Rabu, 05 Januari 2011

Batal Operasi Batu Empedu Ketika Ban Motor Pecah

Oleh: Ridha An Nisa

Sore itu di kampus tersayangku, aku berjalan penuh semangat, penuh energi dan senyum khasku kutebar kepada semua kawanku yang aku lewati, sembari sedikit sapaan gaya anak muda.
“Hai, pa kabar!” sapaku mantap sambil terus berkonsentrasi dengan gaya langkahku yang tegas. Bunyi hak sepatuku, yang lantang menandakan cara berjalanku sore itu penuh percaya diri. Apalagi aku sore nanti dipercayai sebuah lembaga untuk menjadi pemandu acara Nasional.
“Hai, Ridh habis ujian, gimana ujiannya?”
“Hai, beres, moga-moga bagus hasilnya
Sapaan yang sedikit aku paksakan jadi kadang terkesan lucu, karena itu bukan gayaku. Namun, aku harus menyesuaikan dengan mereka, ya kawan-kawanku yang tidak semua muslim juga gaya bergaul mereka. Cukup membuatku berfikir juga dalam urusan sapa-menyapa.

Jam tanganku menunjukan pukul 14.30. Siplah ini pas nih, aku kok belum makan siang ya, ah nanti aja, lagian hemat. Sekarang waktunya shalat ashar lalu jemput Nuraini.Success with shalat inilah shalat, dalam gerak dan ucapnya ada hikmah yang dasyat “sekolah” kesuksesan terhebat.. sukses yang didapat bukan kesuksesan semu dihadapan manusia, tapi kesuksesan yang membuat jiwa tidak lagi hampa Salman Ar Raisy.

Kalau mau sukses acaranya,jangan lupa shalat dan nanti minta sama Allah agar diberi kelancaran. Aku jemput temanku Nuraini dan langasung pergi berboncengan dengan satu sepeda motor. Inilah awal aku bertemu dengan sebuah keluarga.

Pertemuan dengan sahabat saya Lina (27 tahun) asal Muntilan berawal dari ban motor yang saya kendarai pecah sekitar pukul 18.30 di daerah Muntilan ketika hendak ikut memandu acara bertempat di Pondok Tingal Magelang Juli 2007. Kala itu panitia menyerahkan bagian MC (Master of Ceremony) sekaligus pemandu disetiap acara. Allah memang mempertemukan kita, karena motor saya berhenti tepat di depan tambal ban yang satu-satunya masih buka di daerah tersebut. Saya bertemu dengan bapak Suwarno ayah Lina yang kebetulan pemilik tambal ban tersebut. Sambil menunggu ban selesai diganti, saya sempatkan untuk berbincang dengan Lina. Sungguh pas sekali karena saat itu sedang lapar, ibu Gun, ibu Lina menyuguhkan makanan. Subhanallah, walau baru bertemu namun rasanya sudah seperti saudara dekat, itulah persaudaraan islam ukhuwah Islamiyah. Sementara panitia menghubungi saya untuk segera datang ke Hotel Pondok Tingal yang jaraknya hanya tinggal 7 Km. Sebelum pamit saya sempatkan juga membicarakan masalah hebatnya rahmat Allah yang memberikan kesembuhan pada hamba-Nya melalui Atthibun Nabawy seperti bekam sekaligus menanyakan lokasi Pondok tingal dan menceritakan maksud saya ke sana. Spontan saja ayah Lina tertarik ingin tahu, kemudian ia ikut ke pondok Tingal untuk melihat bagaimana acara tersebut.

Dua Minggu kemudian………
Saya dihubungi Bapak Suwarno yang menanyakan masalah batu Empedu. Kemudian saya sarankan untuk menggunakan tanaman obat dan terapi bekam. Bapak Suwarno cerita kalau Lina kena batu empedu.
Pak, besuk saya akan datang ke Muntilan untuk melihat keadaan Lina, sekaligus Lina saya bekam,” ungkap saya di telpon tanpa tahu Lina masih di Rumah Sakit terkemuka di Muntilan.
“Baik mbak, saya sudah bawa anak saya pulang!”

Sesampainya di sana. Saya bertemu Lina yang menurut saya masih cukup kuat, ternyata Sahabat saya Lina yang sakit batu empedu diameter 1,2 cm juga maag yang tanpa saya ketahui ternyata ia baru pulang opnam dari rumah sakit, hampir masuk ICU, dan sudah mendapatkan rujukan untuk operasi batu empedu di salah satu Rumah Sakit di Yogyakarta.
“Mbak saya tidak sanggup kalau harus opersi karena biayanya cukup tinggi, kasihan orang tua saya. Saya yakin Allah akan memberikan pertolongan,”ucap Lina yang begitu ada keyakinan di matanya.

Saya optimis dan keyakinan dalam hati saya sarankan untuk bekam rutin dan meminta kesembuhan pada Allah. Setelah saya bekam, Satu minggu pertama, Lina mengalami sakit di sekitar daerah empedu dan sering pingsan. Orang tua Lina sempat cemas karena kondisi Lina pasca bekam menurun. Namun saya yakinkan kepada orang tuanya ini Setelah itu apa yang terjadi? Alhamdulilah, kondisi Lina semakin membaik, semakin fit, ia sudah kembali bekerja. Sampai sekarang sekitar sudah kurang lebih dua bulan rutin bekam. Teman sekerja dan tetangga sekitarnya, menayakan mengapa Lina bisa semakin sehat?
“Mbak, Alhamdulilah dulu ban motor mbak Ridha  pecah, jadi bisa ketemu!” canda Lina.

Hal yang paling mengaharukan, keluarga Lina hafal benar kesukaan saya mangut Lele buatan ibunya, karena mereka suguhkan masakan itu. Sampai kalau mereka sekeluarga makan hidangan tersebut, mereka ingin saya juga makan bersama mereka. Lalu he..he.. ada Cobek khas Muntilan sebagai kenangan untuk saya. Alhamdulilah Lina sekeluarga dimudahkan oleh Allah dan memgembangkan At Thibun Nabawy.  Seperti dalam bukunya dr Egha Zainur Ramadhani Super Health: Gaya Hidup Sehat Rasulullah. Dari bekam, wudhu, tidur ala Rasullullah, membaca Al Qur’an semua ada hikmah yang luar biasa.

Ya Tuhanku, berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat–Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada kedua ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai dan masukkanlah aku dengan Rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba yang shaleh. (QS An Naml:19)

“Ya Allah,  berilah aku kekuatan untuk dekat dengan kekasih-Mu beriman dan bertaqwa semua karena-Mu, mudahkanlah melakukan perintah-Mu, berpegang pada Al Qur’an dan sunah Rasullullah.


0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More