Kamis, 13 Januari 2011

Fitrah Dari Negeri Jiran

Oleh: Ike Juni Setiawati

Kehidupan mengalir bagaikan air. Menghadapi hidup penuh rintangan, masalah datang silih berganti menguji kesabaran insan yang diuji. Hidup butuh pengorbanan yang besar. Bekerja salah satu usaha untuk mempertahankan hidup seseorang. Sebuah pekerjaan tak menghalangi seorang wanita untuk melakukannya jika wanita itu mampu.

Rika adalah seorang gadis yang menikah muda, karena orangtua menjodohkannya. Padahal dia belum ingin menjalani sebuah rumahtangga  di usia dini. Tapi, keluarga memaksanya. Walaupun sang suami hanya bekerja sebagai kuli tetap saja orangtua memaksanya. Sebab mereka takut rika menjadi perawan tua. Selama pernikahan berjalan bukan kebahagiaan yang diperolehnya, Rika mengalami hidup yang serba kekurangan. Tetapi dia selalu menghadapinnya dengan sabar walaupun dalam hatinya dia sangat terrsiksa menghadapi pahitnya hidup ini. Pernikahan yang tak di harapkan itu sudah berjalan setahundan dia pun diakruniai sang buah hati perempuan. Bayi itu diberi nama sarastika. Tika adalah nama panggilan kesayangan yang diberikan rika pada buah hatinya. Sejak kelahiran Tika kehidupan yang sulit semakin terasa. Beban mereka bertambah dengan harus memikirkan susu dan kebutuhan Tika pula. Meskipun Tika merupakan anak dan cucu pertama di keluarga mereka tetapi kehadirannya tak begitu menjadi hal yang istimewa. Mereka malah menganggap beban mereka semakin bertambah. Hati rika ingin menagis merasakan ini semua dia ingin membahagiakan Tika dan berharap kehidupan Tika akan lebih baik darinya.

Desa yang masih asri, pepohonan dan sawah-sawah membentang menghiasi setiap jalan menuju desa. Setiap pagi penduduk berrbondong-bondong pergi ke sawah bekerja untuk menyambung hidup begitupun dengan Rika. Meskipun dia tak memiliki sawah sendiri, setiap hari dia pun juga pergi kesawah bekerja menjadi buruh tani di sawah-sawah tetangganya. Banyak para wanita seumurannya yang bekerja sepertinya demi kelangsungan hidup mereka. Dikala sore datang, dia pulang kerumah. Sesampai di rumah rasa penat yang begitu, hilang seketika setelah dia melihat kelucuan wajah putri semata wayangnya. Setelah mandi dia berkumpul di ruang tamu dengan keluarganya,

Kemudian ibu mendekatinya.
“ gimana nduk apa pekerjaanmu lancar?”
“ ya gitulah bu, wong Cuma jadi buruh saja.”
Rika menjawab pertanyaan ibunya dengan ketus. Dia masih merasa kesal dengan kejadian setahun yang lalu dan akhirnya menjadikan dirinya seperti ini. Kehidupan rumahtangga yang belum siap dijalani dengan usia sedini ini dan harus mengasuh seorang bayi. Rika juga merasa capek menghadapi kehidupan yang serba kekurangan. Meskipun dia dan suaminya sudah bekerja banting tulang setiap hari tapi, masih saja uang yang didapat  kurang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Terpaksa dia berhutang ke warung  jika masih ada kebutuhan pokok yang kurang. Banyak buruh yang mengalami nasib yang sama dengannya.

Sore itu ada laki-laki yang mendatangi rumahnya, laki-laki itu berasal dari lain desa yang mengaku sebagai bos di Negeri Jiran. Orang tersebut menawarkan untuk bekerja disana. Dia menjelaskan semua perihal pekerjaan yang akan dilakukan disana. Rika tertarik bekerja disana setelah mendengarkan penjelasan orang tersebut. Namun, dia tak tega menunggalkan tika dan suaminya untuk pergi ke Negeri orang. Belum tentu sang suami akan memberi izin padanya.

