Rabu, 12 Januari 2011

Kisah si Mpu Majalah

Oleh: Erlinda Rakhmawati

28 Juni 2010
Dear Kertas,
Aku lagi under preasure. Dikejar deadline buat nyelesein majalah. Ya, majalah yang kami impi-impikan akhirnya insyaAllah bakal terwujud. Dadakan banget sebenernya, tapi semuanya berjalan, biarpun sama sekali ga mulus, ga mudah, penuh perjuangan.
Kami berjuang ngewujudin majalah kurang dari 2 pekan. Dan itu terjadi bebarengan dengan ujian. Cari sponsor, cari iklan, cari bahan buat tulisan.
It’s so menakjubkan !!

Awal-awal dapet setoran tulisan dari anak-anak redaksi aku terharu. Tulisan mereka bagus-bagus banget, beneran dari hati. Padahal mereka para pemula yang kepaksa nulis gara-gara masuk ke bidang Media di lembaga Dakwah Kampusku ini. Subhanallah..
Design yang dibikin juga sadis-sadis banget, TOP deh!

Cuman tadi malem, pas liat setoran lanjutan, aku lumayan stress, tulisannya ga masuk kualifikasi, padahal deadline udah mepet. Kami mesti naik cetak tanggal 1 Juli 2010, dan belum semua materi majalah OK.
Yang paling bikin aku stress sebenernya karena aku sendiri belum nyelesein 2 tulisan jatahku. Dan ini bener-bener menyiksaku. Aku ga punya ide yang pas buat nulis, aku bingung.
Allah, beri hamba ilham...beri hamba ilmu...aamiin.

Yang juga sedikit menggangguku adalah karena kami tidak terlalu dipercaya untuk mewujudkan majalah ini. Banyak yang ragu, banyak yang sangsi. Beberapa bilang ini irrasional, ada yang bilang cetak 700 exlemplar bakal mubadzir, ada yang ngasih tatapan meremehkan, ada yang ngasih ekspresi seolah-olah yang kami lakukan tidak benar. Fyuh,,aku ga tau ini cuman perasaanku yang lagi sensi karena kalender bulanan, atau memang semuanya berlaku seperti itu. Perasaanku mirip lagunya Obiet yang lagi kudengar sekarang, “sedih, saat kau tak yakin kepadaku, akan diriku...”
It’s hurt us, so much.

Jalan juang ini tidak mudah, I know. Tapi apakah aku ma anak-anak Media bakal bisa melaluinya, we don’t know, we never know. Kami hanya akan terus berdoa agar Allah masih senantiasa berkenan mempertahankan kami dalam barisan pejuang-pejuangNya. Dan kami akan senantiasa berusaha memaksimalkan seluruh nikmat yang Allah berikan pada kami untuk memaksimalkan perjuangan kami. Karena kami tidak mau hanya menjadi tentaraNya yang biasa saja, padahal Dia telah memberikan kami nikmat yang begitu luar biasa.


8 Juli 2010 
Duh Kertas,
Rasanya pengin muntah. Perut brasa penuh, padahal cuman maem dikit. Nafasku juga sesak, ga sebebas biasanya. Jantungku berdegup lebih kencang. Pikiranku kacau, hatiku gelisah. Dan yang paling parah, badanku mulai menggigil ga jelas.

Bukan. Aku bukan lagi jatuh cinta, tidak seburuk itu. Aku lagi gelisah nungguin majalah perdana kami dianterin. Minimagz Garnish edisi perdana.

Susah payah kami memperjuangkannya. Cari sponsor dan iklan hingga penuh peluh, kerja keras cari materi majalah dalam waktu yang sangat terbatas, bikin design layout yang ternyata ga mudah sama sekali, dan ditambah dengan hari-hari penuh tekanan batin karena banyak orang di sekitar kami yang meragukan kami.

Kami pikir segala kesulitan kami udah selesei begitu majalah naik cetak. Tapi kami salah. Ini udah jam 10 pagi, dan majalah kami belum juga dianterin sama orang dari percetakan.

Para pengiklan ngerasa dirugikan karena majalah terbit mundur satu hari dari waktu yang kami janjikan. Itu pasti, dan kami tau itu. Mereka cemas nantiin majalah datang sementara kami terlihat begitu tenang. Padahal sebenernya kami jauh lebih cemas dan tidak tenang. Yang ini, kurasa mereka ga tau.

