Rabu, 12 Januari 2011

Belajar Selezat Coklat??? Emang Bisa???

Oleh: Wahyu Hidayanto

Bingung mau menulis apa, malam itu saya kebingungan mau menulis apa, pertanyaan yang sering muncul adalah : Mau menulis apa ya? Pingin jadi penulis tapi bingung mau menulis apa. Apa yang harus aku tulis? Mulainya dari mana ya? Bisa bagus tidak ya? Di terima khalayak pembaca tidak ya? Dan masih banyak lagi pertanyaan yang muncul dibenakku setiap mau menulis, aku jadi teringat sewaktu saya mendapat quisioner dari suatu organisasi mehasiswa,  yang salah satu pertanyaannya seperti ini : “ Apakah anda suka/terbiasa menulis, Misalnya artikel, esai, cerpen atau yang lainnya?” Waktu itu saya jawab sekenanya, dengan sedikit guyonan dan kebanggaan dalam diri saya jawab begini, “ Bagaimana mau menulis, membaca saja malas,” Hehehe… begitu jawabannya, singkat, padat dan memalukan. (hehehe jadi malu).

Karena kesulitan dalam menulis, sulit dalam memilih dan merangkai kata dengan baik, menjadikan saya berfikir, apa ini semua semua disebabkan karena aku memang tidak bakat menulis? Pertanyaan itulah yang sering muncul di kepalaku. Terkadang jadi malas jika mau menulis. Padahal saya pernah membaca suatu ungkapan “ Ikatlah ilmu dengan menulisnya” . Ungkapan inilah yang terus memotivasi saya untuk selalu belajar menulis, mulai dari membuat ringkasan apa yang sudah dibaca, dan mulai belajar menulis cerpen, esai, artikel yang rencananya akan di jadi buku.

Menurut saya menulis adalah suatu kegiatan yang penting dan wajib dikerjakan oleh siapa saja yang mengaku sebagai pembelajar sejati, karena dengan menulis dengan dapat mengukur tingkat pemahaman kita, dengan menulis kita bisa membuka kembali rekam jejak pengetahuan dan pemahaman kita. Dengan menulis kita akan semakin pahan dengan ilmu yang kita dapat dan yang pasti kita akan melaksanakan apa yang kita tulis , Ya iya lah kalau tidak malu donk sama Allah dan diri sendiri, masak NATO (Not Action Talk Only).

Dengan menulis, misalnya buku, jika buku itu best seller, maka akan banyak orang yang membacanya, jika banyak yang membaca, maka banyak yang paham, jika banyak yang paham, maka banyak yang melaksanakan dan banyak yang menyamapaikan kepada orang lain, sehingga menjadi amal jariah yang tidak akan pernah putus (Multi Level Pahala) Insyaallah, inilah yang menjadi motivasi ustadz Salim A Fillah menjadi seorang penulis, beliau berkata jika ingin menulis maka harus best seller, kalau tidak best seller tidak usah menulis, begitu yang pesan beliau sampaikan dalam suatu kajian umum.

Menulis adalah bagian dari belajar, karena dengan menulis ilmu yang kita dapat dari perburuan ilmu yang setiap hari kita kerjakan, membaca, kuliah, sekolah, seminar, bedah buku, kajian, training dan lain sebagainya tidak sia-sia dan dapat terikat didalam  file di memori otak kita atau minimal terikat di kandang, eh salah yang benar di dalam buku, atau dimana saja kita menulisnya. (kayak hewan ternak/buruan saja diikat)

Untuk menjadi penulis selain terus-menerus belajar menulis, menulis, menulis, menulis…….dan menulis, maka kita harus banyak membaca, memperluas wawasan kita, membaca apa saja, tentunya yang potitif, kita harus sering memotivasi diri dengan membaca kisah-kisah para shalafus shalih yang memiliki semangat belajar dan membaca yang luar biasa. Seperti semangat imam Bukhari untuk mencari sebuah hadits. Kesungguh-sungguhan dan kehati-hatian beliau dalam meneliti dan menempatkan sebuah hadits dengan terlebih dahulu sholat dua rakaat. Imam Syafi’i yang muda dalam usia namun sudah memiliki banyak karya. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah banyak menghasilkan karya-karya besar, dan itu di hasilkan saat beliau sedang di dalam jeruji besi.