Lagi-lagi ibu mendekatinya.
 nduk ibu dan bapak merasa bersalah dulu memaksamu, ibu nggak pernah terpikir akhirnya akan seperti ini.”
“ sudahlah bu, itu sudah terlanjur tak perlu di sesali terus menerus.” Jawab Rika dengan bijak.
“ bu, rika ingin kerja kesana tapi apa mas narto akan mengizinkan dan bagaimana dengan Tika?”
“ sudahlah nduk, jika memang kamu rasa hal itu terbaik, nanti bisa dibicarakan dengan suamimu dan kalau masalah Tika nanti ibu bisa mengasuhnya.”
        
Awalnya rika tak mempercayai apa yang dikatan ibunya, sekarang ibu sudah menyayangi Tika. Tanpa pikir panjang Tika langsung berjalan menuju balai rumah untuk menemui suaminya yang lagi duduk-duduk di balai rumah. Melihat suaminya yang sedang merenung seperti memikirkan sebuah masalah. Rika memberanikan diri mendekati suaminya dan mengajaknya bicara.
“ mas, panggil rika lirih.” Yang dipanggil masih asyik dengan pikirannya, hingga lima menit baru menyadari kehadiran rika di sampingnya.
“ ada apa rik, tumben kamu mau duduk di teras malam-malam?” tanya narto padanya.
        
Rika mengambil nafas dalam-dalam. “ saya mau bicara dengan mas. Apa mas setuju dengan tawaran orang kemarin tentang kerja di negeri jiran?” apa mas mengizinkan saya jika saya ikut kerja kesana?”
        
Narto diam dan belum memberikan sebuah jawaban tetapi, ia sedang memikirkan jawabannya itu.  Narto menjawab pertanyaan istrinya tersebut.
“ kalau kamu sanggup dan Tika ada yang jaga, aku akan mengizinkanmu. Seandainya saja yang dibutuhkan adalah tenaga laki-laki lebih baik aku saja yang berangkat kesana. Tapi, yang dibutuhkan tenaga wanita. Ya kalau itu yang terbaik tak apa. Aku kerja apa saja disini sambil mengasuh Tika.”
        
Setelah mendapatkan izin dari suaminya, Rika merasa lega, sebab dia sudah dapat izin dari orangtuanya. Hati rika masih sedih jika dia harus berpisah dengan putri kesayanganya dalam jangka yang tak sebentar. Hati rika bimbang tetapi, dia ingin membahagiakan putrinya.
        
Seminggu sudah sejak kedatangan laki-laki yang menawirinya bekerja ke negeri jiran.  sambil menunggu kepastian kapan dia akan berangkat, di rumah Rika bekerja seperti biasanya. Hari ini Rika tak berangkat kerja ke sawah, kepalanya agak pusing dan dia harus istirahat di rumah. Narto suaminya berangkat kerja. Rumah sepi setelah suaminya berangkat kerja, ibunya mengajak Tika ke POSYANDU. Setelah semua pergi, di luar terdengar seseorang mengetuk pintu dan mengucapkan salam berkali-kali.
        
“ Assalamu’alaikum,” terdengar orang mengucapkan salam dari luar. Rika memaksakan diri bangun untuk membukakan pintu. Di depan berdiri laki-laki yang tak pernah dikenal sebelumnya. Laki-laki itu itu memperkenalkan dirinya. Dia adalah laki-laki yang tempo hari datang ke rumahnya dan dia yang mengajak kerja ke negeri jiran. Raut muka Rika yang mulanya tegang sedikit berubah menjadi tenang. Dia mempersilahkan orang tersebut duduk rika pamit ke belakang untuk membuat minuman.
        
Beberapa menit kemudian ibu datang, Rika masih di dapur membuat minuman. Ibu menemani tamunya. Setelah mengantar minumannya rika kembali ke kamarnya untuk melanjutkan istirahatnya. Dia masih kepikiran apa gerangan yang dibicarakan ibu dengan laki-laki. Rika tak dapat mendengarnya dengan jelas.
        
