Kamis, 23 Desember 2010

Mengejar Cinta-Nya

Oleh: Poppy Kadarisman

Pulang kuliah bergegas kubuka tas ku dan kuambil buku mungil yang kupinjam dari teman, berjudul "Nikmatnya Pacaran Setelah Pernikahan" karya Salim A. Fillah, terbitan Proumedia, walau halaman buku tersebut sudah kacaubalau halamannya lepas dari lemnya disana sini (plus lecek kertasnya, karena saking banyak peminjamnya) tapi alhamdulillah masih lengkap jumlah halamannya, jadi masih bisa dinikmati, dibaca dari satu peminjam ke peminjam yang lain. Hal yang sangat dimaklumi di Unit Kerohanian Islam kampusku ini bila ada yang memiliki buku yang menarik maka akan saling pinjam- meminjam, seringnya sih buku terbitan Proumedia mungkin karena gaya bahasanya yang renyah,lincah dan tema buku mengena dengan keseharian para aktivis dakwah kampus contohnya saja judul buku Nikmatnya Pacaran Setelah Pernikahan ini yang didukung oleh tampilan covernya yang romantis sepasang suami istri berboncengan sepeda (euu ini pasti jadi buku rebutan temen - teman rohis dikampus and bahan untuk becandaan positif dan support-supportan dikalangan kami ).

Kali ini yang giliran meminjam dan membawa pulang adalah aku, setelah sebelumnya lumayan antri panjang diantara teman- teman rohis yang kurang bermodal (termasuk aku tentunya), dipinjamkan dengan syarat: " Please jangan dirusakin!" dengan pendelikan mata si pemilik dan intonasi yang mengancam (tapi bercanda) darinya, biasanya yang meminjam akan cengar - cengir saja.

"Yup insyaAllah aku amanah! kujaga deh buku mu" (dalam hatiku berucap buku rusak dimaklumilah asal ilmu dan manfaatnya menyebar kemana- mana, walau tetap yang terbaik adalah merawat dengan maksimal...masih dengan cengar cengir jail menahan tawa).

Nah' Kini aku sudah bersama buku nikmatnya pacaran setelah pernikahan. Kubaca dengan hikmat. Setelah selesai...kurenungkan isi buku itu sambil sesekali aku teringat apa-apa yang sudah kulakukan dan sedang kulakukan / ku amalkan dan memikirkan langkah kedepan apa yang akan aku putuskan.

Alhamdulillah selama ini walau sesekali khilaf aku berusaha istiqomah dijalan-NYA dan aku tau istiqomah bukanlah hal yang mudah, diantaranya istiqomah untuk berusaha tidak pacaran, dengan didukung menjaga hati, ghodul basyar dan berusaha mengamalkan ajaran dienul islam semampu dan sekuat yang aku bisa.

Tak terasa airmataku pun menetes mengingat perjuangan yang telah aku upayakan untuk bertahan dan menjaga keistiqomahan ini, dengan keyakinan hati jika kita meninggalkan sesuatu yang kiranya Allah kurang / tidak sukai, “ hijrah” karena Allah maka kita akan mendapat pengganti dari Allah yang lebih baik.

"Ilmu adalah untuk diamalkan", begitupula ilmu yang kudapatkan dari buku "Nikmatnya Pacaran Setelah Pernikahan" , referensi-referensi pendukung lain yang kudapati, serta dari talim - kajian, seminar - seminar tentang pernikahan yang aku hadiri, dikuatkan dengan azamku untuk menikah muda dan mandiri. Walhasil setelah sholat istigharoh dan ijin orangtua untuk taaruf telah kukantongi, walau aku masih status mahasiswi salahsatu PTS diyogyakarta, akupun mendatangi salahsatu rumah ustadzku dan menemui istrinya untuk mohon dibantu dalam proses mencari pendamping hidup yang sholih dicintai-NYA, insyaAllah.

Niatku saat itu adalah nikah untuk ibadah dan nikah untuk saling menolong agama pasangannya. Kriteria ikhwan yang aku pinta adalah: "Yang penting ia baik agama dan akhlaknya serta mau bekerja".Aku saat itu sama sekali tak memikirkan akan materi, ketampanan dan sebagainya, hanya hal yang kusebutkan tadi yang menjadi bahan keyakinanku untuk bersanding dengan seseorang. Berdasar salahsatu rujukan yang menjadi landasanku:

"Wanita itu dinikahi karena empat hal, yakni: 1.karena hartanya, 2.karena nasabnya. 3.karena kecantikkannya dan, 4. karena agamanya. Maka dasarilah pilihanmu karena ketaatan agamanya, niscaya kamu akan beruntung! " ( HR al- Bukhari dan Muslim).
Dari hadist diatas yang aku yakini pula berlaku dalam memilih “ikhwan”, jika kita mengutamakan ketaatan agama, maka insyaAllah akan selamat, dan hal ini membuat hatiku tenang (walau jika empat kriteria diatas didapatkan' berarti rezeki, tak mengapa

Tak lama setelah menyerahkan biodata taarufku yang terdiri dari tiga halaman cukup panjang seperti cerpen, kepada istri ustadzku tersebut', aku mendapatkan balasan biodata singkat seorang ikhwan, yang ternyata si ikhwan adalah sahabat dari ustadzku itu sendiri. Setelah mencari informasi lebih tentang ikhwan tersebut dari segala sumber dan cocok secara biodata, beberapa hari kemudian proses dialog dan nazhorpun dijalankan, dengan dibatasi oleh hijab dinding terbuat dari kayu lipat proses itu berlangsung dirumah ustadz tadi, aku didampingi istri ustadz,sedang pihak ikhwan didampingi si ustadz. Yang kuingat jelas ketika nazhor (saling melihat) aku tak berani melihat langsung wajah siikhwan tersebut, hanya mencuri pandang sekali dan yang tampak malah rambutnya yang saat itu keriting gondrong sebahu. Alhamdulillah proses dialog dan nazhor berlangsung lancar walau kami yang sedang taaruf sama malu dan kikuknya.

