Jumat, 31 Desember 2010

Ketika Surat Cinta dari-Nya Berbicara


Oleh: Abidah Assolihat

Terinspirasi dari cerita saudaraku yang pada tahun 2010 ini menggenapkan separuh diennya… semua nama saya samarkan, namun semua cerita ini kejadian nyata dengan diceritakan kembali dengan gaya bahasa saya sndiri.

Dahulu aku telah menjalin hubungan 4 tahun dengan seorang pria yang menurutku sangat luar biasa, bukan hanya wajahnya yang memiliki wajah rupawan, namun terlebih hatinya yang sangat menawan. aku sangat bersyukur Allah mempertemukanku di Universitas yang banyak didambakan oleh anak muda Indonesia,, yah.. ditempat kuliahku ini.

Seorang laki-laki yang tanggung jawab dan pekerja keras yang senantiasa menemani hari-hari kuliahku semenjak semester pertama kuliah. Kesabaran dan keuletannya membuat dia telah menjadi “seseorang” diusianya yang cukup muda. Dia yang berbeda dari sosok biasanya. Dia yang telah mampu membiayai kuliahnya sendiri dengan uang hasil kerja kerasnya, padahal dia adalah salah satu anak pejabat disuatu daerah namun dia tak mau menjadi seorang anak manja yang hanya mengadahkan tangan untuk meminta uang pada orang tuanya.. Dia yang selalu menjadi ketua dibeberapa kegiatan. Aku merasa benar2 menjadi orang yang beruntung disaat yang lain mendambanya, namun hatinya hanyalah untukku.

Namun hingga suatu ketika di akhir masa kuliahku, aku mulai mengetahui bahwa dia ada “main” dengan salah satu temanku. Akh… pupus sudah semua kepercayaan dan mimpi yang ku bangun selama 4 tahun lamanya. Semua terasa menjadi sangat sia-sia, waktu 4 tahun yang aku coba rajut dengannya kandas sudah. Semenjak itu aku menutup diri dari kumbang-kumbang  yang ingin mendekatiku.

Selang satu tahun kemudian, dengan goresan hati yang belum terobati, datanglah kembali seorang sosok laki-laki yang ternyata dia sahabatku, yang telah lama menyimpan “rasa” itu untukku, yang  ternyata tak jauh berbeda dengan masa laluku. Sesosok pria dewasa, yang bukan hanya wajahnya yang tampan, namun hatinya memang menawan karena itu juga aku mampu bersahabat dengannya 5 tahun lamanya. Hati manusia siapa yang bisa menduga, sungguh…

Setelah dia menyatakan isi hatinya akhirnya aku memberi kesempatan untuknya mengisi hatiku dan berharap mampu mengobati lukaku. Tak terasa hampir 2 tahun aku menghabiskan waktu dengannya, walau dengan jarak jauh kami masih bisa menjaga hubungan ini. Karena kami telah sama-sama lulus kuliah dan kini aku menjadi dosen disalah satu universitas, dia bekerja di Jakarta. aku benar-benar  salut dengan prestasi yang telah dia raih dengan usia yang masih sangat muda. Relasinya para petinggi Negara bahkan menteri-menteri, orang-orang yang memiliki peran penting di Negara ini. Seorang laki-laki cerdas dan bertanggung jawab serta pekerja keras. Lagi-lagi  perasaan itu kembali datang, aku benar-benar bersyukur merasa menjadi wanita yang paling beruntung bisa mengenal sosoknya.

Dengan usiaku yang terus saja bertambah orang tuaku mulai mengkhawatirkan keadaanku. Walau kini aku telah menjadi dosen, tapi itu belumlah cukup karena aku membutuhkan pendamping hidup yang akan menemani sisa hidupku. Dan pada saat yang sama ketika aku bertanya padanya dia menyatakan belum siap, butuh waktu 2 tahun lagi untuk membingkai cinta kami dalam sebuah pernikahan. Dengan adanya hal tersebut perasaanku menjadi tak menentu. Benar saja orang tuaku mengingkan aku memutuskan ikatan cinta yang telah aku bangun dengannya. Karena usiaku yang terus saja bertambah namun belum ada kejelasan dan kepastian darinya, sedangkan orang tuaku mengingkan tahun ini. Kini aku benar-benar memasrahkan diri pada Yang Maha Kuasa.

