Senin, 03 Januari 2011

From Zero To Hero

Oleh: Pizka Nizaria

Aku sebuah zat yang bukan apa-apa, berasal dari kota kecil di ujung pulau sumatera, Bandar Lampung. Keluargaku sangat bahagia walau hidup biasa-biasa saja, kami sangat bersyukur atas segala nikmat yang Tuhan berikan. Tapi hidup tidak selamanya indah, 22 Desember 2004, hari seperti tidak ada matahari, Dia pergi meninggalkanku. Sebuah zat yang amat kusayang, sebuah zat yang kupanggil ABI. Saat itu aku tidak menangis, untuk apa aku menangis, tidak akan bisa mengubah semuanya, tp ternyata aku masih cukup belia untuk bisa mengerti dan menjadi bijak dalam menanggapi hal ini.Saat itu kufikir Tuhan begitu jahat,mengapa harus aku? Tidakkah Tuhan kasian kepadaku? Bagaimana mungkin aku bisa menerima semua ini.

Setelah Abi pergi semua hal berubah, semua begitu terasa berat, tidak ada yang bisa kami lakukan, aku menangis, bukan karena berlarut-larut sedih karena kehilangan seorang ayah, tp aku menangis karena tidak tau bagaimana bisa kami meneruskan hidup ini.  Aku, umi, dan kedua adikku yang masih kecil, kami berempat tinggal di sebuah rumah gubuk yang terbuat dari papan dan geribik  dengan ukuran sekitar 5 x 7 meter, itupun kami menumpang. Menumpang pada orang yang masih menganggap kami ada. Sangat sedih menjalani kehidupan seperti itu, jangankan aku punya cita-cita untuk sekolah tinggi, bahkan untuk makan nanti sore pun harus dicari di pagi hari dulu, kami tidak punya apa-apa dan kami tidak bisa berbuat apa-apa. Usia ku masih 12 tahun saat itu, adik pertamaku 7 tahun, dan adik kedua ku 3 tahun. Tapi kami tidak ingin terpuruk begitu saja, biarlah orang-orang menganggap kami hina, atau bahkan tidak menganggap kami itu ada, tp kami selalu berusaha untuk mengubah semua ini, Umi ku yang semula tidak bekerja kemudian mengiklaskan diri untuk menjadi tukang cuci dirumah-rumah orang-orang kaya itu, aku setiap pagi berjualan makanan gorengan ke sekolah hahhahaha seperti sinetron, tp itulah yang terjadi, adik-adik ku tidak minum susu, tp mereka tidak mengeluh, mereka sadar betul siapa mereka.

Setiap malam aku melihat umi menangis sesungukan berdoa kepada tuhannya seolah lelah dengan semua cobaan yang telah diberikan kepadanya, tapi dipagi hari aku melihat umi sangat bahagia selalu tersenyum kepada ketiga anaknya seolah hidup begitu indah dan selalu patut untuk kita syukuri, yaaahhh begitulah ibu ku, sosok yang sangat mengagumkan. Karena dial ah aku bisa semangat menjalani hari-hari, aku bekerja keras untuk bisa membahagiakannya, aku belajar giat agar tetap bisa sekolah menyelesaikan SMP ku dengan uang beasiswa, tidak ada niat untuk melanjutkan sekolah ke SMA, apalagi untuk kuliah seperti orang-orang kaya itu, dibenak ku, aku akan bekerja saja, entah pekerjaan apa yang bisa kulakukan, tp intinya aku akan mencari uang untuk adik-adik ku, biarlah mereka yang sekolah tinggi, setidaknya bisa tamat SMP sepertiku, syukur Alhamdulilah jika bisa tamat SMA.