Malam setelah proses nazhor, aku langsung dilamar siikhwan yang sebelum taaruf benar-benar tak pernah kulihat, dan tak pernah kukenal tersebut, dua minggu kemudian kamipun menikah.

Pernikahan yang sederhana dan berusaha sesuai syar'i ,dengan bermodal undangan ala kertas hvs berwarna biru yang bertuliskan kapan dan dimana acara pernikahan kami akan berlangsung. Akad bermahar ayat kursi, surat Alfatihah dan uang Rp50.000, serta syukuran dimesjid ala nasi kotak dengan terjaga hijab antara tamu laki- laki dan perempuan, maka sah lah pernikahan kami.

"Baarakallaahu laka wabaaraka 'alaika wajama'a bainakuma fii khairin. Semoga Allah memberkahimu dan memberkahi pernikahanmu serta mempersatukan kalian berdua dalam kebaikan".

Alhamdulillah wa syukurillah mendapat restu, doa dari semua pihak dan pernikahan yang berlangsung tidak merepotkan kedua pasang orangtua kami.

Kini hampir tujuh tahun sudah usia pernikahan kami alhamdulillah selama ini tak ada hambatan berarti, akhirnya aku benar- benar merasakan isi buku nikmatnya pacaran setelah pernikahan. Selama pernikahan banyak mengalami hal-hal yang lucu, seperti ketika malam pertama kukatakan padanya :” Mas sepertinya dialam sebelum dunia ini kita pernah bertemu?!”,( aku sok-sok- an mengikuti kutipan kalimat disuatu buku agar berkesan romantis) tapi ternyata suamiku hanya berkata :” Ngga ah, ngga pernah, aku ngga tau”ucapnya dengan polos. Akupun seketika langsung salahtingkah sendiri, malu.
Lalu kejadian tak disangka-sangka, seperti ketika diakhir kuliah aku dan suami benar- benar tak punya uang untuk membayar kuliah padahal saat itu detik- detik terakhir kuliahku menjelang kelulusan, disaat sedang bingung harus mendapatkan uang dari mana, tiba- tiba saja seorang teman suamiku dari seberang pulau’ sms yang berisi beliau akan membayar hutangnya yang sudah lama, bahkan suamiku sendiri pun sudah lupa akan piutangnya tersebut. Yang tak dinyana hutang yang dilunasi si teman tersebut sebesar jumlah uang yang kuperlukan untuk membayar kuliah semester terakhirku. Seketika berucap syukurlah kami berdua, alhamdulillah.

Sedang hal melatih kesabaran, keikhlasan, pengorbanan salahsatunya adalah ketika dimasa- masa awal pernikahan aku sempat merasakan sehari hanya makan sekali, dan tak jarang ketika kuliah ataupun dirumah perutku bunyi keras kukuruyuk tanda minta diisi dan apa yang kurasakan ini kusimpan sendiri tanpa sepengetahuan suami apalagi keluarga besarku ( agar mereka tak sedih apalagi kuatir ), saking uang belanja yang diberikan oleh suamiku memang tak cukup untuk makan kami berdua dalam sehari, dan aku memaklumi pemberiannya, sehingga yang kuutamakan adalah suamiku dahulu. Jika makanan yang kusediakan padanya dia habiskan, itu artinya aku tidak makan, tapi jika apa yang aku sediakan untuknya tidak dihabiskan, berarti saat itulah aku dapat makan. Tapi kini, semua itu sudah berlalu, kurasakan kini rezeki Allah selalu datang dari arah yang tak diduga- duga. Dan masih banyak kisah indah lainnya yang kualami dipernikahanku. Sampai kini tak pernah kulupakan doaku ketika single yang selalu kupanjatkan ketika selesai solat:"Ya Allah aku mohon cintaMU dan cinta Orang yang mencintaiMU dan jagalah kami dijalanMU, serta jadikanlah aku orang yang sabar" semoga doa itu terkabul dan menjadi berkah.

Terakhir ingin kutuliskan untuk suamiku, juga untuk Orang- orang yang telah berperan penting dalam proses perjalananku selama ini, termasuk Proumedia- Nikmatnya pacaran setelah pernikahan : "Aku mencintai kalian karena Allah, semoga kita bersama dapat melihat wajah-NYA kelak.”

Aku tau apapun yang diberikan Allah padaku pasti itulah yang terbaik dan akan membuatku lebih kuat dalam menjalani hidup mengejar cinta-NYA. Jazaakumullahu khairan.

Poppy kadarisman, SE.
Yogyakarta, Sleman 18 november 2010.Kamis.
kuketik disela- sela aktivitasku merawat dua balitaku dan dalam situasi Merapi status Awas level 4.

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More