Para ulama salaf sangat memiliki perhatian yang besar dalam masalah ilmu. Mereka sangat hobby membaca sehingga kadang aada yang sangat sangat keterlaluan. Sampai ada seorang istri yang cemburu dengan buku. Istri imam Az Zuhri sangat marah karena suaminya sangat mencintai buku. Ketika istri imam az Zuhri melihat suaminya sedang asyik membaca buku, ia berkata, “ Demi Allah, buku-buku ini lebih berat bagiku daripada dimadu dengan tiga orang istri.” Dan masih banyak lagi kisah semangat membaca dan menulis para shalafus  shalih, karena kegemarannya banyak diantara  para salaf yang sampai jatuh sakit, seperti yang terjadi dengan abu Bakar Al Anbari, seorang tabib mengobatinya, saat sakitnya sudah teramat kritis. Kemudian tabib memeriksa air seninya, lalu berkata, “ Tuan telah melakukan sesuatu yang belum pernah dilakukan oleh siapapun, sebenarnya apa yang telah tuan lakukan?,”
“Aku telah membaca setiap pekan sebanyak sepuluh ribu lembar,” Jawab Al Anbari.
Imam Nawawi yang sampai ambien, karena banyak duduk untuk membaca dan menulis.

Saya sekarang sudah kuliah, sudah jadi mahasiswa, walaupun masih semester satu, tapi saya sudah merasakan sungguh kuliah itu gampang-gampang susah, senang-senang sedih, enak-enak enek. (Entah bahasanya baku apa tidak, yang penting Nehru, aneh dan seru)

Jika mengingat suatu kejadian yang membuatku menyesal dan termotivasi untuk terus belajar (kenapa ya menyesal kok datangnya belakangan?, ya iyalah kalau duluan itu namanya bukan nyesal). Waktu itu saya ikut berkumpul dalam suatu pertemuan yang diadakan RT tempat tinggal saya. Terjadilah percakapan diantara saya dan salah seorang dari peserta pertemuan yang tidak lain adalah tetangga rumah saya, dia mengetahui kalau saya seorang mahasiswa, dan mungkin dia menganggap mahasiswa itu tahu segalanya, dan kebanyakan orang awam juga menganggap seperti itu. Di tengah perbincangan kami, tiba-tiba dia bertanya kepada saya tentang masalah hukum waris, cara menghitung harta warisan, kontan saja saya langsung gelagapan, langsung mengerutkan dahi, mungkin jika waktu itu ada cermin dan saya bercermin muka saya kelihatan memerah, (telinga keluar asap, hehehe kayak apa saja). Saya hanya cengar-cengir sambil memegang kening seperti orang berfikir, padahal tidak tahu, dan dengan sedikit malu saya jawab,”maaf mas saya belum tahu masalah itu, lain kali saja ya mas, dijadikan PR saja dulu.”
Orang itu hanya mengangguk tanda setuju, tapi wajahnya menampakkan mimik kekecewaan yang mendalam.

Kejadian itu terjadi dikkarenakan saya kurang belajar, sedikit membaca, malas membaca, kalaupun membaca ya cuma sekilas saja, tanpa penghayatan dan meringkas ataupun menulis kembali point-point pentingnya. Hal itu terjadi juga dikarenakan saya tidak membiasakan diri untuk membaca sejak dini, sehingga kaget sewaktu sudah kuliah karena harus banyak yang harus dibaca.

Setelah kejadian itu, saya baru sadar dan menyesal banget, kenapa begini, kenapa begitu?”. Di tengah penyesalan saya, saya pergi ke Book Fair, kebetulan waktu itu ada Book Fair, awalnya jalan-jalan saja, tapi setelah saya menemukan buku yang menurut saya unik dan luar biasa, buku itu berjudul “ bikin belajar selezat coklat” yang ditulis oleh mas Fatan dan mas Dennis. Pertama yang muncul dibanak saya,” Ah apa iya, emang bisa?.” Dan Alhamdulillah sawkatu saya membuka dompet usang saya dan menghitung uang di dalamnya (bukan menghitung isinya lho, soalnya di dalam dompet saya banyak banget isinya, tidak usah disebut juga pasti sudah pada tahu, biasa anak muda, hehehe..). setelah dihitung, ternyata masih cukup lumayan, saya mengambil selembar untuk membeli buku itu,”mudah-mudahan dengan membaca buku ini saya bisa lebih rajin lagi belajar, membaca, menulis dan lain sebagainya guna meningkatkan kapasitas dan kualitas diri,”batinku.

Subhanallah Walhamdulillah, atas berkat Rahmat dan Hidayah Allah Yang Maha Kuasa membolak-balikan hati hamba-Nya, melalui bukunya mas Fatan dan mas Dennis saya jadi lebih rajin belajar, membaca dan menulis.

Mengingat penyesalan saya atas tidak mampunya saya menjawab pertanyaan dari tetangga saya waktu itu, saya langsung teringat adik-adik saya,” jangan sampai mereka mengalami hal seperti saya,” Pikir saya.