9 Juli 2010 
Kertasku sayang,
Hasrat buat ngeluh langsung ilang begitu ngliat tu majalah. Segala peluh, cercaan, keletihan, kepayahan, kecemasan, debar, galau, marah, frustasi, depresi, serta malam-malam tanpa ketenangan langsung menguap begitu majalah udah ada di tangan. Seolah semua yang kami lakukan itu mudah saja.
 Aku bahkan hampir lupa bahwa tadi aku sempet masukkin kepalaku ke dalam loker perpus dan berharap bisa ninggalin kepalaku di sana saking frustasinya.
Oh my Rabb !!

Akhirnya, satu mimpi kami terwujud. Mimpi yang akan membawa kami menuju mimpi-mimpi kami yang lainnya.
Mimpi untuk dapat meng-eksiskan tulisan-tulisan kami. Mimpi untuk dapat menyaingi media-media kafir yang menakjubkan sekaligus menyesatkan. Mimpi untuk dapat meraih kebangkitan Islam dengan dakwah bil qalam.
Ini mimpi kami.
Yang akan kami perjuangkan tak peduli apapun yang akan orang katakan.
Dan aku yakin, mimpi-mimpi kami selanjutnya tinggal menunggu daya dan masa untuk diwujudkan.
Allah, peluklah mimpi-mimpi kami.


Ow ya, aku ma anak-anak Media dah teken kontrak yang mungkin orang-orang bakal bilang GILA. Kami dah sepakat ma percetakan, bahwa kami akan cetak 10 edisi majalah hingga Juli 2011 nanti.
Padahal u know what? Tiap edisi butuh dana 1 juta lebih buat naik cetak. Dikaliin 10, berari 10 juta lebih. Dan kontrak ini ga bisa dibatalin. Padahal, dana jatah bidang kami dari Lembaga Dakwah Kampus selama setahun ini cuman 300 ribu.
Hahaha....can u imagine that ?!
Aku pasti udah gila. Dan aku dah bikin anak-anak Media jadi gila dan irrasional, kayak yang semua orang bilang tentang aku.

Sometimes kalo inget jumlah rupiah ini, aku bener-bener gentar. Aku ga tau kami bakal cari duit di mana. Aku ga tau bakal minta duit ke siapa. Sementara ini, aku cuman bisa ngrengek ke Allah minta dibukain pintu rezeki. Terserah Allah deh, mau ngasih dari mana. Bahkan kalau harus dari kantong kami sendiri, kami rela. Karena ini semua demi nandingin media-media kafir yang merajalela. Yang udah bikin manusia jadi makin menggilai dunia.

Aku ma anak-anak Media dah ga bisa mundur lagi. Tapi kami juga ragu kami bisa ngulangin semua kepayahan itu lagi. Rasanya mau nangis, tiap kali inget kontrak kami. But u know, di depan anak-anak Media aku kepaksa sok kuat ngadepin semua ini.

Tadi pagi pas ketemuan ma anak-anak Media di rapat redaksi, aku bacain artikel punya Salim A Fillah yang ada di buku Saksikanlah Bahwa Aku Seorang Muslim. “Yakinlah dan pejamkan mata, seperti Ibrahim As saat didaulat untuk menyembelih Ismail As, buah hatinya. Seperti Musa As, yang diperintahkan untuk melemparkan satu-satunya senjatanya ketika terjepit di antara Fir’aun dan lautan. Yakinlah pada Allah dan lakukan dengan memejamkan mata jika yang kamu hadapi benar-benar menggentarkanmu” kataku nambahin.
Dan biarpun mata mereka jadi berkaca-kaca, tapi aku liat senyum optimis merekah di bibir-bibir mereka. Alhamdulillah.

Ei, da yang ketinggalan.
Aku cuman mau bilang, setelah semua ini, aku lebih nyadar, tanpa Allah yang Maha kaya, Maha Perkasa, Maha Bijaksanya, serta Maha Menolong hamba-hambaNya, semua mimpi ini hanya akan jadi hal yang sangat melelahkan dan sia-sia.
Love U Allah.

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More