Kini aku berbeda menghadapi masalah ini, waktu yang ada aku isi dengan lebih mendekatkan diri padaNYA. aku hanya percaya Dia takan pernah mendzalimi seorang hambaNYA. Pasti ada rahasia lain yang ingin Dia berikan untukku. Beberapa bulan ini aku semakin khusyuk untuk terus mendekatkan diri padaNYA, pada malam dan pagi haripun aku bercengkrama denganNYA. Meminta petunjuk akan masa depanku.

Pagi itu aku dan keluargaku melakukan jalan pagi mengelilingi alun2 di kotaku. aku sangat bersyukur dengan orang tuaku, kehangatan yang selalu terjalin diantara kami dan adikku. Di tengah perjalanan, ada seseorang yang menyapa ayahku yang ternyata itu adalah saudara jauh ayahku. Pada saat itu teman ayahku menanyakan kabarku dan akhirnya ayah berpisah dengan kami melanjutkan perjalanan dengan temannya.

Sesampainya di rumah, ayahku berkata bahwa aku akan dijodohkan dengan anak teman ayahku. YA Allah…. Apalagi ini,, aku dijodohkan dengan seorang laki-laki yang tak aku kenal sama sekali sosoknya, yang aku kenal saja kandas… namun aku benar-benar pasrah. Dan beberapa bulan lagi akan kembali kesini. Karena dia telah bekerja di pulau seberang. Akhirnya aku berkomunikasi dengannya melalui kecanggihan tekhnologi. Pada saat aku melihat fotonya, penilaianku hanya sebatas wajahnya yang tampan tak lebih.

Selang satu bulan lebih setelah aku berkomunikasi melalui komunikasi tak langsung, tibalah waktunya aku bertemu dengannya. Aku dan dia berjanji akan melakukan kopi darat. Ketika pertama kali kami bertemu… dia adalah seorang laki2 yang sangat “dingin” dan sangat pendiam. Jauh dari diriku yang kata orang lain selalu ceria. Setiap pembicaraan selalu aku yang memulai. Dia hanya menunduk dan berbicara seperlunya. Oh Tuhan… aku benar-benar tak tau lagi harus berbuat seperti apa. Pada saat itu, aku masih mengharapkan dia yang di Jakarta sana. Sesampainya dirumah aku hanya menangis. Pertemuan pertama yang sangat tidak berkesan.

Setelah pertemuan itu, aku benar2 dilema. Akhirnya aku isi hari-hariku menjadi lebih dekat dengan Tuhanku. Aku  mencoba beberapa kali shalat istikarah meminta petunjuk akan masa depanku. Namun yang membuat aku heran, orang tuaku dan orang tuanya bahkan telah merencanakan tanggal pertunangan. Ya Rabbi… aku tak tau harus berbuat apa. Pikirku pada saat itu hanya satu “Setiap orang tua pasti ingin yang terbaik bagi anak-anaknya.” Akhirnya aku ikuti apa kemauan orang tuaku. Dalam benaku, aku harus berusaha mencintai seseorang yang jauh dari apa yang aku  harapkan. Apa jadinya rumah tanggaku kelak tanpa ada landasan cinta. Namun hingga detik ini aku telah istikarah namun mengapa semua terasa sangat mudah dan begitu lancar untuk terus lanjut melangkahkan kaki menuju gerbang pernikahan dengan orang asing yang tiba-tiba datang dalam kehidupanku