Usai shalat maghrib semua keluarga berkumpul di ruangtamu. Ibu mengawali pembicaraan, semua mendengarkan kata demi kata yang diucapkan ibu. Ibu menjelaskan kedatangan laki-laki yang mengajakku kerja dan meminta kepastian kapan Rika akan berangkat. Rika tak berani menatap wajah satu persatu yang ada disana terutama Tika dan Narto, berat rasanya berpisah dengan orang-orang yang disayangi. Tapi , serentak dari mereka  merestui Rika. Semua keputusan ada di Rika hingga waktu pemberangkatannya.
        
Hari senin pagi Rika bersiap-siap berangkat ke Surabaya. Air matanya tak berhenti mengalir, rasa berat meninggalkan Tanah Air dan untuk mengadu nasib di Negeri orang,  Begitupun keluarganya. Dia tak tega meninggalkan Tika yang masih kecil dan masih membutuhkan kasih sayang dari seorang ibu. Namun, dia berpikir kalau yang dilakukannya demi masa depan Tika.
        
Waktu berjalan begitu cepat. Bos laiki-laki yang  membawanya bekerja m,, memanggilnya dan mengajaknya segera bersiap-siap karena sebentar lagi pesawat akan berangkat menuju     kuala lumpur. Nilam teman yang akan berangkat dengannya juga sudah bersiap-siap.
“ rik, panggil Nilam. Apa sudah tak ada yang tertinggal?”
Rika menggeleng menandakan tak ada sesuatu yang tertinggal.
        
Semua penumpang sudah lengkap dan pesawatpun segera meluncur ke kuala lumpur meninggalkan negeri Indonesia. Dalam perjalanan  Rika menikmati pemandangan dari jendela, betapa takjubnya ia. Elok benar pemandangan Indonesia tak salah jika orang-orang  menyebutnya Zamrut khatulistiwa seperti yang pernah di dengarnya di bangku sekoah dulu. Nilam teman yang duduk disebelahnya tertidur pulas dan baru bangun setelah akan transit di Jakarta. Setelah transit Jakarta dan meneruskan perjalanan ke kuala lumpur. Se sampai di kuala lumpur Airport, pak bos memanggilnya.
“ rik, nanti sesampai di kuala lumpur saya akan mengantarmu langsung kerumah tuanmu.”
“ ya pak, jawabnya polos.”
          
Sampai di rumah tuannya seperti yang dijanjikan bosnya, firasat Rika tak begitu enak tetapi, dia cepat-cepat menepis pikiran negatifnya itu, mungkin itu hanya firasat sebab dia baru tinggal di tempat yang baru. Dia melakukan ini semua demi masa depan Tika dan kehidupannya akan datang. Hari ini dia mulai bekerja, kedua tuannya adalah orang yang super sibuk. Setiap hari pekerjaan Rika harus merawat anak-anak yang masih kecil dan mengerjakan beberapa pekerjaan rumah yang sangat melelahkan. Dia merawat anak-anak tuannya dengan penuh kasih saying seperti dia mengasuh anaknya sendiri.
        
Sebulan sudah Rika bekerja, dia berharap Tuannya akan memberikan gajinya selama sebulan ini. Malam setelah dia menidurkan putri tuannya yang paling kecil, rika dipanggil tuan perempuannya.
“ rik, saya mau bilang kalau gaji kamu sebulan ini belum bisa saya berikan, sebab saya belum tahu cara kerjamu.”
        
Rika hanya bisa mengangguk pasrah dengan keputusan tuannya, padahal dia sudah berencana mengirimkan uangnya ke Indonesia untuk kebutuhan keluarganya disana. Harapan itu kini tinggal harapan dan dia harus menunggu bulan depan agar keinginanya itu tercapai. Dia menghilangkan kesedihannya dengan lebih semangat kerja dan  berpikir semoga bulan depan sang tuan memberinkan gajinya tepat waktu sehingga dia dapat mengirmkan uangnya ke rumah.
        