Saya mencoba mengajak mereka untuk rajin belajar, terutama membaca, awalnya saya bawa buku kehadapan mereka,”ini buku bagus kalau mau baca,” Saya basa basi menawarkan buku kepad mereka untuk dibaca.
“Malas mas, lagi banyak PR mas, lagi nonton sepakbola mas,” mereka menjawab dengan berbagai alasan sambil tersenyum.

Saya langsung surut, tapi saya belum menyerah dan putus asa, “mungkin waktunya belum tepat,” Batin saya. Setelah moment yang saya anggap tepat, saya mencoba untuk menawarkan beberapa buku dan majalah untuk dibaca adik-adik saya.
“Mbok yo bantuin mas baca buku tho dek, bukunya mas kan banyak, tolong bantuin bacanya ya, nanti kalau mas sendirian yang baca tidak akan habis-habis,” tawarku pada mereka sambil menyodorkan beberapa buku dan majalah kepada mereka.
“ Iya mas,” Jawab mereka sambil mesam-mesem.
“ Harus dibiasakan membaca dari sekarang biar tidak kaget saat besok kalian sudah kuliah, karena banyak banget buku yang harus bibaca,”Tambah saya.

Mereka mengangguk-angukan kepala mereka tanda setuju sambil tersenyum kurang yakin akan membacanya. Subhanallah Walhamdulillah, adik-adik saya sekarang sudah mulai mau membaca, mereka juga lebih rajin dalam belajar. Termotivasi dari buku yang ditulis mas Fatan dan mas Dennis itu, saya sekarang juga mulai banyak membaca, membaca apa saja (tapi yang positif saja ), dan mulai belajar menulis, mulai menulis cerpen, artikel, esai dan novel. Saya juga terinspirasi untuk menulis dengan gaya seperti tulisannya mas Fatan dan mas Dennis. Saya menargetkan Insyaallah akhir Desember 2010 sudah selesai min 15 judul cerpen dan langsung dikirim ke penerbit, dan akhir Maret 2011 Insyaallah sudah merampungkan novel perdan saya. (Doain ya, semoga saya masih tetap diistiqomahkan oleh Allah untuk selalu belajar menulis dan diberi kemudahan dalam melangkah, Aamiin Yaa Rabb).

Buat kita-kita yang ngaku pemburu ilmu :
You are the Best! Nggak yakin? Banyak lho dari Quran dan Hadits yang menjelaskan tentang kedudukan yang mulia untuk para pemburu ilmu!

Allah SWT berfirman,” Katakalah,”adakah sama orang-orang yang mengetahui denagn orang-orang yang tidak mengetahui?” (QS Az Zumar:9)

“Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS Mujadilah:11)

Terus, ada juga beberapa hadits dari Rasulullah SAW,” Dan barangsiapa yang Allah inginkan ada kebaikan padanya, maka Allah akan menmberikan kepadanya kefahaman akan ilmu agama” (HR Muslim)

“ Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari Al quran dan mengajarkannya” (HR Bukhari)

Keutamaan Ilmu menurut sahabat Ali ibnu abi thalib Ra.
Ketika sahabat Ali, semoga Allah meridhainya, ditanya tentang mana yang lebih utama antara ilmu dan harta, maka beliau menjawab:
“ Ilmu lebih utama daripada harta, ilmu adalah pusaka para nabi, sedang harta adalah pusaka Fir’aun dan qarun.
“ Ilmu lebih utama daripada harta, karena ilmu itu akan menjaga kita, sementara harta malah kita yang harus menjaganya.”
“ Ilmu lebih utama daripada harta, karena pemilik harta bisa mengaku Tuhan akibat harta yang dimilikinya, sedang orang yang berilmu justru mengaku sebagai hamba.”
“ Ilmu lebih utama daripada harta, karena di akherat nanti pemilik harta akan dihisab, sedang orang yang berilmu akan memperoleh syafa’at.”
“ Harta itu jika engkau berikan menjadi berkurang,, sebaliknya ilmu jika diberikan malah bertambah.”
“ Pemilik harta itu musuhnya banyak, sedangkan pemilik ilmu temannya banyak.”
“ Harta akan hancur berantakan karena lama ditimbun zaman, tetapi ilmu tak akan rusak dan musnah walau ditimbun zaman.”
“ Harta membuat hati seseorang menjadi keras, sedang ilmu malah malah membuat hati bercahaya.”
(Dikutip dari buku Bikin belajar selezat coklat)

Nah teman-teman, mari kita bersama-sama menjadi pemburu ilmu, menjadi pembelajar sejati.

1 komentar:

aku pengen tau ringkasan buku bikin belajar selezat coklat

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More