Senin, 03 Januari 2011

I am Sorry Pertanyaan untuk Pak Polisi

Oleh: Ridha An Nisa

Senyum, merekah dibibirku, bak artis cantik yang melewati karpet merah yang membentang panjang disebuah penghargaan dunia. Sekarang penampilanku agak sedikit berubah, kira-kira apa ya jilbab lebih rapi baju stelan muslim yang pas dan sepatu cantik berwarna coklat tua dikombinasi dengan coklat agak muda melekat pada kakiku. Walau agak ribet, karena ketika aku beli harus pesan dulu, menunggu satu minggu, dan harus diukur karena nomor sepatunya mencapai 42 ukuran sepatu yang tidak lazim untuk wanita. Biasanya cukup pakai sepatu kets penampilan agak berparas lelaki alias agak tomboy ketika kuliah. Biasanya stelan kemeja, celana dan kets karena apa kita tengok dulu aku kekampusnya naik apa? Yap masih dengan sepeda ungu eksotik yang baru aku beli ini berparas lelaki alias desainnya cocok dipakai reli. Wah, kampus semegah ini, salah satu mahasiswanya pakai sepeda trendy, padahal lainnya banyak yang pakai stang bunder dari mobil lama sampai ke sedan dengan merk paling wahid atau minimal motorlah. Seingatku hanya satu mahasiswi yang ke kampus naik sepeda. Namun jangan salah senyumku sore itu, lebih dari kepuasan seorang artis tapi, kepuasan rahmat Iman dan Islam, rahmat berjilbab dan tentunya rahman dan rahim Allah yang telah memberi karunia padaku sebuah sepeda motor trendy. Tiada hasil tanpa usaha. Seingatku karena sepeda ini juga aku bisa menabung untuk membeli sepeda motor ini, Sebelumnya aku jalan kaki, satu kilometer naik bus kota jalan lagi dan kalau mau pergi kemana-mana ganti-ganti bus. Dengan membeli sepeda pengeluaran itu bisa dipangkas.. Bahkan pernah uang di dompet tinggal 100 perak, ini semua untuk menabung. Selama 1 tahun akhirnya dapat beli sepeda motor sendiri. Alhamdulilah ya Allah.

Senyumku masih merekah, bahkan disertai letupa-letupan kepercayaan diri yang luar biasa. Bapak, karyawan Tata Usaha kampus yang menjaga ujian itu, terlihat agak heran, tapi aku yakin ia pasti mengira aku puas dengan jawaban ujianku. Bunyi hak sepatuku, yang lantang menandakan cara berjalanku sore itu penuh percaya diri.

Hati ini berkata yuk cepat menuju sepeda motor barumu dan kita jalan-jalan. Namun kaki ini serasa menolak ajakannya, ia bergerak menuruni jalan melingkar menuju ke kantin lantai I, aku yakin yang dimaksud bukanlah kantin. UKI (Unit Kerohanian islam) tempat aku bergabung dalam organisasi itu inilah perintah otakku dan kakiku tak bisa menolaknya.

Sesampainya di depan pintu UKI, aku keluarkan kunci dan mencari lubang pintu seraya membukanya. Namun mendadak kapalaku dingin seperti ada sesuatu yang menetes dari atas mengguyur lembaran jilbabku.
“Lho air dari mana ini?” Ucapku lirih dengan mendogakkan kepalaku ke atas, ruangan atas kantin lantai 2 yang terlihat pagarnya, memang ruangan ini didesain terbuka melingkar dan terbuka sehingga terkesan lengang. Kuikuti tetesan airnya dan mencari muaranya, ternyata kotak surat UKI.
“Wah, basah nih kotaknya.” Ku raih kotak itu dan memeriksa isi di dalamnya. Aku buka beberapa lembar surat masuk memastikan tidak ada yang penting. Dengan keadaan yang sedikit basah, tulisannya juga sedikit “Mblobor” aku baca satu persatu dan ada surat yang menarik perhatianku undangan rapat di UIN Sunan Kalijaga mengenai Ekonomi Syariah. Hari ini pukul 15.30. Wah, asyik nih di kampus kan belum ada kajiannya ataupun mata kuliah yang detail tentang ini.
“Datang ah daripada jalan-jalan tok. Ini juga Ada acara lomba bisnis plan juga ya yang adakan Greenleaf jogja cuma 4 lembar ikut juga ah.”