Akhirnya, hari yang sangat tak aku nantikan tiba juga. Hari pertunanganku dengannya. Malam itu semua keluargaku berkumpul mereka banyak tak menduga siapa calon pendamping hidupku kelak, seharusnya yang lebih tak menyangka itu aku, dengan serangkaian peristiwa yang telah ku jalani. Komentar mereka begitu beruntungnya aku karena mendapatkan seorang laki-laki yang berwajah tampan. Aku akui dia memang tampan dan memiliki fisik yang sangat menarik, kulit yang bersih, tapi bukan itu yang ku cari. Aku lebih melihat hati dan iman yang ada didalam dadanya. Setelah malam pertunangan itu aku hanya menangis. Aku tak tau seperti apa masa depanku kelak, menjalani hari tanpa cinta bersama orang asing yang tak kucintai sama sekali. Malam itu juga aku kembali mengadu pada Tuhanku. aku yakin Dia dapat dengan mudah membolak balikan hati seorang hambaNYA. Apabila dia ditakdirkan memang untukku maka izinkan hati ini untuk mencintainya, walau dengan waktu singkat.

Pada pagi harinya, aku memiliki kesempatan untuk mengenal keluarganya lebih dekat dan juga untuk mengenal sosoknya. Pikirku ini akan menjadi hari terburuk sepanjang hari. Namun akhirnya aku jalani. Ketika aku berkumpul dengan keluarganya, mereka begitu hangat menyambut kedatanganku dan juga dirinya yang menyambut hangat diriku. Sungguh jauh dan sangat berbeda ketika pertama kali aku bertemu dengannya. Ternyata dia benar-benar hangat dengan keluarga dan keponakannya, bagaimana dia bercanda dan senyum yang selalu menghiasi wajahnya. Seharian perjalanan sungguh terasa sangat cepat, benar-benar berbeda dari bayangan dan segala ketakutan yang menghantui diriku. Pada hari itu juga aku benarbenar merasa nyaman dengannya. Dia yang tak pendiam dan mampu mencairkan segala suasana .

Ternyata dia sosok pemalu dan benar-benar menjaga pergaulan dengan wanita. Semakin mengenal sosoknya semakin bertambah rasa syukurku dan rasa cintaku padanya. Bagaimana tidak, aku dan dia ternyata memiliki Backround yang sama, mulai dari TK hingga Universitas. Hanya kami tak pernah bertemu karena umur yang cukup berbeda jauh. Dia ternyata lulusan terbaik di Universitasku, untuk menjadi yang terbaik dikampusku tentu saja sangat susah karena Kampusku tempat berkumpulnya orang-orang pintar di negeri ini, karena untuk bisa masuknya saja aku sendiri membutuhkan perjuangan. Selain itu sosoknya yang dewasa membuatku benar-benar nyaman dengannya. Bukan hanya rupanya yang indah, dia juga seorang laki-laki yang cerdas, penyabar, bertanggung jawab, pekerja keras,berjiwa pemimpin dan penyayang. Dan dia yang sangat berbeda dari masa laluku, pengetahuan agamanya yang sangat luas. Selain itu kemapanan hidup telah dia miliki. Allah….. SUNGGUH INDAH RENCANAMU, Allah sangat memberi lebih dari apa yang aku pinta ^_^

Hanya dengan terus berprasangka baik pada Allah dan kedua orang tuaku aku mendapatkan kado terindah dalam hidupku, seorang pendamping hidup yang benar-benar Allah ramu dengan segala kebaikan dan kelebihannya, dan Aku siap untuk menerima segala kekurangannyapun karena akan diisi dengan kelebihanku. Dan kini… aku sungguh tak sabar untuk menunggu waktu 1 bulan ini untuk meresmikan ikatan cinta kami, untuk menyempurnakan separuh agama dan hidupku ^_^.

Benarlah kata pepatah “Kalo jodoh tak akan kemana”
Semoga cerita di atas menginspirasi kita semua.
Kita tentunya sering kali mendengar “Kalo Jodoh tak akan kemana”.

