agar dakwah itu berjalan dengan baik.

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More