Tapi itulah hidup, tidak selamanya sulit, entah mengapa hari-hari berikutnya terasa lebih mudah untuk kami, kedua adikku semuanya bisa bersekolah tanpa mengeluarkan biaya, dan aku mendapatkan beasiswa untuk masuk SMA terbaik di provinsi ku, SUBHANALLAH, aku seperti bermimpi bisa bersama dengan anak-anak orang kaya itu,  betapa senangnya ABi ku di syurga sana jika ia tau hal ini. Aku sangat bersyukur. Kehidupan kami semakin membaik, setelah itu umi punya sebuah warung, umi tidak menjadi tukang cuci lagi. Suatu ketika aku merasa bahwa Tuhan ternyata sangat baik, tidak mungkin dia memberikan suatu cobaan yang tidak bisa kami hadapi, aku akhirnya bisa menjadi lebih bijak dalam memaknai hidup ini. Aku bertekat untuk menjadi bermanfaat dalam hidup ini, bukan hanya untuk diriku dan keluargaku, tapi untuk semua orang, aku sadar betul kehidupan sulit seperti ini sangat banyak yang merasakan, sangat banyak yang diberi Tuhan episode ini, tetapi sangat banyak juga yang tidak mengambil hikmah dari semua ini, semua itu tergantung dari pola pikir dan prinsip hidup masing-masing. Disaat hidupmu kau baktikan untuk orang-orang yang kau sayang, disaat hidupmu memang kau baktikan untuk sebuah perubahan, disaat itu semangat yang luar biasa selalu bersamamu, disaat itu pula rahmat Tuhanmu selalu memberkati mu. Aaamin.

Suatu ketika disaat semua anak-anak cerdas dan dari keluarga kaya yang bersekolah sama denganku itu sibuk memilih universitas idaman mereka, aku hanya terdiam, aku tidak tw mw kemana. Disaat semua orang berdoa untuk lulus try out, aku justru takut kalau lulus, aku takut keinginanku menjadi sebuah keegoisan yang membuatku tidak sadar siapa diriku. Aku bukan seperti mereka yang punya banyak uang, aku bahkan syukur sekali bisa tamat SMA. Kesadaran itu membuatku selalu menghindar jika kawan-kawan bertanya mau kuliah dimana aku. Aku putuskan untuk kuliah yang dekat dengan rumah, itupun nanti jika sudah punya uang, aku ingin bekerja dulu. Tetapi ternyata Tuhan tidak tertidur, dia mengirimkan sahabat yang begitu baik pada ku, saat aku sudah putus asa untuk tidak berkuliah di tempat-tempat yang biasa menjadi idaman bagi semua pelajar pada umumnya, seorang sahabat menghampiriku dengan banyak sekali formulir beasiswa. Setiap hari aku dibujuk, dan aku tidak pernah mau. Dalam fikiranku Untuk apa beasiswa? Semua tetap pasti akan mengeluarkan uang, mungkin uang kuliah jd ringan, tp uang pengeluaran hidup sebagai seorang anak rantau pasti sangat besar, aku menolak semua tawaran itu.

Ternyata Tuhan memang selalu tidak tertidur, kembali lagi Dia mengirimkan rahmatnya lewat malaikat tanpa sayap nya, tiba-tiba aku ditelpon oleh seorang relawan. Dia mengatakan dia dari tim beasiswa suatu tempat kuliah yang menurut ku sangat mahal dan sangat bagus. Wow apa-apaan ini, mana bisa dia menelpon ku??? Ternyata hal ini terjadi karena sahabat ku telah mendaftarkan aku  untuk mengikuti program beasiswa tersebut, aku sangat terharu. aku diminta untuk segera datang ke Bandung untuk diberi penataran persiapan mengikuti tes masuk ke perguruan tinggi itu. Hahhaha tentu aku tidak mau, bagaimana aku bisa ke bandung? Uang pergi untuk menyebrangi selat sunda nya mana?? Disana aku  sama siapa? Tidak ada yang ku kenal.