Waktu terus berjalan, tak terasa Rika bekerja hampir tiga bulan dan selama itu juga dia tak mendapatkan gaji. Sang tuan selalu menunnda, satu dua kali Rika masih bisa bersabar tapi ini sudah bulan ketiga. Kesabaran Rika serasa sudah habis, dia tetap menunggu waktu itu tiba sang tuan segera membayar gajinya. Namun, waktu itu juga tak kunjung tiba padahal dia sangat membutuhkan uang itu untuk kelangsungan hidup keluarganya di rumah.
        
Siang itu Rika bertekad untuk kabur dari rumah tuannya. Sulit sekali rasanya melakukan hal itu, sebab apartemen yang ditempatinya bekerja itu berada di lantai atas, membutuhkan waktu yang rumit untuk melakukan itu semu. dengan tekad dan perjuangannya dia bisa keluar  juga dari tempat itu, dia berlari tanpa arah dan tujuan, sanak saudara juga tak ada disana. Rika tak tahu alamat Nilam satu-satunya orang yang dikenalnya di negeri jiran. Dia juga belum begitu faham dengan jalan-jalan disekitar itu. Lama sudah rasanya Rika berjalan, rasa lelah, lapar dan dahaga menghampirinya. Malam mulai datang, rika tak tahu lagi harus kemana dia pergi jalan-jalan begitu asing. Pikiranya kalut,  dia semakin tak mengetahui dimana sekarang dia tinggal. Tiba-tiba wanita dengan dandanan menor menegurnya. Rika kaget padahal dari tadi tak ada siapa-siapa disampingnya, dia juga tak tahu kapan wanita itu datang.
        
“mbak ngapain disini malam-malam?” Tanya wanita itu dengan sewot padanya.
“ tadi saya kabur dari majikan saya, tapi sekarang saya bingung mau tinggal dimana, jalan-jalan disini saja saya belum hafal.” Jawab Rika.
“oh…… ya udah mbak nginep ditempat saya aja,” Tanpa pikir panjang Rika mengikuti wanita itu pergi tak ada firasat apa-apa dengan wanita itu yang penting dia bisa istirahat untuk mala mini. Untuk urusan esok akan dipirkannya nanti. Sesampai di tempat wanita itu, rika langsung beristirahat di kamar yang ditunjukkan.
        
Pagi mulai datang, Rika baru menyadari  apa yang telah terjadi pada dirinya dan dia baru sadar kalau ini bukan tempat yang biasa ditempatinya. Dia juga belum kenal dengan wanita yang semalam mengenalnya. Dia keluar dari kama, tapi tak menemukan wanita itu. Mungkin dia sudah berangkat kerja batinnya. selang beberapa menit wanita itu datang dan membawakan makanan.
        
“ makanlah!” Perintahnya pada Rika.sambil mengunyah makanannya, Rika mengingat-ingat wajah wanita di depannya. Dia ingat wajah itu adalah wajah Nilam teman yang dulu berangkat dengannya.  Nilam tampak semakin cantik hingga Rika pangling dengannya. tak mengira dia akan bertemu lagi dengan Nilam diwaktu seperti ini.
        
“ Nilam,” panggil rika.
“ ya aku Nilam temanmu, aku tak sengaja mendengar beritamu di televisi, tapi tak  apa untuk sementara waktu kamu tinggal disini sampai masalahmu sudah selesai. Aku tahu kamu pasti tak ada uang dan tak ada pekerjaan.” Ucapnya.
“ aku memang tak membawa uang sepeserpun, tapi aku mau kerja jika kamu mau membantuku mencarikan pekerjaan. Aku lihat hidupmu semakin baik, kamu bisa membeli apa saja yang kamu inginkan bahkan kamu bisa menyewa rumah seperti ini. Apa gerangan kerjamu?” Tanya rika dengan apa adanya.
“ Aku bekerja di sebuah restoran tapi gaji di restoran belum cukup untuk memenuhi kebutuhanku. Aku bekerja sambilan sebagai wanita panggilan disini. Apa kamu mau sepertiku?”
        