Aku bergegas menuju rapat yang diadakan FoSSEI (Forum Silahturahmi Studi Ekonomi Islam). Ternyata banyak juga yang datang kebanyakan dari mereka datang dari lembaga Dakwah berbagai kampus akupun berkenalan dengan beberapa orang. Mereka pada heran, karena mereka anggap di kampusku tidak ada lembaga dakwah, Ketua dan wakil FOSSEI menyambut dengan ramah dan mengucapkan selamat datang padaku bergabung dengan komunitas FoSSEI yaitu suatu organisasi nasional dibidang kajian ekonomi syariahuntuk kalangan mahasiswa salah satu kegiatannya adalah kuliah umum. Sebelumnya diisi dengan kajian Ekonomi Syariah oleh praktisi dari salah satu Lembaga Ekonomi Syariah lalu rapat untuk menyambut Telminas tahun 2006 mereka menyebutnya Temu Ilmiah Nasional. Tempat terselenggaranya di UNSOED Purwokerto selama 1 minggu. Banyak kegiatan di sana salah satunya lomba karya ilmiah dan seminar.

Sepulangnya dari acara itu, terpikir olehku bagaimana caranya aku ikut dan kampus mendukungku. Karena biayanya juga cukup lumayan untuk ukuran mahasiswa pas-pasan. Pendaftaran mengikuti acara itu sekitar Rp 350.000 belum termasuk transport. Aku memutar otak semalaman supaya bisa ikut. Tapi ikut yang tanpa biaya. Kepepet adalah bagaimana mengkombinasikan antara kecerdasan dan kecerdikan. Nah, bukankah bila sudah pernah ikut lomba di intern kampus dan menang bisa jadi rekomendasi ikut lomba di ekstern kampus. Aku pernah juara karya tulis di kampus meski hanya juara 3. Tapi aku belum pernah menulis tentang Ekonomi Syariah. Yang jelas motivasiku kali ini adalah mengenal kegiatan secara nasional, Ekonomi Syariah, menambah ilmu, dan piknik gratis, karena di dalam agenda acara Telminas juga ada acara piknik ke batu raden dan mengunjungi desa wisata.

Gimana caranya ya? aku menemui Bapak Rektor untuk menunjukan undangan telminas. Menimbang aku juga pernah juara menulis di kampus, akhirnya beliau menyetujui  untuk mengirimku lomba di telminas.

Acara Telminas itu tinggal 3 mingguan. Bagaimana ya enaknya mulai dari mana aku menulis karya tulisnya. Oya seperti yang dulu cari bahan referensi, aku harus beli beberapa buku dan mencari di perpustakaan. Ikut seminar dan kajian ekonomi syariah di masjid-masjid atau di kampus-kampus lainnya. Aku yakin di Yogyakarta ini banyak potensi yang kita manfaatkan. Apalagi aku bukan lulusan pesantren atau sekolah agama, harus usaha lebih ekstra. Dengan ikutnya aku acara ini jadi keliling-keliling jogja, habis kuliah dan bisa nganyari sepeda motorku juga.

Matur nuwun Allah disaat aku membutuhkan kendaraan untuk kegiatan, Allah sudah pas menyediakannya. Dari masjid ke masjid, aku datangi kadang untuk mencari jadwal berbagai kegiatan aku membacanya di papan pengumuman yang di pasang di masjid kampus UGM atau sekedar di depan UKI. Bahkan terkadang aku tidak mengikuti acara kajian ilmu ekonomi syariah tapi pengajian Tauhid, Ibadah dan lainnya. Pokoknya yang penting bermanfaat. Tak ketinggalan pula di perpustakaan aku baca buku-buku ekonomi kalau ada yang mengarah ke tulisan aku jadikan referensi. Tiga minggu ini harus maksimal. Tak mau ambil pusing aku gunakan karya ilmiahku yang aku ikutkan lomba di kampus tentang ekonomi mikro tapi aku sangkut-pautkan dengan Ekonomi Syariah. Aku habiskan jatah jajanku buat beli buku Ekonomi Syariah. Karena terus terang aku tidak mudeng blas mengenai ini. Jadi, buku yang aku beli pun yang Ekonomi Syariah Dasar.

Pada titik puncak habisnya uang saku untuk biaya beli buku, rental computer dan print out. Aku harus cari cara bagaimana bisa dapat referensi baru. Pergi ke toko buku dan membacanya disana. Karena kali ini betul-betul hemat sampai membayar parkir masuk di salah satu toko buku yang buku-bukunya bisa dibaca ditempat aku pikirkan. Kugenjot  gas motorku menuju ke sana. Parkir kemana ya? Oya aku parkir disalah satu Lembaga Les Bahasa Inggris aja yang tempatnya tidak jauh dari toko buku itu. Aku tahu betul disana parkirnya aman dan tidak bayar. Setelah aku parkir aku berjalan kearah toko buku itu. Eh, ternyata lumayan juga jalannya 500 meteran.