Ternyata fikiran naïf itu pun bisa terjawab, “SEMUA ITU GRATIS”. Subhanallah aku seperti ingin menangis, ini belum lulus ujian, tetapi aku  sudah sangat bahagia, aku  akan ke bandung, aku belum pernah keluar dr propinsi ku apalagi keluar pulau, hahhahahha andai aku tidak luluspun aku sudah sangat bangga bisa punya pengalaman berharga berkumpul bersama orang-terpilih ini. Total peserta beasiswa ini adalah sekitar 3200, dan diambil 200 besar untuk mengikuti tes masuk, diriku bersama dengan 199 pelajar lain yang berasal dari seluruh provinsi di Indonesia menjalani masa persiapan selama 1 minggu di barak TNI, entah apa namanya aku sampai lupa, yang aku tau hanyalah aku merasa sangat bangga dan senang. Aku sangat ingin lulus, tp seperti tidak mungkin, mereka disekeliling ku ini sangat pintar,aku sangat tidak ada apa-apa nya. Tapi diriku tidak pernah lupa,tidak pernah takut berharap dan bermimpi, toh aku pun tidak pernah menyangka bisa seperti ini, tp ternyata bisa khan, jd aku selalu semangat, aku yakin bisa.

Sudah lupa tanggal berapa, tp selalu ingat bahwa itu adalah hari yang bisa membuat umi ku menangis bahagia karena bangga kepadaku. Umi di telpon oleh donator ku, donator yang begitu baik yang mengatakan bahwa “anak anda lulus bu, dan anak anda berhak atas beasiswa sebesar 100 juta” umi langsung menangis bahkan saya tidak bisa menghentikannya, sangat mengharukan seperti sinetron. aku sangat bersyukur kepada Tuhan ku ALLAH SWT yang maha baik dan maha segala-galanya.

Aku resmi menjadi seorang perantauan, dengan BISMILLAH aku menginjakkan kaki di tanah itu, di pintu gerbang sebuah kampus yang namanya sangat diagung-agungkan. aku resmi menjadi mahasiswi dr kampus ini? aku sangat tidak menyangka. Sebuah pelajaran yang harus bisa kita maknai dari sini adalah tidak ada yang tidak mungkin, bahkan ketika kamu merasa sangat tidak mungkin, aku pernah membaca sebuah buku yang berjudul “from zero to hero” isinya sangat menginspirasi diriku, setelah membaca buku itu aku semakin yakin bahwa semua itu bisa terjadi jika kita memang sungguh-sungguh, tidak ada yang sia-sia, ALLAH sangat melihat perjuangan kita, jangan pernah takut gagal, kegagalan hanya peristiwa sesaat bukan tragedi seumur hidup, jangan pernah takut bermimpi.

Semua yang aku dapatkan sekarang adalah mimpi ku beberapa tahun yang lalu, aku yang dulu bukan apa-apa bahkan tetangga ku mungkin tidak tau namaku, tapi sekarang semua nyaris semua orang di daerahku mengenalku, aku seorang mahasiswi tingkat 2 jurusan Mikrobiologi di Institut Teknologi Bandung  dan sekarang sedang merintis usaha untuk menjadi seorang entrepreneur, aku sudah punya sebuah toko buku kecil di lampung, dan sekarang bermimpi untuk membuka sebuah toko lagi di bandung, saat pertama masuk ITB aku bermimpi untuk bisa ke luar negeri setidaknya yang dekat seperti Malaysia atau singapur, dan sebuah fakta bahwa aku akan menikmati musim gugur di seoul korea selatan bersama jurusanku untuk melakukan sebuah study trip disana pada bulan oktober tahun depan. SUBHANALLAH. Betapa indahnya skenario yang telah ALLAH buat.

Masih takutkah kalian untuk bermimpi??  Jelas kalian tidak lupa bahwa semua yang aku dapatkan hari ini adalah mimpi ku beberapa tahun yang lalu? Jadi Jangan malu untuk ditertawai oleh orang lain tentang mimpi yang sepertinya memang tidak mungin terjadi, Selalu semangat, hanya satu yang tidak mungkin di dunia ini yaitu ketidakmungkinan itu sendiri.


0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More