Rabu, 12 Januari 2011

Kemenangan Hakiki

Oleh: Kukuh Sabrowi

Lima bulan telah berlalu, semnejak aku dinobatkan menjadi ketua OSIS. Sejak itu hari-hariku diwarnai dengan rapat, agenda organisasi, kegiatan, dan lain sebagainya. Tak jarang aku pulang sore bahkan samapai malam hanya untuk mengurusi organisasi. Sekarang aku menjadi orang yang super sibuk, baik diluar jam pelajaran maupun disaat jam pelajaran belangsung. Sehingga aku sering tidak mengikuti jam pelajaran, akibatnya banyak catatan pelajaran yang ketinggalan ujung ujungnya pasti pinjam buku teman. Hal ini sudah menjadi tradisi ketua OSIS jauh sebelum aku. Namun harus begaimana lagi, ini adalah sebuah konsekuensi sebagai ketua OSIS. Mau tidak mau harus dijalani dengan penuh tanggung jawab dan keikhlasan.

Seperti air mengalir, begitulah caraku jalani pekerjaan baruku sebagai ketua OSIS dengan senang hati. Hingga tanpa kusadari air yang mengalir tersebut mulai terkontaminasi limbah. Banyak hal yang tak kusadari melatarbelakangi timbulnya permasalahan di kemudian hari.  Yah, benar pekerjaan ini tak selamanya berdampak positif dan ternyata dampak negatifnya mulai muncul disaat aku sudah menyatu dengan pekerjaan ini. Pestasi yang selama ini aku banggakan berangsur-angsur menurun. Dan hasilnya pada semester 1, aku turun peringkat ketiga. Padahal biasanya kalau tidak dapat peringkat pertama minimal ya kedua. Dari penurunan tersebut aku berharap pada pembagian nilai hasil tes mid semester genap kali ini, prestasiku akan naik lagi dan memperbaiki peringkat pada semester gasal. Aku ingin membuktikan walaupun aku sibuk di OSIS tapi prestasiku harus tetap eksis. Banyak orang berasumsi bahawa anak yang aktif organisasi di sekolah rata-rata prestasinya menurun, tapi aku yakin dengan kemampuanku ini dapat meruntuhkan paradigma tersebut.

“Ceklek”, pintu kelas terbuka Bu Yani wali kelas XI AK 1 yang terkenal sangat menyebalkan tapi tidak bagiku, memasuki kelas. Suasana kelas yang tadinya ramai seperti dipasar kini lengang semuanya terdiam seolah-olah mulut mereka disumpal dengan kertas. Pandangan kami tertuju kedepan, itu tandanya kami sudah siap untuk menerima nilai hasil ulangan mid semester genap.

“Ageng Nur Chasanah” Bu Yani mulai memamnggil
“Aprilia Susanti” panggil  Bu Yani lagi. Satu persatu anak diapnggil dan menerima nilainya.
Ada temanku yang berteriak senang karena dapat nilai bagus, sedangkan sebagian lainnya ada yang muram. Mungkin saja dapat nilai buruk atau barangkali menempati posisi juru kunci.
“Kukuh Sabrowi” saat giliranku tiba. Aku melangkah kedepan dengan penuh kepercayaan diri.
“Aduh Kuh, mungkin kamu harus tingkatkan belajarmu yah” ujar Bu Yani kepadaku sambil menyodorkan nilai.

Setelah aku terima nilainya, aku bergegas keluar kelas. belum sempat aku lihat niainya. Aku masih berpikir tentang perkataan Bu Yani barusan. Sepertinya ini pertanda buruk bagiku. Sambil berjalan aku lihat nilai yan tadi aku terima. Langkahku terhenti sejenak dan Astaghfirulloh tanpa kuduga tanpa kusangka, hasil yang sangat mengherankan, diluar perhitunganku. Aku mendapat nilai sangat buruk dalam karir prestasiku dan aku menempati peringkat keenambelas dikelas. Langsung saja aku percepat langkah, agar sampai dirumah lebih cepat. Belum sampai keluar gerbang aku dipanggil seseorang dari arah belakang, aku menoleh dan ternyata itu Pak Kepsek. Kulihat ia memandangku dengan dua tangan diletakan dipinggang, itu merupakan gayanya. Akupun mendekati Pak Kepsek, dalam hatiku berkata jangan-jangan Pak Kepsek menanyakan nilaiku, wah gawat ini.