Rika kaget mendengar penjelasan Nilam, Nilam yang dikenalnya dulu snagt berbeda dengan Nilam yang sekarang. Dia tak akan menerima tawaran Nilam, walaupun dia orang miskin dia akan kerja baik-baik dan tak mungkin dia melakukan hal itu. sangat berdosa jika dia melakukan itu. sama seperti dia menghianati janjinya sendiri. Dia rela bekerja di Negeri jiran ini demi buah hatinya.
        
Setelah beberapa hari tinggal dirumah Nilam dan dirasa keadaan mulai aman rika memberanikan diri keluar rumah untuk melihat daerah sekitar dan mohon pamit dengan Nilam untuk pergi mencari pekerjaan baru. Dia tak mau merepotkan nilam terus bahkan dia tahu kalau uang yang didapat Nilam tak semuanya dengan jalan yang benar dan dia tahu kalau Nilam sendiri mungkin merasa keberatan jika dia terus tinggal bersamanya.
        
“ Nilam, besok aku mau pergi dan cari pekerjaan lain, aku tak enak selalu merepotkanmu disini.”
“ kamu tinggal disini bagiku tak masalah Rik, tapi aku juga minta maaf jika selama ini aku tak bisa menemanimu, kamu tahu sendirikan aku sangat sibuk dengan pekerjaanku.”
“ aku sangat berterimakasih denganmu, aku tak tahu harus tinggal dimana jika tak bertemu denganmu.” Ucap Nilam sambil meneteskan airmata. Walaupun Nilam yang kelihatan wajahnya tak menyenangkan ketika awal pertemuan mereka. Meskipun Nilam profesinya sebagai wanita panggilan, tapi Nilam berhati baik tidak seperti kebanyakan pelacur lainnya. Rika sangat bersyukur bisa bertemu Nilam.”
        
Nilam meneteskan air mata atas kepergian Rika dan berharap Rika mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. Rika berjalan meninggalkan rumah Nilam, di perjalanan Rika membuka kantong kresek yang diberikan Nilam padanya. Dalam bungkusan itu ada nasi dan lauk yang diberikan Nilam untuk bekalnya. Di kantong itu terselip alamat sebuah rumah, mungkin Nilam sengaja menaruh alamat ini dan menyuruhku mendatangi rumah itu. Dengan mengingat rute jalan yang diberikan Nilam padanya akhirnya Rika menemukan alamat rumah yang diberikan itu. Dengan ragu rika menekan bel rumah itu. Tak lama kemudian muncul wanita yang sangat anggun dengan balutan busana muslim melayu menyambutku dengan senyum ramah dan menyuruhku untuk masuk rumah dengan logat melayu yang sangat kental. Rika mulai masuk rumahnya tanpa ragu-ragu. Hawa pertama masuk rumah ini sangat berbeda dengan ketiak dia pertama dating di rumah tuannya yang dulu. Rika berdo’a dalam hati, semoga ini pertanda awal yang baik.
        
Mak cik yang ramah itu menyuruhku langsung tinggal dirumahnya. Rika dengan senang menerima tawaran itu. Mak cik juga memberinya baju kurung khas melayu seperti yang digunakannya disuruh pula dia menutup auratnya. Rasa syukur berulang-ulang keluar dari ucapannya, tak menyangka dia mendapatkan majikan seperti mak cik, selain menjadi tuan yang baik dia juga banyak mengajarkan agama pada rika hingga rika menjadi orang yang lebih baik. Sebulan sudah dia bekerja, sebulan itu juga mak cik membayar gajinya. Dia meminta tolong pada mak cik untuk mengirimkan uang gaji pertamanya ke Indonesia. Dengan senang hati mak cik menolongnya. Ternyata tak semua orang negeri jiran ini memiliki sifat jahat seperti majikannya yang pertama. Batinya dalam hati.
        
