Kamis, 13 Januari 2011

Keyakinan Yang Menghapuskan Keraguan

Oleh: Annas Setiawan Prabowo

Kalut, takut, bingung bercampur semua saat itu. Bagaimana tidak, keringatku mengucur ketika namaku disebut. Sebuah amanah baru menanti didepan sana. Aku harus mengemban dan menjalaninya. Menjadi ketua lembaga mahasiswa disalah satu sekolah tinggi di Yogyakarta. Sempat mengevaluasi diri ternyata kapasitasku memang belum memenuhi sebagai seorang pemimpin. Tanggal 25 Desember 2007 Musyawarah besar memutuskan aku untuk menjalani amanah kepemimpinan yang dalam sebuah kisah amanah kepemimpinan mampu meremukkan tulang punggung. Pada dasarnya setiap amanah akan dipertanggung jawabkan kelak di akherat nanti.

Semula memang pesimis apakah aku bisa menjalankan amanah yang begitu berat itu. Alhamdulillah saat itu ada kakak kelas yang merekomendasikan untuk membaca beberapa buku dan salah satunya adalah “Zero To Hero” karya Ustadz Sholikhin Abu ‘Izzudin. “Yah kenapa mesti baca buku?”. Tanyaku dalam hati. Panjang kali lebar beliau menjelaskannya. Aku Cuma bisa mengangguk tanda sepakat walaupun ada sebagian tak ku mengerti.

Perjalananku mencari buku zero to hero dimulai. Di sebuah toko buku Islamkucari buku, satu per satu kupandangi dan kubaca covernya berharap bisa kutemukan. Namun tak kunjung kutemukan buku berjudul “Zero To Hero”. Kutanyakan kepada penjaga toko perihal buku Zero to Hero, ternyata bukunya tidak ada. Entah habis atau memang benar-benar tidak ada aku tak peduli. Satu kesimpulan bahwa aku tak bisa temukan buku itu. Di hari yang lain aku jalan-jalan di toko yang lain, Alhamdulillah kutemukan buku berjudul “Zero to Hero “ terbitan Pro-U Media.

Alhamdulillah buku tersebut bisa kubaca sampai selesai. Seusai membaca dan sharing dengan beberapa teman struktur pemikiranku mulai terbentuk. Melalui beberapa perenungan dan proses berfikir. Beberapa poin yang bisa diambil dari buku adalah tentang momentum, kegagalan, waktu, mimpi, mulai dari nol dan aksi. Momentum ini sangat langka dimana saya ditempatkan sebagai seorang pemimpin sehingga ini adalah saatnya untuk merubah diri. Kalaupun saat itu kapasitas belum mumpuni namun bisa dijadikan momentum untuk melipatgandakan kapasitas diri. Momentum itu tidak akan berulang dan dia tidak akan kembali. Dalam kutipan buku Zero to Hero Anis mata pernah berkata “Pahlawan sejati adalah orang yang dapat memanfaatkan setiap momentum kepahlawanan”. Mengingatkanku juga bahwasanya pahlawan tidak hidup di masa biasa saja tapi dia hidup dan lahir di masa-masa sulit.

Kegagalan merupakan momok bagi setiap orang. Dan dia adalah hal yang ditakuti oleh setiap orang. Pada dasarnya kegagalan itu sukses yang tertunda. Bahkan aku sempat takut gagal diawal dalam mengemban amanah sebagai seorang pemimpin. Ya ketakutanku justru lebih menakutkan dari pada rasa takut itu sendiri. Kuncinya adalah mencoba untuk menjalaninya apapun resikonya. Kupernah menuliskan dalam sebuah buku yang berbunyi “ didepan memang ada tembok besar dan tinggi memang sulit untuk dilalui namun bukan berarti tidak bisa”. Tulisanku dikuatkan oleh sms seorang temanku “ ketika amanah semakin bertambah, beban semakin berat yakinlah akan ada orang-orang yang membantu meringankan beban di pundak, akan ada malaikat yang senantiasa mendo’akanmu dan yakinlah wahai saudaraku ada Alloh yang selalu membantumu, Seseungguhnya Alloh bersama kita (Innallaha ma’ana). Ibarat setetes embun penyejuk jiwa disaat hati ini sedang takut akan kegagalan-kegagalan yang akan terjadi. Mulai saat itu akupun bertekad untuk mencoba menjalankan amanah kepemimpinan itu, memberikan hal yang terbaik.

Kutipan dari buku zero to hero, ustadz Hasan Al-Banna pernah berkata “ kewajiban yang kita miliki lebih banyak dari pada waktu yang tersedia” . Benar dari pada saya memikirkan apakah saya mampu atau tidak untuk mengemban amanah kepemimpinan lebih baik aku tentukan strategi-strategi agar amanah tersebut mampu terselesaikan dengan baik. Mulailah kutulisakan targetan-targetan pribadi yang mendukung tercapainya target organisasi secara umum dalam buku khusus. Orang yang gagal dalam perencanaan berarti merencanakan kegagalan. Kalaupun kegagalan menghampiriku maka aku bisa mencobanya lagi dan inti sebenarnya adalah aku tidak boleh menyerah pada kondisi apapun.

Mimpi penting untuk dimiliki oleh tiap orang. Bahkan mimpi itulah merupakan targetan-targetan yang mesti dicapai dalam periode tertentu serta memiliki sarana evaluasi yang jelas. Orang hidup haruslah punya mimpi dan tujuan jelas. Ketika kita terbentur oleh halangan, rintangan yang ada maka penting kita melihat orientasi awal melakukan pekerjaan itu. Dengan demikian semangat kita akan kembali menyala dan siap bekerja kembali.

Mulai dari nol memang berat namun bukan berarti tidak bisa. Asalkan semuanya disandarkan kepada Alloh SWT maka tidak ada yang mustahil bagi Alloh SWT. Karena Alloh Maha Berkuasa Atas Segala Sesuatu. Tiada sebuah kejadian di dunia ini terjadi kalau bukan karena ijinNya. KehendakNya adalah mutlak, hal ini menyangkut persoalan aqidah. Kemampuanku yang belum seberapa tidak menjadi penghalang ntuk menjadi pemimpin karena yakin atas Ijin Alloh saya pasti bisa. Aksi yah waktunya merealisasikan pemikiran-pemikiran yang telah tersusun dengan baik. Tinggal dilaksanakan dalam tindakan-tindakan nyata. Waktunya ku mulai melaksanakan tugas.

Di akhir kepengurusan diadakan evaluasi untuk mengukur sejauh mana tingkat keberhasilan organisasi. Alhamdulillah hasilnya cukup emmuaskan bagi saya walaupun masih banyak perbaikan-perbaikan yang harus dilakukan. Akupun melepas amanah kepemimpinan itu dengan senyum. Karena aku mampu melewatinya aku bisa dan aku bukanlah seorang pengecut yang lari dari tanggung jawab.

Di hari lahir adikku aku memberikan buku Zero to hero untuknya dengan harapan dia mau untuk berubah lebih baik lagi. Alhamdulillah buku itu juga mampu dia baca sampai tuntas. Semoga ilmu yang ada dalam buku Ustadz Solikhin mampu menginspirasi banyak orang dan berkah. Ziyadatul khiri ‘alal Khoiri (Bertambahnya kebaikan di atas kebaikan).

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More