“Kuh, gimana program kerja OSIS berjalan kan?”
“Iya Pak, Alhamdulillah”
“Bagus. Sudah dapat nilai hasil tes kan, bagaimana hasilnya?”
Waduh, benar Pak Kepsek menanyakan hal itu, sebenarnya aku ragu mengatakannya tapi harus bagaimana lagi. Harus aku jawab, tidak bisa lari begitu saja.
“Hasilnya buruk Pak, saya mendapat peringkat keenambelas” jawabku dengan terbata-bata.
“Bagaimana sih kamu, seharusnya kamu dapat nilai bagus. Kamu kan sosok teladan masa memberikan contoh yang buruk. Kamu memang aktif disekolah tapi jangan jadikan alasan. Mulai saat ini kamu harus belajar lebih giat lagi yah! Bapak tidak ingin dengar lagi kamu dapat nilai buruk” ujar Pak Kepsek seperti memarahi tapi sebenarnya hanya menasihati.
“Baik Pak, saya tidak akan mengecewakan Bapak lagi.”
“Yasudah sekarang kamu boleh pulang”
“Terima Kasih Pak, permisi”
Setelah itu aku pulang menuju kerumah dengan langkah gontai, tidak bersemangat.

Sampai didepan rumah, entah kenapa aku ragu untuk masuk. Bagaimana reaksi keluarga kalau tahu aku dapat nilai buruk? pikirku.  Jantungku berdetak kencang dag, dig, dug, dengan tempo prestissimo. Akhirnya kuputuskan untuk masuk ke rumah. Kulihat Bapak sedang menonotn berita di televisi. Begitu melihat aku pulang, Bapak langsung menanyakan perihal nilai yang aku terima. Dengan pasrah aku serahkan nilai itu. Namun anehnya, Bapak biasa-biasa saja persis saat aku menerima nilai bagus.

“Jangan terlalu sibuk di sekolah, sudah lihat kan nilaimu merosot” ujar Bapakku sambil mengembalikan nilai kepadaku. Huftzz, plong rasanya tidak jadi dimarahi Bapak. Begitulah karakter Bapakku langsung berbicara pada intinya. Beliau juga bijaksana, tidak terlalu menuntut aku untuk mencapai nilai terbaik.

“Dapat peringkat berapa” giliran Ibu bertanya.
“E-nam-be-las, Bu”
“Apa? Enambelas gak sekalian tigapuluh! Makanya jangan terlalu sibuk ngurusin OSIS, emangnya digaji berapa toh sama sekolah. Udah dari dulu Ibu bilang sekolah ya sekolah aja gak usah neko-neko, jadinya seperti ini kan akibatnya. Orangtuamu itu menyekolahkan kamu pake uang jadi jangan sampai mengecewakan” dengan nada agak keras Ibu memarahiku.

Aku hanya tertunduk lemas, mendengar semua omelan Ibuku. Aku tak mampu beralasan apapun karena ini murni kesalahanku sendiri. Setelah setengah jam Ibu berbicara akhirnya berhenti juga. Aku beranjak menuju ke kamar.

Disudut kamar aku tergeletak lemas tak berdaya, sudah tidak punya semangat lagi. Kenapa aku jadi seperti ini? Kemanakah kemampuanku yang dulu? Kenapa ini bisa terjadi padaku? Pertanyaan ini terus menyelusupi dalam setiap neuron di otakku. Kini keyakinanku akan kemampuanku mulai runtuh bak diterjang badai tornado. Lingkungan sudah kecewa padaku, foto albert einsteinpun yang terpampang di dinding kamar, seolah-olah mengejek dan menertawakanku.

Kini hariku kulewati dengan rasa penyesalan. Setelah tiga bulan melewati masa-masa sulit masih belum kutemukan juga jawaban dan cara bagaimana aku lepas dari belenggu permasalahan yang pelik ini. Belum masalah pribadiku tuntas, kini muncul permasalahan baru. Dan masalah ini bukan hanya berdampak bagiku melainkan juga bagi Pengurus OSIS yakni konflik antar organisasi intern sekolah. Walaupun konflik ini merupakan konflik yang klasik. Tetapi yang ini jika dibiarkan berlarut-larut akan berakibat fatal. Tidak menutup kemungkinan perpecahan secara besar-besaran dan berujung pada pembentukan kubu yang saling menyerang. Kadang ada saja oknum antar oragnisasi yang saling mengejek dan mencari kesalahan untuk dijadikan bahan perolokan. Tidak hanya masalah umum organisasi yang dipermasalahkan sampai-sampai masalah pribadi ikut disangkutpautkan dengan kepentingan oraganisasi. Perang dingin ini tak bleh dibiarkan begitu saja. Apalagi disini aku yang bertindak sebagai “Presiden” tak boleh tinggal karena tentu saja jikalau Perang dingin ini meletus orang yang paling bertangung jawab adalah aku karena aku yang mempunyai tugas dan wewenang mengendalikan semuanya. Terlebih-lebih Pak Kepsek telah membei pesan padaku untuk menjaga seluruh kestabilan organisasi.