Setelah berbulan-bulan dia bekerja di rumah itu baru kali ini dia mengunjungi rumah Nilam yang dulu pernah ditempatinya. Ternyata Nilam sudah pindah di tempat barunya. Dia mendatangi alamat rumah Nilam yang baru, sesampai di rumah Nilam, rika mengetuk pintu rumah itu. Lalu keluar wanita yang tak asing baginya dengan menggunakan pakaian yang tak jauh beda dengan pakaian yang digunakannya.
        
“ apakah ini benar kamu nil?” Tanya Rika.
“ ya ini benar aku rik, aku sadar dengan semua perbuatanku selama ini adalah salah, untung aku disadarkan laki-laki yang sekarang ini menjadi suamiku. Dialah yang menuntunku berubah.”
“ aku juga banyak mengalami perubahan dan menjadi lebih baik sejak aku bekerja di rumah yang alamatnya tempo hari kamu berikan padaku, tuanku adalah orang yang sangat baik hingga aku bisa menepati janjiku dengan putriku. Aku bisa mengirimkan uang padanya.”
          
Sejak pertemuan itu, Rika tak pernah lagi bertemu dengan Nilam, tetapi Rika sangat lega saat bertemu dengan Nilam sebab Nilam sudah banyak berubah. Kehidupan yang barulah yang membuat perubahan pada temannya itu.
        
Lima tahun sudah Rika bekerja pada mak cik salma, rasa rindu tanah air dan pada buah hatinya sudah tak tertahankan. Dia rencana akan balik ke Indonesia setelah masa kontrak kerjanya habis. Uang ditabungan dirasa sudah cukup untuk membuka usaha di rumah. Dia ingin berkumpul dengan keluarganya dan ingin membesarkan Tika putrid kesayangannya.
        
Esok ini adalah hari keberangkatan Rika untuk kembali ke negeri zamrut khatulistiwa setelah beberapa tahun menunggalkannya. Mak cik salma dengan berat hati mengizinkan Rika pulang, dia sudah menganggap Rika seperti saudara sendiri yang selalu membantunya. Tapi itu sudah menjadi keputusan kontrak dan dia harus merelakan Rika untuk kembali pulang. Rika bersiap-siap untuk keberangkatannya esok. Mak cik akan mengantarkannya di bandara kuala lumpur. Setelah urusan penerbangan ke Indonesia selesai, rika merasa lega, bayangan wajah keluarganya terus membayangi dan bumi Indonesia telah menunggu anak bangsanya.
        
Sebentar lagi peawat yang akan ditumpanginya akan  berangkat. Berpisah dengan mak cik adalah hal yang paling berat, selama di negeri jiran mak cik salma yang banyak membantunya hingga dia bisa menjadi seperti sekarang. Tiba waktunya dia meninggalkan negeri jiran yang telah banyak memberikan pengalaman hidup di Negeri orang. selama Perjalanan dari kuala lumpur hingga bandara juanda Surabaya, dia sama sekali tak dapat memejamkan mata. Hasrat ingin bertemu dengan keluarga sudah membuncah. Dia berharap kembalinya dia ke Indonesia akan membawa kehidupan yang lebih baik dan uang yang didapatkan selama ini bisa bermanfaat.
        
Pesawat landas di Bandara juanda Surabaya, para penumpang mempersiapkan diri untuk turun. saat turun dari pesawat yang ditumpanginya, Rika berusaha mencari keluarga yang menje mputnya. Rika tak bisa menahan tangis setelah bertemu dengan ibunya dan perhatiannya tertuju pada anak kecil disamping ibunya yang tak lain adalah Tika yang selama ini ditinggalkannya. Dia memeluk suami yang sangat menyayanginya. Sang suami membalas denagn pelukan hangat. Sambil memeluk istri yang sangat dicintainya itu, sang suami membisikan kata.
         
“ hidup kita kan berubah sayang, kita akan menjadi lebih baik dan bisa membesarkan anak kita dengan perjuanganmu dan perjuanganku selama ini dan aku akan menjagamu bagaimanapun keadaan dan tak akan membiarkanmu pergi dan jauh dariku dan buah hati kita.”

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More