“Kalau mau gratis ya capek pikirku.” Sampai disana aku bingung cari buku yang mana. Akhirnya aku mendapatkan beberapa buku yang pas untuk memperkuat ideku.setelah agak lama aku baca tiba-tiba ada pelayan yang menyapu disekitarku.
“Permisi-permisi!”
Aku pindah ketempat yang nyaman tiba-tiba ada yang lewat mengepel lantai
“Maaf mbak mau dipel dulu!”
Lalu aku jongkok membacanya, eh ada lagi yang menata buku yang baru akan dimasukan di rak.
“Aduh agak tidak konsentrasi, apa ini taktik toko ya, biar pelanggannya tidak cuma baca gratis tapi membelinya. Ah peduli amat aku dah bokek mau gimana lagi.”

Lalu aku baca buku The Way to Win, Solikhin Abu Izzuddin Pro-U Media Positif-Kreatif-Solutif. Cukup inspiratif buku ini. Allah aku harus tetap bersyukur dengan keadaanku sekarang, semangat positif thingking, Kreatif dalam bertindak dan karyaku harus solutif meskipun awalnya solusi ini untuk mengganti beli buku. Ada sebuah ungkapan yang membakar semangatku dibukunya Solikhin Abu Izzuddin The Way To WinKalau kita berpikir menang, maka semua potensi akan kita undang, seluruh kekuatan akan kita galang, seluruh lahang rintang akan kita terjang dan kita menang.” Tiga hari lagi akan aku selesaikan tulisanku.Bismilah! ini inspiratif aku harus bersemangat. Ini perlu dicatat tapi pakai apa ya oya bolpoin dan kertas. Aku catat beberapa referensi yang ada di buku tentang Manajemen Keuangan Syariah, namun ada yang aneh kelihatannya ada suara sepatu yang menghampiriku. Aku melongok dan bangkit dari jongkok. Mataku kontak langsung dengan seorang bapak berkumis dengan seragamnya putih biru tua membawa pentung. Satpam.

“Ya Pak, ada apa Pak?”aku berdiri agak gemetaran.
Ia ambil kertas ditanganku.
“Mbak Anda dilarang menulis apapun disini apalagi menulis dari buku di sini.”
“Tidak boleh ya Pak, maaf saya tidak tahu.”
“Silahkan membeli buku kalau Anda ingin mengetahui isi buku itu.”
“Baik, Pak terima kasih.” Aku meletakkan buku itu memasukkan seribu malu dalam kantong. Bergegas turun ke lantai bawah berjalan menuju motorku dan cabut dengan rasa yang aneh.
 “Gimana ya ada referensi penting yang belum aku tulis aku harus kembali ke toko itu. Besuk tapi gimana caranya? kalo dihafalkan nanti tidak pas atau lupa. Ya Allah maafkan aku, permisi pemilik toko semoga jadi amal. Tadi bapak satpam bilang tidak boleh membawa alat tulis. Tapi kalo dicatat di inbox hp boleh kan? Yes dapat solusi aneh, dan agak maksa namun kali ini berhasil. Satu masalah beres dan tulisan lomba untuk Purwokerto beres tinggal bisnis plan. Hasil wilayah Allah yang penting usaha secara maksimal sedikit kere-aktif.

Besuk kuliah hampir seharian bisnis plan-nya aku garap disela-sela kuliah. Seingatku bisnis plan itu berjudul Bandeng Pantura. Karena aku mahasiswa akuntansi kala itu semester 5, tulisan bisnis planku yang isinya paling menonjol adalah perhitungan keuangannya, meskipun secara ide sederhana. Konsepnya sudah aku selesaikan. Ternyata hari ini deadline dan nanti jam 4 sore paling lambat di kumpulkan di kantornya. Kurang 2 jam lagi. Aku ke rental komputer untuk mengetik bisnis plan. Karena dibatasi 4 halaman saja hanya mirip lomba ide bisnis sederhana saja. Alhamdulilah selesai juga. Sudah hampir setengah empat aku bergegas mengantarnya langsung keburu kantornya sudah tutup. Mana alamatnya harus mencari dulu. Kantornya dekat Rumah Sakit Swasta Bethesda Lempuyangan, padahal aku hanya tahu Bethesda yang di jalan Soedirman. Aku bertanya pada salah seorang tukang becak dan ia memberi arah jalannya memang tidak jauh dari Bethesda Soedirman.