Saat ini akudihadapkan pada dua permasalahan yang bertolak belakang. Yang pertama masalah pribadiku mengenai prestasi yang semakin hari semakin menurun dan yang kedua konflik antar organisasi yang tak kunjung usai. Aku harus bebuat sesuatu, jeritan dalam hatiku terus menuntut aku melaukan sesuatu. Sebenarnya hatiku sudah tergerak melakukan perubahan tetapi kenapa tak bisa diaplikasikan pada tindakan.

Hari ini begitu cerah, tidak ada setitik awanpun yang menghalangi pandanganku. Di ufuk timur matahari perlahan menampakan sinarnya. Panasnya mampu menghangatkan tubuhku yang terbujur kaku. Cahayanya memancarkan harapan baru bagi kehidupan seluruh umat manusia. Suasana yang tenang dan damai, mampu menenangkan jiwaku melupakan sejenak beban yang ada dipikiranku. Tanpa terasa sudah setengah jam aku berdiri dibangunan berlantai tiga ini. Sengaja aku berangkat lebih pagi, agar dapat merasakan suasana tenang seperti ini. Tapi entah kenapa hari ini aku merasa seolah-olah mempunyai semangat baru untuk melakukan perubahan.

“Hayo, pagi-pagi udah melamun, ntar kesambet lho” ujar Tosa mengagetkanku.
“Ah, sok tau kamu, pagi bener berangkatnya”
“Seharusnya aku yang tanya kamu, ngapain kamu berangkat pagi buta gini? Oh ya ini aku kemarin dititipi surat dari Pak Bambang katanya sih suruh diserahkan ke kamu, kayaknya mengenai kegiatan seminar” ujar Tosa sambil menyerahkan surat itu.
“Coba aku lihat”
“Yaudah Bro, aku mau cabut dulu yah”
“Yupz, makasih” jawabku.

Kulihat amplop surat tersebut, dipojok kanan atas tertulis Kayyisu Excellent. Nama ini sepertinya sudah tak asing lagi, kuingat sejenak masa laluku. Aha! Ternayata benar dulu aku sudah pernah mengikuti kegiatan motivasi yang dipandu oleh Kayyisu Excellent saat menghadapi UN SMP. Wah, benar juga kata temanku ternyata ini soal kegiatan seminar. Kubuka surat tersebut kata-perkata kupahami dengan teliti. Inti dari surat tersebut menyatakan bahwa  pihak Kayyisu Excellent ingin bekerjasama dengan OSIS untuk mengadakan kegiatan motivasi dan bedah buku funtastic learning. Ini merupakan kesempatan emas, karena baru kali ini sekolah kami ditawari kegiatan motivasi secara cuma-cuma.

Suasana disekolah saat ini ramai sekali. Hari Sabtu biasanya siswa pulang lebh awal tapi kali ini tidak. Karena pada hari ini disekolah akan diadakan kegiatan seminar motivasi dan bedah buku funtastic learning. Seluruh siswa antusias menantikan kegiatan ini. Pengurus OSIS terlihat sibuk mengeluarkan kursi dan meja dari dalam kelas yang akan dijadikan tempat berlangsungnya kegiatan. Uniknya sekolahku ini selain bangunannya tinggi mencapai tiga lantai (untuk ukuran ditempatku sudah tinggi), aulanya merupakan tiga kelas yang berderet dan tiap kelas disekat dengan teralis besi yang biasa digunakan ditoko-toko besar. Jadi kalau misalkan ada kegiatan pastilah harus repot untuk mengangkut seluruh isi kelas dan setelah selesai menata ulang lagi. Kulihat juga pengurus yang lain sedang menata peralatan yang akan digunakan saat acara motivasi diantaranya ada sound, slide, lcd, dll. Aku sendiri juga tidak tinggal diam melihat semua temanku sibuk. Aku blak-balik mengecek semua persiapan dan sesekali menelepon kru kayyisu excellent untuk memastikan tidak ada hamabatan dalam perjalanan menuju kesekolahku.

Akhirnya kegiatan yang dinanti-nantikan dimulai. Semua peserta duduk lesehan dan pembicara yaitu Ryan Martian mulai berbicara. Pembicara menerangkan bagaimana cara mencapai sukses meraih prestasi dengan konsep I Can, I Will, I Do.  Dan kini aku baru mengerti kenapa aku belum bisa melakukan perubahan, ternyata aku terlalu banyak berencana tanpa melakukan praktiknya. Menurut konsep Funtastic Learning aku baru melaksanakan I Can dan belum melaksanakan I Will dan I Do. Penjelasan demi penjelasan disampaikan Om Ryan dengan cara yang menarik. Semua peserta seakan-akan terhipnotis oleh motivasinya dan saya yakin anak yang berkepribadian burukpun kalau mengikuti acara ini langsung tergerak hatinya untuk melakukan perubahan ke arah yang lebih baik.