Teringat kembali salah satu buku Pro U Media, Nikmatnya Pacaran Setelah Pernikah Karangan Salim A Fillah . Ada kalimat yang cukup mengena ''Kita melihat betapa mudahnya proses yang dilalui menuju pernikahan antara dua insan dikomunitas iman. Inilah Komunitas yang menjadikan iman sebagai kualifikasi keanggotaan. Jamaah muslim pertama di bawah kepemimpinan Rasululllah SAW dan dilanjutkan para Khulafaur Rasyidun adalah gambaran nyata tentang komunitas iman tersebut. Anda sudah lihat kan bagaimana mudahnya proses tersebut karena dimudahkan oleh Allah.'' (Buku NPSP hal: 145)

Ada orang yang 7 tahun pacaran, namun kandas juga dan menikah denga orang lain yang hanya bertemu 3 bulan. Ada juga tanpa pacaran, hanya lewat ta’aruf mereka menikah dan langgeng sampai kakek nenek. Seperti nenek moyang kita Nabi Adam dan Siti Hawa yang dipisahkan selama 300tahun lamanya akhirnya bertemu kembali. Dan masih banyak contoh lainnya.

Kuantitas terkadang tak sebanding lurus dengan kualitas. Lamanya waktu untuk menjalin suatu hubungan tak menjamin dialah yang PASTI akan mendampingi hidup kita. kalo dengan cara yang kurang baik saja, Allah berikan yang terbaik, apalgi kalo dengan cara yang lebih baik.

Pacaran juga bisa menjadi kutukan. Semakin banyak bekas pacar, semakin banyak kemungkinan membanding-bandingkan.
Semakin banyak bekas pacar, semakin banyak yang harus ditekan.
Teori ini menjelaskan observasi anekdotal bahwa pasangan jaman dulu lebih banyak yang langgeng padahal mereka di jodohkan. Jawabannya mungkin karena mereka tidak atau sedikit pacaran, sehingga mereka tidak memiliki referensi pembanding yang bisa membingungkan.semakin banyak mencari, semakin tidak menemukan yang dicari.

Terkadang Kita terlalu mengkhawatirkan dengan apa yang belum terjadi, terlalu banyak kebimbangan yang mewarnai perjalanan hidup kita, sehingga solusinya kita meminta petunjuk pada Sang Pengatur kehidupan, maka dari itu dalam Islam ada shalat Istikarah. Biar surat cinta Sang Pemilik Cinta yang akan mempertemukan dan memberi jalan bagi kita untuk bertemu Sang Belahan Jiwa kita, kelak diwaktu yang tepat yang telah ditentukan olehNYA. Yakinlah akan segala janjiNYA

Mungkin kita pernah berbuat khilaf dimasa lalu, dengan segala dosa yang telah kita perbuat namun yakinlah Ampunan Allah lebih luas daripada kesalahan-kesalahan yang kita buat, karena sifatNYA Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Di dalam Islampun terdapat shalat tasbih, dimana salah satu faedahnya adalah untuk menggugurkan dosa-dosa kita.

Maha Indah Allah dengan segala keindahanNYA. Allahlah yang paling menyayangi kita melebihi siapapun, sehingga Dia pasti selalu memberi yang terbaik bagi setiap yang disayangiNYA. YAKINLAH akan hal itu…

Seperti Ali bin Abi Thalib dan Fatimah Az-Zahra, mereka sasling jatuh cinta SEBELUM mereka menikah. Namun mereka mampu '' menyimpan rasa itu '' sampai pada waktu dimana mereka boleh mengetahuinya satu sma lain dan sampai-sampai setan saja tidak bisa mencari celah untuk menunggai rasa itu. Semua yang belum terjadi masih menjadi misteri,,, tak mampu akal manusia menjangkaunya. Namun semoga setiap misteri-misteri kehidupan adalah KADO terindah dari Allah untuk kita. Amien YA Rabbal'alamin.

(Alhamdulillah… bisa belajar dari pengalaman orang lain ^_^ )

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More