Sampai di jalan belokan.
“Ada apanya kok orang-orang pada balik arah. Ternyata ada pemeriksaan kelengkapan motor padahal sudah mau sampai. Aku periksa dulu.” Aku berhenti di tepi jalan dan memeriksa tas ternyata tidak ada. Kepanikanku terhenti sejenak karena aku baru ingat kalau suratnya tertinggal di kasur. Gimana ya. Tiba-tiba dibelakangku ada polisi jaga untuk menahan kendaraaan roda dua yang hendak berbalik arah.
“Ada apa Mbak, terus aja ngantri lurus, tidak boleh balik!” Ia berteriak kepadaku. Aku masih duduk di atas motor yang aku tepikan. Ya Allah maafkan aku berilah pertolongan kepadaku. Ampuni dosaku. Astaghfirullah, tidak tahu entah siapa yang menggerakkan badan ini kalau bukan Allah. Aku spontan menyandarkan motorku seperti menyerah pada Pak Polisi. Biar ditangkap dan disita saja motorku, yang penting aku segera ke Greenleaf menyerahkan naskah ide bisnis ini. Aku tidak akan ambil pusing memang aku melanggar lalu lintas dengan tidak membawa surat. Ya Allah tuntunlah lidahku untuk kebaikan. Aku menghampiri polisi. Maunya sih pasrah ditilang tapi malah perkataan yang keluar dari  mulutku adalah sebuah pertanyaan.
“Maaf Pak Rumah Sakit Swasta Bethesda ke arah mana ya, Pak?”
“Rumah Sakit itu di jalan sana, Mbaknya belok arah lalu belok ke kiri.” jawabnya
“Maaf, Pak matur nuwun.” Ujarku sambil segera berbalik badan mengambil motor. Rasanya senang-senang aneh, senangnya kok aku sendiri yang dilepaskan belum diperiksa suratnya malah disuruh balik, anehnya bukankah itu alamat rumah sakit yang di jalan satunya. Pak polisi salah paham atau aku tanyanya tidak lengkap ya?
“Ya mbak lurus belok kiri ya?” Ia kembali berteriak untuk memastikan aku tidak salah jalan. I am sorry Pak Polisi, lain kali aku bawa surat lengkap dan tidak melontarkan pertanyaan itu lagi. Tapi tadi lidah kayak keseleo.

Senyum merekah kembali. Kalau pulang ambil surat terlalu jauh. Aku ke masjid kampus UGM saja, cari solusi di tempat itu adalah tempat suci untuk shalat jadi ingat bukunya Salman Ar RaisySuccess with shalat inilah shalat, dalam gerak dan ucapnya ada hikmah yang dasyat “sekolah” kesuksesan terhebat.. sukses yang didapat bukan kesuksesan semu dihadapan manusia, tapi kesuksesan yang membuat jiwa tidak lagi hampa.

Allah mudahkanlah aku, ada pepatah mengatakan tempat yang aman adalah tempat yang paling tidak aman. Aku balik lagi kesana pasti sudah tidak ada lagi Razia. Setelah berapa lama di masjid aku kembali lagi ke sana, jam tanganku menunjukkan pukul 16.00. Alhamdulilah Sudah tidak ada Razia. Alhamdulillah Allah. Aku dimudahkan sampai dikantor ternyata masih ada orang. Ironisnya pengumpulan ide bisnis diperpanjang besuk jam pagi. Ya tidak apa-apalah yang penting aku selamat.

Aku kalah dalam lomba karya tulis di Purwokerto, namun lomba bisnis plan aku juara pertama. Alhamduliah yang penting dalam hal ini adalah semangat untuk bertanding. Hasil wilayah Allah. Aku juga tidak pernah menyanggka Allah memudahkan ide-ide ini. Tuntunlah aku untuk selalu bersyukur Allah. Selanjutnya aku makin percaya diri mengikuti lomba-lomba lainnya ketika kuliah semua karena keaktifaku di organisasi FOSSEI info lomba selalu fresh. Prestasi lainnya lomba Karya tulis di UNDIP masuk lima besar/finalis dan UIN SUKA acara ulang tahun Fakultas Syariah  Maret 2006 aku juara pertama juga Karya Tulis Ekonomi Syariah.

 Ya Tuhanku, berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat–Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada kedua ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai dan masukkanlah aku dengan Rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba yang shaleh. (QS An Naml:19)

“Motorku matur nuwun diantar kemana-mana, semoga surat-suratmu tidak aku tinggalkan lagi. I am Sorry Pak Polisi!”


0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More