Begitu menariknya acara ini, hingga waktupun terasa lebih singkat. Acara yang berdurasi dua jam ini serasa hanya setengh jam. Di akhir acara Kayyisu Excellent menawarkan Buku berjudul Funtastic Learning terbitan dari ProYou dan penulisnya Ryan Martian yang tadi menjadi pembicara  dalam acara motivasi. “Buku ini merupakan penjelasan lebih mendalam tentang konsep Funtastic Learning” ujar Ryan Martian saat menandatangani buku yang dibeli temanku. Akupun tak mau ketinggalan untuk membeli buku tersebut. Dengan berbekal buku tersebut aku berharap aku bisa melakukan perubahan dalam waktu dekat.

Setelah dua bulan aku mempelajari Buku Funtastic Learning. Hampir setiap hari aku baca sesaat sebelum tidur, tanpa merasa bosan. Ini salah satu petunjuk dari buku agar sering membaca dan saat membaca buku ini yang baik adalah sebelum tidur karena saat itu kinerja otak dalam keadaaan alpa akan lebih menerima dan merangsang apa yang sedang dipikirkan. Tidak hanya aku baca tetapi aku juga mempraktekan tips-tips yang ada dibuku tersebut. Dari membuat life mapping, time management, sampai pada tahapan Funtastic Brain, Learning Style, yang sangat membantuku dalam proses  belajar. Sekarang dikamarku penuh dengan tempelan kertas yang isinya rencana, jadwal, dan  kata-kata yang membuatku terinspirasi.

Tak sia sia aku mengikuti konsep Funtastic Learning, tahap demi tahap aku mulai menunjukan perubahan. Prestasiku mulai stabil, jadwal kegiatan organisasipun tidak mengganggu waktu belajarku karena aku telah menerapkan Time Management. Semua berjalan normal kembali seperti saat aku dulu sebelum menjadi ketua OSIS. Kini akupun sudah tak terlalu banyak masalah, sedikit sedikit terkurangi.

Untuk merealisasikan tekadku yang dulu yaitu menyatukan seluruh oragnisasi, aku menyusun sebuah rencana strategis. Dengan harapan perang dingin antar organisasi akan terhentikan. Akupun langsung koordinasikan dengan seluruh pengurus OSIS. Dan tercapailah kesepakatan untuk mengadakan kegiatan Hiking dan Outbound yang melibatkan seluruh oragnisasi di sekolahku.

Tak tanggung-tanggung kegiatan inipun terlaksana pada tanggal 10 Juni 2010 dan diikuti oleh seluruh siswa. “Alhamdulillah ya Allah Engkau telah menjawab do'aku selama ini” ucapku ketika melihat kerukunan antar organisasi saat mengikuti kegiatan Outbound.

Selang satu minggu setelah kegiatan Hiking dan Outbound, adalah pembagian rapor semester genap. Seluruh orang tua diundang untuk mengambil rapor anaknya masing-masing adapun yang orangtuanya tidak hadir maka rapor tidak diberikan ke siswa, ini merupakan derita bagi siswa yang orangtuanya merantau.

Aku dan teman-teman semuanya menunggu diluar kelas. Setiap orangtua yang keluar langsung teman-temanku mengerubung untuk meluhat rapor yang diterima anaknya. Karena absenku berada ditengah-tengah jadi aku harus menunggu selama setengah jam untuk menerima rapor. Tiba-tiba Bapakku keluar dari kelas, langsung saja aku tanyakan kepada  Bapak mengenai raporku. Bapak tersenyum dan hanya berkata “Bagus” sambil memberikan rapornya kepadaku. Teman-teman mengerubungiku perlahan aku buka dan ternyata aku mendapat peringkat 10.

“Alhamdulillahirobbil'alamin, Ya Allah akhirnya Engkau telah mewujudkan keinginanku” ujarku.

Aku sangat senang dan bahagia saat itu. Walaupun aku mendapat peringkat 10 akan tetapi kini aku merasa senang sekali melebihi saat aku dulu mendapat peringkat pertama atau kedua. Mungkin karena ini merupakan hasil usaha yang sangat berat. Memang penurunan itu lebih cepat dibandingkan dengan kenaikan. Ini merupakan awal bagiku untuk memulai perubahan baru, perubahan yang akan menuntunku pada kesuksesan mendatang.

“Kemenanganku bukanlah saat aku terpilih menjadi Ketua OSIS dan bukan juga saat aku mendapat peringkat pertama dikelas. Melainkan saat aku mampu melewati masa-masa sulit, saat aku mampu menghadapi berbagai permasalahan, dan saat aku mampu bangkit dari keterpurukan. Inilah Kemenangan Hakiki” ucapku ketika ditanya oleh teman yang heran melihat bahagianya aku saat mendapat peringkat 10.

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More